Kisah Sahabat Nabi Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib

Kisah Sahabat Nabi Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib

Ali bin Abi Thalib masih sepupu Nabi SAW, putra dari Abi Thalib bin Abdul Muthalib, Paman yang mengasuh beliau sejak usia delapan tahun. Pamannya ini bersama Khadijah, istri beliau menjadi pembela utama beliau untuk mendakwahkan Islam selama tinggal di Mekah, walau Abi Thalib sendiri meninggal dalam kekafiran.

Ali bin Abi Thalib lahir sepuluh tahun sebelum kenabian, tetapi telah diasuh Nabi SAW sejak usia 6 tahun.

Biografi Ali bin Abi Thalib

Ali adalah seorang yang zuhud dan sederhana. la tidak senang pada kemewahan hidup, bahkan menentangnya. Ali bin Abi Talib adalah perwira yang cerdas, tangkas, teguh pendirian, dan pemberani. Tidak ada yang meragukan keperwiraannya. Berkat keperwiraannya tersebut, Ali mendapat julukan Asadullah yang artinya 'singa Allah'. Karena ketegasannya, ia tidak segan mengganti pejabat gubernur yang dinilainya tidak becus mengurusi kepentingan umat Islam.



Nama Ali bin Abi Thalib
Lahir 15 September 601 (13 Rajab 21 SH)
Wafat 29 Januari 661 (21 Ramadan 40 H) - Kuffah
Suku Bani Hasyim (Quraisy)
Nama Orang Tua Abu Thalib (Ayah) - Fatimah binti Asad(ibu)
Isteri Fatimah azZahra binti Muhammad SAW
Umamah binti Zainab
Fathimah binti Hizam
Laila binti Mas'ud
Asma binti 'Umays
Khaulah binti Ja'far
As-Sahba' binti Rabi'ah
Anak Hasan
Husain
Zainab
Ummu Kultsum
Muhsin
Muhammad
Abbas
Abdullah
Hilal

Ali Memeluk Islam

Sedari kecil, Ali telah dekat dalam bimbingan Nabi Muhammad, sehingga mudah baginya untuk menerima ajaran yang dibawa oleh saudara sepupunya tersebut. Walaupun demikian hatinya telah dipenuhi oleh hidayah Allah untuk membela agama yang dibawa Rasulullah.

Dalam sebuah riwayat menyebutkan ia orang ke dua yang memeluk Islam, yakni setelah Khadijah, riwayat lainnya menyebutkan ia orang ketiga, setelah Khadijah dan putra angkat beliau Zaid bin Haritsah. Bisa dikatakan ia tumbuh dan dewasa dalam didikan akhlakul karimah Nabi SAW dan bimbingan wahyu, Maka tidak heran watak dan karakter Ali bin Abi Thalib mirip dengan Nabi SAW,

Dan Secara keilmuan, ia mengalahkan sebagian besar sahabat lainnya, sehingga beliau SAW pernah bersabda dalam hadis :
"Ana madinatul îlmu, wa Ali baabuuha." (Saya kotanya ilmu dan Ali adalah pîntunya)."

Apalagi, ia kemudian dinikahkan dengan putri kesayangan Nabi SAW, Fathimah az Zahra, sehingga bimbingan pembentukan kepribadian Ali bin Abi Thalib oleh Nabi SAW terus berlanjut hingga kewafatan beliau.

Kepribadian Ali bin Abi Thalib

Banyak sekali kisah terpuji tentang akhlak dan kepribadian Ali, Sebagian Kisah mengenai Akhlak Ali Salah satu bentuk didikan Nabi SAw yang jelas-jelas mencerminkan kepribadian beliau pada diri Ali adalah kesederhanaan (zuhud)-nya.

Beberapa orang sahabat sering melihat Ali bin Abi Thalib menangis pada malam-malamnya, Sambil berbicara sendiri,

"wahai dunia, apakah engkau hendak menipuku? Apakah kamu mengawasiku? Jauh sekali jauh sekali. Godalah orang selain aku, sesungguhnya aku telah menceraikanmu dengan thalak tiga."

