Kisah Sa'ad bin Abi Waqqas, Sahabat Nabi

Kisah Sa'ad bin Abi Waqqas, Sahabat Nabi

 Sa'ad bin Abi Waqqas


Mekah adalah kota bagi orang-orang Arab, kota kecil di lembah sempit. Tidak ada tumbuh-tumbuhan, tidak ada ternak, tidak ada kebun, tidak ada sungai. Gurun demi gurun memisahkan kota dari seluruh dunia. 


Siang hari, panas matahari tidak tertahankan dan malam-malam sangatlah sunyi dan sepi. Suku-suku berduyun-duyun seperti binatang di negara yang bebas, berbondong-bondong mendapatkan air dari sumber sumur Zam-zam. Tidak ada aturan pemerintah, Tidak ada agama untuk membimbing orang kecuali ritual untuk penyembahan berhala yang terbuat dari batu. 


Di kota Mekah terdapat seorang pria muda yang belum genap dua puluh tahun. Ia pendek namun bertubuh tegap dan memiliki rambut yang sangat tebal. Orang membandingkannya dengan singa muda. Dia berasal dari keluarga kaya dan bangsawan. Dia sangat dekat dengan orang tuanya dan sangat mencintai ibunya. 


Dia menghabiskan banyak waktunya untuk membuat dan memperbaiki busur dan anak panah dan berlatih memanah seolah-olah mempersiapkan diri untuk pertempuran besar. Orang-orang mengenalinya sebagai pemuda yang serius dan cerdas. 


Dia tidak menemukan kecocokan dalam agama dan cara hidup rakyatnya, kepercayaan mereka yang korup dan praktik-praktik yang tidak menyenangkan. Nama pemuda itu adalah Sa'ad bin Abi Waqqas.

Kisah KeIslaman Sa'ad bin Abi Waqqas

Suatu pagi, Abu Bakar datang dan berbicara dengan sopan kepadanya. Dia menjelaskan bahwa Muhammad bin Abdullah bin almarhum sepupunya Aminah binti Wahab telah diberikan wahyu dan diutus dengan agama yang haq. 


Abu Bakar kemudian membawanya kepada Muhammad di salah satu lembah Mekah. saat Itu telah masuk waktu sore hari dan Nabi baru saja selesai Shalat. Sa'ad sangat antusias dan menyambut ajakan pada kebenaran dan agama tauhid. Ia adalah termasuk salah satu golongan awal yang menerima Islam.

Nabi, saw, juga sangat senang ketika Sa'ad menjadi seorang Muslim. Dia melihat di dalam dirinya tanda-tanda keunggulan. dia adalah pemuda yang menjanjikan hal-hal besar dikemudian hari. Seolah-olah seperti bulan sabit yang bersinar dan akan menjadi bulan purnama yang benderang.  Dengan masuknya Sa'ad pada agama islam, diharapkan jejaknya diikuti oleh para pemuda Mekah, karena ia termasuk dari suku yang terpandang.


Sa'ad ibn Abi Waqqas sebenarnya adalah seorang paman dari ibu Nabi karena ia berasal dari Bani Zuhrah, suku dari Aminah binti Wahab, ibu dari Nabi, saw. Karena alasan ini ia kadang-kadang disebut sebagai Sa'ad Zuhrah, untuk membedakannya dari beberapa orang lain yang nama depannya adalah Sa'ad.

Dikisahkan bahwa Nabi senang mempunyai hubungan keluarga dengan Sa'ad. Suatu ketika, Saat Rasul saw sedang duduk dengan teman-temannya, dia melihat Sa'ad datang dan beliau berkata kepada mereka, "Ini adalah paman dari pihak ibuku. Biarkan aku melihat seorang pria adalah paman dari pihak ibu-nya!"

Sementara Nabi senang dengan masuknya Sa'ad terhadap Islam, dan para sahabat yang lain namun tidak demikian dengan ibunya. Sa'ad menceritakan: "Ketika ibuku mendengar berita tentang keislamanku, dia menjadi marah. Dia mendatangiku dan berkata:

"O celaka! Agama apa yang telah engkau anut yang telah menjauhkanmu dari agama ibu dan ayahmu ...? Demi Tuhan, jika engkau tidaklah meninggalkan agama barumu atau ibumu ini tidak akan makan atau minum sampai mati menghampiri.Begitu hancur dan sedih yang aku terima atas apa yang kau lakukan, dan karena itu pula orang-orang akan mengecam perbuatanmu!"

"Jangan lakukan (hal semacam itu), ibuku," kataku, "karena aku tidak akan melepaskan agamaku untuk apa pun juga."

