Kumpulan Bacaan Doa Sholat Sebelum Salam Sesuai Hadis

Kumpulan Bacaan Doa Sholat Sebelum Salam Sesuai Hadis

Kumpulan Bacaan Doa Sholat Sebelum Salam Sesuai Hadis - Bacaan doa sholat ini dibaca pada tasyahud akhir sebelum salam. Namun janganlah menggabungkannya menjadi satu dari berbagai macam doa yang ada, karena hukumnya mengada-ada dalam agama. Sunnahnya dalah satu macam doa dibaca dalam satu kesempatan, lalu pada kesempatan yang lain membaca doa yang lain, dan seterusnya.

Kumpulan Bacaan Doa Sholat Sebelum Salam Sesuai Hadis


Doa Sebelum Salam berdasarkan hadits Aisyah

Dari Aisyah ra istri Nabi , bahwa Rasulullah dalam shalatnya berdoa:

عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخْبَرَتْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَدْعُو فِي الصَّلَاةِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَفِتْنَةِ الْمَمَاتِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْمَأْثَمِ وَالْمَغْرَمِ فَقَالَ لَهُ قَائِلٌ مَا أَكْثَرَ مَا تَسْتَعِيذُ مِنْ الْمَغْرَمِ فَقَالَ إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا غَرِمَ حَدَّثَ فَكَذَبَ وَوَعَدَ فَأَخْلَفَ

"Allahumma inni a'udzu bika min 'adzabil qabr wa a'udzu bika min fitnatil masihid daijal wa a'udzu bika min fitnatil mahya wal mamat allahumma inni a'udzu bika minal ma'tsami wal maghram 

(Ya Allah, sesungguhnya aku mohon perlindungan kepada-Mu dari siksa kubur. Aku mohon perlindungan kepada-Mu dari fitnah al Masih ad Dajjal. Aku mohon perlindungan kepada-Mu dari fitnah kehidupan dan kematian. Ya Allah, aku mohon perlindungan kepada-Mu dari dosa dan hutang)". 

Seseorang berkata kepada Beliau:

"Betapa seringnya engkau memohon perlindungan dari beban hutang ya Rasulullah". Rasulullah menjawab: "Sesungguhnya, seseorang bila berhutang, maka ia akan berbicara lalu bohong. Berjanji lalu ingkar" [1]


Lafal "al matsam wal maghram"

Lafal "al matsam wal maghram". Kata al ma tsam adalah suatu perbuatan dosa atau dosa itu sendiri. Kata al maghram asal atinya hutang, namun hutang yang dimaksud di sini adalah hutang untuk sesuatu yang dibenci Allah, atau hutang yang tidak diperbolehkan karena tidak bisa membayarnya. Adapun hutang yang sangat dibutuhkan dan diperbolehkan oleh syara' serta dia mempunyai kemampuan untuk membayarnya, maka tidak perlu meminta perlindungan. [2]


Doa Sebelum Salam berdasarkan Hadits Abu Bakar ash-Shiddiq


Dari Abu Bakar ash Shiddiq , Dia berkata kepada Rasulullah "Ajarkanlah kepadaku doa yang akan aku baca dalam shalatku"., Beliau bersabda, "Ucapkanlah: 'Allahumma inni zhalamtu nafsi zhulman katsiran wa la yaghfirudz dzunuba illa anta faghfir li maghfiratan min 'indika warhamni innaka antal ghafurur rahim (Ya Allah, sesungguhnya aku sering menganiaya terhadap diriku sendiri. Tidak ada yang mengampuni dosa-dosa selain Engkau. Maka, ampunilah aku dengan ampunan dari sisi Mu, dan sayangilah aku. Karena, sesungguhnya Engkau adalah Dzat Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang).'"[3]


Lafal "allahumma inni zhalamtu nafsi zhulman katsiran"

Lafal "allahumma inni zhalamtu nafsi zhulman katsiran", dikatakan demikian karena manusia adalah makhluk yang sering tidak sempurna dalam menunaikan kewajiban, meskipun sebenarnya jujur. Nikmat Allah terlalu besar yang diberikan kepadanya, sedangkan dia tidak mampu menyatakan syukur dengan bentuk sekecil-kecilnya, apalagi bersyukur sesuai dengan nikmat yang ada. Jika demikian keadaannya, maka sepantasnya dia jujur menyatakan kurang menunaikan kewajiban.

Pengakuan ini didahulukan daripada meminta ampunan itu sebagai bentuk etika dalam berdoa, sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Adam dan lbu Hawa dalam firman Allah:


قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَآ أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلْخَٰسِرِينَ

Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi", (QS. Al-A'raf, 7:23).