Umurmu pendek, majelis-majelismu sangat hina, kemuliaan dan kedudukanmu Sangat sedikit dan tidak berarti (akan habis). Alangkah sengsaranya aku, bekalku sedikit sedangkan perjalanan Sangat jauh dan Jalannya sangat berbahaya.

Itulah prinsip-prinsip mendasar dari akhlak Ali bin Abi Thalib, yang secara umum mewarnai jalan kehidupannya termasuk ketika ia menjabat sebagai khalifah.

Jiwa Perjuangan dan Kepahlawanan Ali bin Abi Thalib

Salah satu yang terkenal dari Ali bin Abi Thalib adalah sifat ksatria dan kepahlawanannya. Bersama pedang kesayangannya yang diberi nama Dzul Fiqar, sebagian riwayat menyatakan pedangnya tersebut mempunyai dua ujung lancip ia menerjuni hampir semua medan jihad tanpa sedikitpun rasa khawatir dan takut. Walau secara penampilan fisiknya Ali tidaklah kekar dan perkasa seperti Umar bin Khaththab misalnya, tetapí dalam setiap duel dan pertempuran dengan pedangnya itu ia hampir selalu memperoleh kemenangan.

Tidak berarti bahwa ia tidak pernah terluka dan terkena senjata musuh, hanya saja luka-luka yang dialaminya tidak pernah menyurutkan semangatnya, Nabi SAW seolah mengokohkan kepahlawanannya dengan sabda beliau, Tiada pedang (yang benar- benar hebat) selain pedang Dzul Fiqar, dan tiada pemuda (yang benar-benar ksatria dan gagah berani) selain Ali bin Abi Thalib.." (Laa fatan illaa aliyyun).

Ali bin Abi Thalib tidak pernah ketinggalan berjuang bersama Rasulullah SAW menerjuni medan pertempuran. Ketika perang Badar akan dimulai, tiga penunggang kuda handal dari kaum musyrik Quraisy maju menantang duel. Mereka dari satu keluarga, Utbah bin Aabi'ah, Syaibah bin Rab'iah dan Walid bin Utbah, Tampillah tiga pemuda Anshar menyambut tantangan mereka, Auf bin Harits al Afra Muawwidz bin Harits al Afra dan Abdullah bin Rawahah. Tetapi tokoh Quraisy ini menolak ketiganya, dan meminta orang terpandang dari golongan Quraisy juga,

Nabi SAw memerintahkan Ubaidah bin Harits, Hamzah dan Ali bin Abi Thalib, Ali menghadapi Walid, sebagian riwayat menyatakan ia menghadapi Syaibah, Ini adalah pertempuran pertamanya, tetapi dengan mudah Ali mengalahkan lawannya yang jauh lebih terlatih dan berpengalaman

Perang Uhud

Pada perang Uhud, ketika pemegang panji Islam, Mushab bin Umair menemui syahídnya, Nabi SAw memerintahkan Ali menggantikan dudukannya. Tangan kiri memegang panji, tangan kanan mengerakkan pedang Dzul Fiqarnya, menghadapi serangan demi serangan yang datang. Tiba-tiba terdengar tantangan duel dari pemegang panji pasukan musyrik, yakní pahlawan Quraisy Sa'ad bin Abi Thalhah. Karena masing-masing sibuk menghadapi lawannya, tantangan tersebut tidak ada yang menanggapi, ia pun makin sesumbar, dan Ali tidak dapat menahan dirinya lagi. Setelah mematahkan serangan lauwannya, ia meloncat menghadapi orang yang Sombong tersebut, ia berkata,

"Akulah yang akan menghadapimu wahai Saad bin Abi Thalhah, Majulah wahai musuh Allah!!"