Namun, dia melanjutkan ancamannya ... Selama berhari-hari dia tidak makan atau minum. Dia menjadi kurus dan lemah. Jam demi jam, aku pergi kepadanya dan bertanya apakah aku harus membawakan makanan atau sesuatu untuk diminum tetapi dia terus menolak, bersikeras bahwa dia tidak akan makan atau minum sampai dia meninggal atau saya meninggalkan agama baruku. Aku berkata kepadanya:

'Yaa Ummaah! Terlepas dari cintaku yang besar untukmu, cintaku untuk Allah dan utusan-Nya  lebih besar. Demi Tuhan, jika engkau memiliki seribu nyawa dan satu nyawa akan pergi, saya tetap tidak akan meninggalkan agamaku ini untuk apa pun. ' Ketika dia melihat bahwa aku telah bertekad, dia mengalah dan akhirnya dengan enggan mulai makan dan minum. "

Mengenai kisah Sa'ad dengan ibunya ini, kemudian turunlah ayat Alquran : (QS. Luqman, 31: 14-15).
 

وَوَصَّيۡنَا الۡاِنۡسٰنَ بِوَالِدَيۡهِ‌ۚ حَمَلَتۡهُ اُمُّهٗ وَهۡنًا عَلٰى وَهۡنٍ وَّفِصٰلُهٗ فِىۡ عَامَيۡنِ اَنِ اشۡكُرۡ لِىۡ وَلِـوَالِدَيۡكَؕ اِلَىَّ الۡمَصِيۡرُ
وَاِنۡ جَاهَدٰكَ عَلٰٓى اَنۡ تُشۡرِكَ بِىۡ مَا لَيۡسَ لَكَ بِهٖ عِلۡمٌ ۙ فَلَا تُطِعۡهُمَا‌ وَصَاحِبۡهُمَا فِى الدُّنۡيَا مَعۡرُوۡفًا‌ۖ وَّاتَّبِعۡ سَبِيۡلَ مَنۡ اَنَابَ اِلَىَّ ‌ۚ ثُمَّ اِلَىَّ مَرۡجِعُكُمۡ فَاُنَبِّئُكُمۡ بِمَا كُنۡتُمۡ تَعۡمَلُوۡنَ

(QS. Luqman, 31: 14)
Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.
(QS. Luqman, 31: 14-15)
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.


Pada masa-masa awal Islam ini, kaum Muslim berhati-hati untuk tidak membangkitkan kepekaan kaum Quraisy dengan menjaga jarak dengan mereka. Mereka sering pergi bersama dalam sebuah kelompok ke lembah di luar Mekah di mana mereka bisa berdoa bersama tanpa terlihat.
Tetapi suatu hari sejumlah penyembah berhala mendatangi mereka ketika sedang berdoa dan dengan kasar menghina para kaum muslimin yang sedang berdoa. Orang-orang Muslim merasa mereka tidak bisa lagi mendapat penghinaan seperti ini hanya dengan diam saja saat para kafir Quraisy menghina mereka.
Sa'ad ibn Abi Waqqas memukul salah seorang kafir Quraisy dengan tulang unta hingga terluka. Ini adalah tragedi pertama dalam pertikaian antara kaum muslim dan kafir Quraisy - sebuah konflik yang kemudian meningkat demi menguji kesabaran dan keberanian umat muslim.

Namun, setelah kejadian itu, Nabi memerintahkan para sahabatnya untuk bersabar dan bersabar karena ini adalah perintah Allah: 

Namun, setelah kejadian itu, Nabi memerintahkan para sahabatnya untuk bersabar dan bersabar karena ini adalah perintah Allah: 

(Al-Quran, Surah al Muzzammil, 71: 1O)
"Dan bersabarlah (Muhammad) terhadap apa yang mereka katakan dan tinggalkanlah mereka dengan cara yang baik." .



Lebih dari satu dekade kemudian ketika izin diberikan untuk umat Islam untuk memerangi kaum kafir. Sa'ad ibn Abi Waqqas mempunyai peran penting dalam banyak perjuangan dakwah yang terjadi selama masa Nabi dan sesudahnya. Dia berperang di Badar bersama dengan adik laki-lakinya, Umayr, yang menangis untuk diizinkan turut dalam pasukan Muslim karena dia baru berusia belasan tahun. Namun Sa'ad kembali ke Madinah sendirian karena Umayr adalah salah satu dari empat belas pejuang Muslim yang gugur dalam pertempuran.