Doa Sebelum Salam berdas arkan Hadits Ali bin Abi Thalib 

عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا سَلَّمَ مِنْ الصَّلَاةِ قَالَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ وَمَا أَسْرَفْتُ وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ

Dari Ali bin Abi Thalib, dari Rasulullah . kemudian ucapan terakhir antara tasyahud dan salam: "Allahummaghfir li ma qaddamtu wa ma akhkhartu wa ma asrartu wa ma a'lantu wa ma asraftu wa ma anta a'lamu bihi minni antal muqaddim wa antal mu-akhkhir laa ilaha illa anta (Ya Allah, ampunilah untukku apa yang aku dahulukan dan apa yang aku akhirkan, apa yang aku sembunyikan dan apa yang aku tampakkan, apa yang aku lebih-lebihkan, dan apa yang Engkau lebih tahu dari pada aku. Engkau Yang Maha Mendahulukan dan Maha Mengakhirkan. Tiada sesembahan kecuali Engkau)". [4]


Lafal "antal muqaddim"

Lafal "antal muqaddim", Engkau Yang Maha Mendahulukan belas kasih-Mu untuk orang yang Engkau kehendaki yang dengan petunjuk-Mu menuju ketaatan-Mu.


Lafal "antal mu-akhkhir"

Lafal "antal mu-akhkhir", Engkau Yang Maha Mengakhirkan belas kasih-Mu untuk orang yang Engkau kehendaki yang dengan petunjuk-Mu menuju ketaatan-Mu sesuai dengan kebijakan-Mu. "[5]


Doa Sebelum Salam berdasarkan Hadits Mu'adz bin Jabal

عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَخَذَ بِيَدِ مُعَاذٍ، فَقَالَ‏:‏ يَا مُعَاذُ، وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ، فَقَالَ مُعَاذٌ‏:‏ بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي، وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ، فَقَالَ‏:‏ يَا مُعَاذُ، أُوصِيكَ أَنْ لاَ تَدَعَنَّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ أَنْ تَقُولَ‏:‏ اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ، وَشُكْرِكَ، وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ

Dari Mu'adz bin Jabal, bahwasanya Rasulullah saw memegang tangannya dan bersabda, "Wahai Mu'adz, demi Allah, sesungguhnya aku mencintaimu. Demi Allah, sesungguhnya aku mencintaimu". Beliau bersabda, "Aku berwasiat kepadamu wahai Mu'adz, janganlah kamu meninggalkan pada akhir tiap shalat ucapan: "Allahumma 'ainni 'ala dzikrika wa syukrika wa husni ibadatik (Ya Allah, ajarilah aku untuk berdzikir, bersyukur, dan memperbagus ibadah kepada-Mu)". [6]


Lafal "dzikrika"

Lafal "dzikrika" mencakup semua dzikir yang disyariatkan, di antaranya membaca Al Qur'an, mendalami ilmu agama, dan lain-lain.

Kata dzikir didahulukan daripada syukur, sebab seseorang yang tidak ingat, maka dia tidak akan bersyukur, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat berikut:


فَٱذْكُرُونِىٓ أَذْكُرْكُمْ وَٱشْكُرُوا۟ لِى وَلَا تَكْفُرُونِ

Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat-Ku. (QS. AI-Baqarah, 2:152).


Lafal "wa husni ibadatik"

Lafal "wa husni ibadatik" lbadah yang baik adalah ibadah yang khalishah (murni). lbadah yang tidak murni sesuai dengan sunnah , tidak akan diterima dan tidak akan memberikan manfaat bagi pelakunya. [7]


Doa Sebelum Salam berdasarkan Hadits Sa'd bin Abi Waqqash

عَنْ مُصْعَبٍ عَنْ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ أَنَّهُ كَانَ يَأْمُرُ بِهَؤُلَاءِ الْخَمْسِ وَيُخْبِرُ بِهِنَّ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ أُرَدَّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الدُّنْيَا وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ

Dari Sa'd bin Abi Waqqash dia memerintahkan untuk membaca lima kalimat yang diceritakan dari Nabi : "Allahumma inni a'udzu bika minal bukhli wa a'udzu bika minal jubni wa a'udzu bika an uradda ila ardzalil umur waa'udzu bika min fitnahtid dun-ya wa a'udzu bika min 'adzabil qabr

(Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kekikiran, aku berlindung kepada-Mu dari sifat pengecut, aku berlindung kepada-Mu dari dikembalikan pada usia renta (sudah dalam keadaan lemah atau pikun), aku berlindung kepada-Mu dari fitnah dunia, dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur)".[8]

Lafal "al bukhl"

Lafal "al bukhl". Bakhil artinya menyenangi harta yang diperoleh lalu menahannya; tidak menginfakkannya.

Lafal "al jubn" adalah takut maju untuk melakukan sesuatu yang tidak sepantasnya takut.