Merekapun terlibat saling serang dengan pedangnya, di sela-sela dua pasukan yang bertempur rapat. Pada Suatu kesempatan, Ali berhasil menebas kaki lawannya hingga jatuh tersungkur, Ketika akan memberikan pukulan terakhir untuk membunuhnya, Saad membuka auratnya dan Ali pun berpaling dan berlalu pergi, tidak jadi membunuhnya, Ketika seorang sahabat menanyakan alasan mengapa tidak membunuhnya, ia berkata,

"la memperlihatkan auratnya Sehingga saya malu dan kasihan kepadanya."

Usai pertempuran, Ali dikerumuni orang-orang yang berusaha mengobati lukanya, tetapi kesulitan karena begitu banyak luka yang dialaminya, Ketika Nabi SAW menghampiri, mereka berkata:

"wahai Rasulullah, kami merasa kesulitan, kalau kami obati satu lukanya, terbukalah luka lainnya."

Akhirnya beliau turun tangan ikut membalut luka, dan dengan berkah tangan beliau yang penuh mu'jizat, luka-lukanya dapat diobati dengan mudah. Setelah itu beliau bersabda

"Sesungguhnya seseorang yang mengalami semua ini karena membela agama Allah, Sungguh telah berjasa besar dan diampuní dosa-dosanya."

Perang khandaq

Pada perang khandaq, sekelompok kecil pasukan musyrik Quraisy berhasil menyeberangi parit, mereka ini antara lain, Amr bin Abdi Wudd, Ikrimah bin Abu Jahl dan Dhirar bin Khaththab. Segera saja Ali bin Abi Thalib dan sekelompok sahabat yang berjaga pada sisi tersebut mengepung mereka. Amr bin Abdi Wudd adalah Jagoan Quraisy yang Jarang memperoleh tandingan, Siapapun yang melawannya kebanyakan akan kalah,

Ia melontarkan tantangan duel, dan Segera saja Ali bin Abi Thalib menghadapinya, Amr bin Wudd sempat meremehkan Ali karena secara fisik memang ia jauh lebih besar dan gagah, Setelah turun dari kudanya, ia menunjukkan kekuatannya, ia menampar kudanya hingga roboh, Namun semua ia tidak membuat Ali gentar, bahkan dengan mudah Ali merobohkan dan membunuhnya, Melihat keadaan itu anggota pasukan musyrik lainnya lari terbirit-birit sampai masuk parit untuk menyelamatkan diri.

Penyerangan Khaibar

Menjelang perang Khaibar, Nabi SAW bersabda sambil memegang bendera komando (panji peperangan),

"Sesungguhnya besok aku akan memberikan bendera ini pada seseorang, yang Allah akan memberikan kemenangan dengan tangannya, Ia sangat mencintai Allah dan Rasul-Nya, Allah dan Rasul-Nya pun mencintainya"

Esoknya para sahabat berkumpul disekitar Rasullullah SAW dan sangat berharap dialah yang akan ditunjuk Beliau untuk memegang bendera tersebut, Alasannya jelas, 'Sanggat Mencintai Allah dan Rasu-Nya, Allah dan Rasul-Nya juga mencintainya, derajad apalagi yang lebih tinggi daripada itu, dan itu diucapkan sendiri oleh beliau,

Pandangan Rasulullah SAW berkeliling untuk mencari seseorang, para sahabat mencoba menunjukkan diri dengan harapan akan ditunjuk beliau,Tetapi beliau tidak menemukan yang dicari, maka beliau bersabda, "Dimanakah Ali bin Abi Thalib?"

Seorang sahabat menjelaskan kalau Ali sedang mengeluhkan matanya yang sakit. Nabi SAW menyuruh seseorang untuk menjemputnya dan ketika Ali telah sampai di hadapan Rasulullah SAW, beliau mengusap mata Ali dengan ludah beliau dan mendoakan, seketika sembuh. Sejak saat itu Ali tidak pernah sakit mata lagi. Beliau menyerahkan panji peperangan kepada Ali, Ali berkata, Wahai Rasulullah, aku akan memerangi mereka hingga mereka sama sepert kital!"