 

Peran Saad Dalam Jihad

Pada perang Uhud, Sa'ad diangkat sebagai salah satu pemanah terbaik bersama Zayd, Saib putra Utsman bin Mazun dan lainnya. Sa'ad adalah salah satu dari mereka yang berperang dengan gigih membela dan menjaga Nabi setelah beberapa Muslim meninggalkan posisi mereka. Saat diperintahkan oleh Nabi, Nabi, saw, berkata: "Irmi Sad ... Fidaaka Abi wa Ummi" Tembak, Sa'ad ... semoga ibu dan ayahku menjadi tebusanmu. "

Dari kejadian ini, Ali bin Abi Thalib mengatakan bahwa dia belum pernah mendengar Nabi, saw, menjanjikan tebusan seperti itu kepada siapa pun kecuali kepada Sa'ad. Sa'ad juga dikenal sebagai muslim pertama yang menembakkan panah untuk membela Islam. Dan Nabi pernah berdoa untuknya:

"Ya Tuhan, arahkan penembakannya dan jawab doanya." Sa'ad adalah salah satu sahabat Nabi yang dikaruniai dengan kekayaan besar. Selain keberaniannya, dia juga dikenal karena kemurahan hatinya. Selama perjuangannya dengan Nabi, ia jatuh sakit. Nabi datang mengunjunginya dan Sa'ad berkata:

"Wahai Rasulullah. Aku memiliki kekayaan dan aku hanya memiliki satu anak perempuan untuk diwarisi dariku. Haruskah aku memberikan dua pertiga dari kekayaanku sebagai sedekah?" "Tidak," jawab Nabi. "Lalu, (haruskah aku memberi) setengah?" tanya Sa'ad dan Nabi kembali berkata 'tidak'.

"Lalu, (haruskah saya memberi) sepertiga? ' tanya Sa'ad.

"Ya," kata Nabi. "Yang ketiga jauh lebih baik. Meninggalkan ahli warismu dengan kekayaan 'lebih baik daripada membiarkan mereka bergantung dan memohon pada orang-orang. Jika kau bersedekah untuk mendapat ridho Allah, kau terhitung melakukannya, bahkan jika hanya sepotong makanan yang kamu masukkan di mulut istrimu. "

Setelah kejadian itu, Sa'ad dikaruniai dengan banyak anak.

Panglima Perang

Sa'ad sangat dikenal sebagai panglima tentara Muslim yang kuat, ia dikirim Umar saat kekhalifahannnya untuk menghadapi pasukan Persia di Qadisiyyah. Umar ingin mengakhiri kekuasaan Sasan yang selama berabad-abad menguasai wilayah ini.

Untuk menghadapi pasukan Persia yang diperlengkapi dengan semjata lengkap adalah tugas yang paling menakutkan. Kekuatan yang paling kuat harus dikerahkan. Umar mengirim utusan ke seluruh negara bagian Islam, agar mengirimkan semua orang berbadan sehat yang memiliki senjata atau tunggangan, atau yang memiliki kafasihan berbicara dan keterampilan lain untuk ditempatkan dalam membantu pertempuran.

Kelompok Mujahidin kemudian berkumpul di Madinah dari setiap negara bagian wilayah Muslim. Ketika mereka semua berkumpul, Umar berkonsultasi dengan para Muslim terkemuka tentang penunjukan seorang panglima atas pasukan yang perkasa. Umar sendiri berpikir untuk memimpin pasukan tetapi Ali menyarankan sebaliknya, Umar disarankan agar tetap bersama orang-orang Muslim yang sangat membutuhkannya dan dia tidak boleh membahayakan hidupnya. Hingga akhirnya, Sa'ad kemudian dipilih sebagai komandan dan Abdur-Rahman ibn Awf, salah seorang sahabat Nabi mengatakan:

"Engkau telah memilih dengan tepat! Siapa yang setara dengan Sa'ad?" Kemudian Umar berdiri di depan pasukan yang telah siap dan berdoa serta mengucapkan selamat tinggal kepada mereka. Kepada Panglima Tertinggi dia berkata:

"O Sa'ad! Jangan karena engkau adalah paman dari Rasulullah atau karena engkau adalah sahabat Rasulullah, membuatmu mengalihkan perhatian dari Allah. Tuhan Yang Mahakuasa tidak melenyapkan kejahatan dengan kejahatan, tetapi ia menghapus kejahatan dengan kebaikan.