Lafal "an uradda ila ardzalil umur 

ardzalil umur adalah batas umur tua renta yang sering pikun, kembali lagi seperti anak kecil dalam hal kedangkalan berpikir. Setidaknya pemahaman dan kekuatannya semakin melemah. Al Ardzal sendiri berarti yang rendah dalam segala hal.


Lafal "fitnatid dun-ya". 

Kata fitnah artinya ujian. Syu'bah mengatakan:

"Fitnah di sini maksudnya fitnah Dajal. Jadi, disebut fitnah dunia, tetapi yang dimaksud adalah fitnah Dajal, dan ini menunjukkan, bahwa Dajal adalah fitnah yang terbesar di dunia ini". Dijelaskan oleh Nabi dalam haditsnya

Dari Abu Umamah al Bahili , dia berkata: Rasulullah memberikan ceramah kepada kami. Isi khutbah Beliau yang paling sering adalah cerita. Beliau bercerita kepada kami tentang Dajjal dan menyuruh kami mewaspadainya. Salah satu sabdanya adalah: "Sesungguhnya tidak ada fitnah yang paling besar di muka bumi semenjak Allah menciptakan anak keturunan Adam (manusia) dari pada Dajal. Sesungguhnya Allah tidak mengutus seorang nabi kecuali pasti Allah menyuruh umatnya untuk mewaspadai Dajjal.." [9]

Lafal "adzabil qabr"

Lafal "adzabil qabr" benar menyatakan adanya siksaan kubur. Ahli Sunnah Wal Jama'ah meyakini adanya fitnah kubur, siksaan, dan kenikmatannya.

Manusia akan mengalami cobaan di alam kubur masing-masing dengan ditanya: "Siapa Tuhanmu? Apa agamamu? Siapa nabimu?".

Allah berfirman:

يُثَبِّتُ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ بِٱلْقَوْلِ ٱلثَّابِتِ فِى ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا وَفِى ٱلْءَاخِرَةِ

Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. (QS. lbrahim, 14:27).

Adapun orang yang beriman akan menjawab: "Tuhanku adalah Allah. Islam adalah agamaku. Muhammad adalah nabiku". Adapun orang yang ragu-ragu akan menjawab: "Hah.hah.. Aku tidak tahu. Aku dengar orang-orang mengatakan sesuatu lalu akupun ikut mengatakannya". Maka dia dihantam dengan tongkat besi, lalu dia menjerit keras sehingga suaranya bisa didengar oleh siapapun, kecuali tsaqalain, yaitu manusia dan jin.[10]

Kemudian setelah fitnah ini, adakalanya dilanjutkan dengan adzab atau kenikmatan.


Catatan Kaki

[1] Muttafaq 'alaih. Shahih Al-Bukhari, Al-Bukhari: Kitab Al-Azan, Bab ad Du-a' Qabla as Salam, no. 832. Shahih Muslim, Muslim: Kitab Al-Masajid, Bab Ma Yusta adzu Minhu Fi ash-Shalah, no. 589.
[2] Al-Minhal Al "Adzb Al-Maurud Wa Syarh Sunan Abi Dawud, as Sabki, 5/329.
[3] Muttafaq 'alaih. Shahih Al-Bukhari, Al-Bukhari: Kitab Al-Azan, Bab ad Dua Qabla as Salam, no, 834. Shahih Muslim, Muslim: Kitab Al-Masajid, Bab Ma Yusta'adzu Minhu Fiash-Shalah, no. 589.
[4] Shahih Muslim, Muslim: Kitab Shalah Al-Musafirin Wa Qashruha, Bab ad Du-a' Fi Shalah al Lail Wa Qiyamih, no. 771,
[5] Al-Minhal Al'Adzb Al-Maurud Wa Syarh Sunan Abi Dawud, as Sabki, 8/174
[6] Sunan Abi Dawud, Abu Dawud: 2/86, no. 1522. As Sunan al Kubra, An Nasa-i, 3/53.
[7] Syarh Hishn Al-Muslim, karya Syaikh Sa'id bin Ali bin Wahf al Qahthani, hal. 131.
[8] Shahih Al-Bukhari, Al-Bukhari: 6/35, no. 2822.
[9] Sunan lbni Majah, Ibnu Majah: Kitab Al-Fitan, Bab Fitnah ad Dajjal Wa Khuruj 'Isa bin Maryam Wa Khuruj Ya'juj Wa Ma'juj, no. 4077.
[10]Shahih Al-Bukhari, Al-Bukhari: Kitab al Jana-iz, Bab Al-Mayyit Yasma' Khafq an Ni'al, no. 1238. Shahih Muslim, Muslim: Kitab al Jannah Wa Shifah Na'imiha Wa Ahliha, Bab 'Ardhl Mag'ad Al-Mayyit Min al Jannah Au an Nar 'alaih Wa Itsbat Adzab Al-Qabr Wa At-Ta'awwud Minhu, no. 2870.