"Janganlah terburu-buru" Kata Nabi SAW, "Turunlah kepada mereka, serulah mereka kepada Islam, Demi Allah lebih baik Allah memberi hidayah mereka melalui dirimu, daripada ghanimah berupa himar yang paling elok sekalipun!!"

Sebagian riwayat menyebutkan pemilihan Ali sebagai pemegang komando atau panji, setelah dua hari sebelumnya pasukan muslim gagal merebut atau membobol benteng Na'im, benteng terluar dari Khaibar. Khaibar sendiri memiliki delapan lapis benteng pertahanan yang besar, dan beberapa benteng kecil lainnya.

Ketika perisainya pecah pada peperangan ini, Ali menjebol pintu kota Khaibar untuk menahan serangan panah yang bertubi-tubi, sekaligus menjadikannya sebagai tameng untuk terus menyerang musuh. Usai perang, Abu Rafi dan tujuh orang lainnya mencoba membalik pîntu tersebut tetapi mereka tidak kuat, Dalam peperangan ini benteng Khaibar dapat ditaklukkan dan orang-orang Yahudi yang berníat menghabisi Islam justru terusir dari jazirah Arabia

Begitulah hampir tidak ada peperangan yang tidak diterjuninya, dan Ali bin Abi Thalib selalu menunjukkan kepahlawanan dan kekesatriaannya, Sekaligus kualitas akhlaknya sebagai didikan wahyu didikan Nabi SAw, Sampai pernah diceritakan, dalam Suatu pertempuran Ali sudah hampir membunuh musuhnya, tiba-tiba musuh tersebut meludahi wajahnya. Tampak tersirat kemarahan Ali, tetapi justru ia meninggalkan dan membiarkannya hidup.

Sebagian anggota pasukan muslim melihatnya dengan heran menanyakan sikapnya tersebut., Ali menjawab, "Ketika aku bertempur dan akan membunuhn yang aku masih berjuang karena agama Allah. Tetapi ketika ia meludahiku dan ada sedikit kemarahan dalam diriku, aku takut membunuhnya itu karena (nafsu) kemarahanku yang muncul.

KeKhalifahan Ali bin Abi Thalib

Ali sebagai Khalifah ke 4 menggantikan Khalifah sebelumnya yaitu Utsman bin Affan, Proses pengangkatan dirinya dilakukan dengan segera karena peristiwa terbunuhnya Utsman, sehingga kaum muslimin membutuhkan pemimpin, dan pengangkatan dilakukan secara masal dan terbuka.

Jasa-jasa dan peninggalan Ali Bin Abi Talib:
1. Khalifah Ali mengganti gubernur yang diangkat oleh Khalifah Utsman yang kebanyakan dari famili-famili khalifah tanpa memperhatikan kemampuan, keadilan, tingkan pribadinya). Tindakan ini menimbulkan dampak, antara lain munculnya tiga golongan:
  • golongan Ali,
  • golongan Aisyah, dan
  • golongan Zubair dan Talhah.
Perselisihan antara Ali dan Aisyah menyebabkan perang Jamal. Selain itu, terjadi perang Siffin yang melibatkan lebih banyak pihak. Akibat perang Siffin, muncullah Khawarij dan Syiah.

2. Menarik kembali tanah milik negara dan harta Baitul Māl yang dibagi-bagikan kepada pejabat dan famili-famili Khalifah Utsman biarpun ditentang oleh para gubernur lama. Kemudian dikembalikan fungsinya untuk kepentingan negara dan golongan lemah.

3. Memerintahkan kepada Abul Aswad Ad Duali untuk mengarang buku tentang pokok-pokok ilmu Nahwu (Qaidah Nahwiyah) untuk mempermudah orang membaca dan memahami sumber ajaran Islam.

4. Membangun Kota Kufah yang kemudian dijadikan pusat pengembangan ilmu pengetahuan Nahwu,Tafsir, Hadiš, dan lain-lain. Pada akhirnya, Khalifah Ali dibunuh oleh Ibnu Muljam dari golongan Khawarij.