"O Sa'ad! Tidak ada hubungan antara Allah dan siapa pun selain ketakwaan kepada-Nya. Di hadapan Allah semua orang apakah bangsawan atau rakyat jelata adalah sama. Allah adalah Tuhan mereka dan mereka adalah hamba-Nya yang mencari derajat melalui taqwa dan berusaha untuk mendapatkan ridho Allah melalui kepatuhan. Ingatlah bagaimana Rasulullah dulu bertindak dengan orang-orang Muslim dan bijaksana ... "

Dengan demikian Umar menegaskan bahwa pasukan muslim tidak akan mencari penaklukan untuk kepentingan kekuasaan dunia dan bahwa perjalanan itu bukan untuk mencari kemuliaan dan ketenaran pribadi.

Tiga ribu pasukan yang kuat berangkat. Di antara mereka adalah sembilan puluh sembilan pejuang pada perang Badar, lebih dari tiga ratus dari mereka yang turut perjanjian Riffwan  di Hudaybiyyah dan tiga ratus dari mereka yang telah turut serta dalam pembebasan Mekah dengan Rasulullah saw. Ada tujuh ratus putra para sahabat. Ribuan wanita juga pergi berperang sebagai pembantu dan perawat dan memberi semangat para pria untuk berperang.

Tentara berkemah di Qadisiyyah dekat Hira. Mengantisipasi pasukan muslim, orang Persia mengerahkan  12O, OOO pasukan di bawah kepemimpinan komandan mereka yang paling hebat, bernama Rustum.

Umar telah memerintahkan Sa'ad untuk mengiriminya pengiriman reguler tentang kondisi dan pergerakan pasukan Muslim, dan tentang penyebaran pasukan musuh. Sa'ad menulis kepada Umar tentang kekuatan yang belum pernah terjadi sebelumnya tentang pasukan Persia, dan Umar membalas kepadanya:

"Jangan terpengaruh dengan apa yang engkau dengar tentang mereka atau tentang (kekuatan, peralatan dan strategi) yang akan mereka gunakan untuk melawan pasukanmu. Mohonlah bantuan kepada Allah dan teguhkan pendirianmu dan serukanlah pasukanmu agar selalu mengingat akan kebesaran Allah... Dan kabarkan kepadaku setiap hari. "

Sa'ad memahami betul betapa beratnya pertempuran yang akan terjadi namun ia tetap berhubungan erat dengan Umar di Madinah. Meskipun panglima tertinggi, dia memahami pentingnya syura.

Sa'ad melakukan seperti yang diperintahkan Umar dan mengirim delegasi Muslim pertama ke Yazdagird dan kemudian ke Rustum, komandan pasukan Persia, mengajak mereka untuk menerima Islam atau membayar jizyah untuk menjamin perlindungan dan keberadaan mereka dengan kedamaian atau untuk memilih perang jika hal itu tak dapat diterima.

Utusan Muslim yang termasuk Numan ibn Muqarrin diejek oleh Kaisar Persia, Yazdagird. Sa'ad mengirim utusan ke Rustum, komandan pasukan Persia. Ini dipimpin oleh Rubiy ibn Aamir yang, dengan tombak di tangan, langsung pergi ke perkemahan Rustam. Rustam berkata kepadanya:

"Rubiy! Apa yang kamu inginkan dari kami? Jika kamu ingin kekayaan, kami akan memberikanmu. Kami akan menyediakan kamu dengan ketentuan sampai kamu puas. Kami akan memberimu pakaian. Kami akan membuat kamu menjadi kaya dan bahagia. Lihat, Rubi! engkau lihat di majelisku ini? Tidak diragukan lagi kamu melihat tanda-tanda kekayaan dan kemewahan, karpet ini, gorden yang bagus, selimut bersulam emas, karpet sutra ... Apakah kamu berkeinginan bahwa kami harus memberikan sebagian dari kekayaan yang kami miliki padamu? "

Rustum ingin membuat orang Muslim terkesan dan memikatnya  dengan kemewahan dan kemegahan. Rubiy melihat dan mendengarkan tanpa bergerak dan kemudian berkata:

"Dengar, hai komandan! Allah telah memilih kami bahwa melalui hamba-Nya yang Dia memerintah untuk menghapuskan penyembahan berhala menjadi Tauhid dari kesibukan dunia ini ke dalam genggamannya yang tak terbatas dan dari tirani para penguasa tunduk dalam Islam.

"Siapa pun yang menerima itu dari kami, kami menyambutnya. Dan siapa pun yang menentangnya, kami akan memeranginya hingga janji Tuhan terjadi." "Dan apa janji Tuhan kepadamu?" tanya Rustum. "Surga bagi para pejuang kami yang mati dan kemenangan bagi mereka yang hidup."