Kisah-kisah Bersama Rasulullah

Ali di Jalan Zakaria dan Fathimah di Jalan Maryam

Suatu ketika Ali bertanya kepada istrinya, "Wahai Fathimah, ada makanan untuk kusantap hari îni?"
Fathimah herkata. "Tidak ada. aku berpagi hari dalam keadaan tidak ada makanan untukmu, begitu juga untukku dan kedua anak kita!!"

Tidakkah engkau menyuruhku untuk untuk mencari makanan?" Tanya Ali.

Aku malu kepada Allah untuk meminta kepadamu yang engkau tidak memilikinya!"

Kemudian Ali keluar rumah, ia yakin dan khusnudzon kepada Allah dan meminjam uang satu dinar untuk membeli makanan bagi keluarganya Tetapi belum sempat membelanjakan uang satu dinar itu, ia melihat sahabat Nabi SAw lainnya Aswad, sedang berjalan sendirian dipadang pasir yang panas, Ali menghampirinya dan berkata,

"Wahai Migdad, apa yang menggelisahkanmu??"

Miqdad berkata, "Wahai Abul Hasan, Janganlah mengganggu aku Janganlah menanyakan kepadaku sesuatu yang di belakangku (peristiwa yang menimpa sebelumnya)!!"

Ali berkata lagi, "Wahai Migdad, tidak seharusnya engkau menyembunyikan keadaanmu dari aku!!"

Baiklah kalau engkau memang memaksa, demi Dzat yang memuliakan Muhammad dengan kenabian, tidak ada yang menggelisahkan aku dalam perjalanan ini, kecuali karena aku meninggalkan keluargaku dalam keadaan kelaparan, Ketika aku mendengar tangisan mereka, bumi serasa tidak mampu memikulku, aku pergi dengan tidak mempunyai muka sangat malu)!!"

Miqdad enggan menceritakan keadaannya karena ia sangat mengenal Ali. Keadaan Ali tidaklah lebih baik daripada dirinya, apalagi ia seorang yang sangat perasa dan pemurah Dan hasil darî ceritanya itu langsung tampak, Ali mengucurkan air mata hingga membasahi Jenggotnya, Dengan terbata ia berkata,

"Aku bersumpah dengan Dzat yang engkau bersumpah dengan-Nya, tidaklah menggelisahkanku kecuali seperti yang menggelisahkan engkau juga, untuk itu aku telah meminjam uang satu dinar, îní untukmu saja, ambillah!! Aku dahulukan engkau daripada diriku sendiri!!"

Migdad menerima uang itu dengan gembira dan Masjid untuk shalat zhuhur karena waktunya hampir menjelang. Ia tetap tinggal di masjid hingga shalat ashar dan maghrib, Usai shalat mangrib, tiba-tiba Nabi SAW menghampirinya dan berkata,

"Wahai Ali, apakah kamu punya makanan untuk kita makan malam??"

Pada masa Nabi SAw, beliau lebih sering mengerjakan shalat jamaah isya' pada akhir waktu, yakni menjelang tengah malam. Karena itu setelah shalat magrib biasanya para sahabat pulang dahulu, Ali tersentak kaget mendengar pertanyaan beliau, ia tidak bisa berkata apa-apa karena malu kepada Nabi SAW, Karena ia diam saja, beliau bersabda lagi,

 "Jika kamu berkata 'tidak' maka aku akan pergi. Jika engkau berkata 'ya' maka aku akan pergî bersamamu!!"

Baiklah ya Rasulullah marilah ke rumah Saya!!" Mereka berjalan beriringan kerumah Ali, dan Fathimah langsung menyambut ketika mengetahui kedatangan Rasulullah SAW, dan mengucap salam, Beliau menjawab salam putri tercintanya itu sambil mengusap kepalanya, kemudian bersabda,

"Bagaimana engkau malam ini? Sudah siapkah makan malam untuk kita? Semoga Allah mengampunimu, dan Dia telah melakukannya!!"