Rustum tentu saja tidak serta merta menerima ajakan seperti itu dari orang yang tampaknya akan celaka, yang oleh orang-orang Persia dianggap biadab dan tidak beradab dan yang telah mereka taklukkan selama berabad-abad.

Kemenangan Saad dan Pejuang Muslim

Para utusan Muslim kembali ke komandan mereka, Sa'ad. Jelas bahwa perang tidak terhindarkan. Mata Sa'ad dipenuhi air mata. Dia berharap pertempuran itu bisa ditunda sedikit atau bila mungkin menjadi lebih awal. Karena pada hari itu ia mengalami sakit parah dan sulit bergerak. Dia bahkan tidak bisa duduk tegak karena rasa sakit.

Sa'ad tahu bahwa ini akan menjadi pertempuran yang pahit, keras dan berdarah. Dan untuk sesaat dia berpikir, jika saja ... tapi tidak! Rasulullah telah mengajarkan para Muslim bahwa tidak seorang pun dari mereka boleh mengatakan, "Jika ....." Mengatakan "Jika ....." hal itu menyiratkan kurangnya kemauan dan tekad dan berharap bahwa suatu situasi mungkin berbeda adalah bukan karakteristik dari orang beriman yang teguh pendiriannya.
Jadi, dengan tidak menghiraukan penyakitnya, Sa'ad bangkit dan berdiri di hadapan pasukannya dan berbicara kepada mereka. Dia memulai pidatonya dengan sebuah ayat dari Alquran yang mulia:

"Dan benar-benar setelah menasihati (manusia), Kami telah meletakkannya di semua buku kebijaksanaan Ilahi bahwa hamba-hamba-Ku yang adil akan mewarisi bumi." Surah al-Anbiyaa, 21: 1O5).

Setelah selesai, Sa'ad melakukan Shalat dzuhur dengan pasukan. Menghadap mereka sekali lagi, dia meneriakkan seruan perang, "Allahu Akbar" empat kali dan mengarahkan para pejuang untuk menyerang dengan kata-kata:

"Hayya ala barakatillah, Raih lah berkah Allah." Berdiri di depan tendanya, Sa'ad mengarahkan tentaranya dan mengajak mereka dengan teriakan Allahu Akbar (Allah Maha Besar) dan La hawla wa la quwwata ilia billah (tidak ada daya kekuatan selain milik Allah).

Selama empat hari pertempuran berlangsung. Orang-orang Muslim menunjukkan keberanian dan keperkasaannya. Tetapi pasukan Persia membuat kekacauan di barisan umat Islam. Pertempuran sengit hanya diselesaikan ketika beberapa pejuang Muslim bergegas ke arah komandan Persia.
Rustum akhirnya dibunuh pejuang muslim Ketika dia mencoba melarikan diri. Kebingungan dan kekacauan meliputi orang Persia dan mereka melarikan diri dengan berantakan.

Betapa ganasnya pertempuran itu, bisa dibayangkan ketika diketahui bahwa sekitar tiga puluh ribu orang di kedua belah pihak gugur dalam pertempuran empat hari. Dalam satu hari saja, sekitar dua ribu pejuang Muslim dan sekitar sepuluh ribu pasukan Persia kehilangan nyawa mereka.

Pertempuran Qadisiyyah adalah salah satu pertempuran penentu utama dalam sejarah peradaban Islam. pertempuran Itu sebagai kunci dari Kekaisaran Sasanian seperti Pertempuran Yarmuk sebagai kunci dari Kekaisaran Bizantium di timur.


Akhir Dari Cerita

Dua tahun setelah pertempuran Qadisiyyah, Sa'ad melanjutkan untuk mengambil ibu kota Sasan. Pada saat itu kesehatannya sudah pulih. Pengambilan Ctesiphon dilakukan setelah penyeberangan sungai Tigris yang luar biasa di saat banjir. Sa'ad tercatat dalam sejarah sebagai Pahlawan Qadisiyyah dan Penakluk Ctesiphon.

Dia hidup sampai dia hampir delapan puluh tahun, mendekati tahun 54 H. Dia dikaruniai dengan banyak pengaruh dan kekayaan. ketika waktu kematian mendekati, dia meminta putranya untuk membuka sebuah kotak tempat dia menyimpan jubbah wol dan berkata: "Selubungilah aku dengan ini, karena dalam hal ini (jubbah) Saya berperang dengan kaum kafir pada perang Badar dan saat itu aku berhasrat untuk bertemu dengan Tuhan Yang Mahakuasa. "