Fathimah mengambil mangkuk besar berisi makanan, yang beberapa waktu sebelumnya tiba-tiba saja telah berada di rumahnya tanpa tahu Siapa yang membawakannya, Ali mencium aroma makanan yang sangat lezat, yang belum pernah rasanya ia menemukan makanan seperti itu. Ia memandang tajam kepada istrinya, sebuah pertanyaan keras dan kemarahan bercampur dalam pandangannya itu. Fathimah berkata,

"Subhanallah, alangkah tajamnya pandanganmul! Apakah aku telah berbuat kesalahan sehingga engkau tampak begitu murka?"

Ali berkata, "Apakah ada dosa yang lebih besar daripada yang engkau perbuat hari ini? Tadi pada aku menjumpaîmu dan engkau bersumpah tidak memiliki makanan apapun bahkan sudah dua harî lamanyal!"

Fathimah menengadah ke langit Sambil berkata, "Tuhanku Maha Tahu, bahwa aku tidaklah berkata kecuali kebenaran sematal!"

Nabi SAw tersenyum melihat pertengkaran kecil tersebut, Sambil meletakkan tangan di pundak Ali dan mengguncang-guncangkannya beliau bersabda,

"Wahai Ali, inilah pahala dinarmu, inilah balasan dinarmu, Allah memberi rezeki kepada siapa saja yang dikehendakinya!!"

Sesaat kemudian Nabi SAW menangis penuh haru, dan bersabda,

"Segala puji bagi Allah, Dzat yang telah mengeluarkan kalian berdua di dunia ini, yang telah memperjalankan engkau, wahai Ali di jalan (Nabi) Zakaria, dan memperjalankan engkau, wahai Fathimah di jalan Maryam!!"

Ali Memuliakan Seorang Lanjut Usia Non Muslim

Suatu ketika di shalat jamaah Subuh tiba-tiba Nabi SAW ruku' dalam waktu cukup lama, Bukan karena apa, tetapi malaikat Jibril datang dan menggelar salah satu sayapnya di punggung beliau sehingga beliau tidak bisa bangkit. Setelah Jibril pergi barulah beliau bisa i'tidal dan meneruskan shalat hingga selesai. Usai shalat para sahabat terheran-heran, dan salah satunya bertanya

"Apa yang terjadi, wahai Rasulullah, sehingga engkau memperpanjang ruku begitu lama yang sebelumnya belum pernah engaku lakukan ?"

Nabi SAw menceritakan tentang malaikat Jibril yang menahan beliau dalam ruku, Sahabat itu bertanya lagi, "Mengapa bisa seperti itu??"

Nabi SAW bersabda, "Aku tidak tahul!"

Tidak berapa lama Jibril datang lagi dan berkata, "Wahai Muhammad, Ali tergesa-gesa untuk ikut berjamaah tetapi di depannya ada seorang lelaki tua nashrani yang berjalan sangat pelan. Ali tidak mau mendahuluinya karena sangat memuliakan lelaki tua itul! Karena itu Allah memerintahkan aku untuk menahanmu dalam ruku,agar Ali dapat ikut jamaah!!"

Nabi SAW tampak terkagum-kagum dengan penjelasan Jibril tersebut, tetapi Jibril meneruskan, "Yang lebih mengagumkan lagi, Allah memerintahkan malaikat Mikail untuk menahan perputaran matahari dengan sayapnya, sehingga waktu Subuh tidak habis karena menunggu Ali hadir!!"

Nabi SAW memanggil Ali. Ketika Nabi SAW meng-konirmasi hal itu, Ali berkata dengan tenangnya seolah- olah tidak ada sesuatu yang ajaib terjadi, "Benar, ya Rasulullah, lelaki tua itu sangat pelan jalannya dan aku tidak Suka untuk mendahuluinya karena memuliakannya, Tetapi ternyata ia tidak datang untuk shalat, untungnya engkau masih dalam keadaan ruku' sehingga aku tidak tertinggal shalat jamaah bersamamu!!"

Nabi SAw hanya tersenyum, dan menceritakan duduk permasalahannya kepada para sahabat, Setelah itu beliau bersabda, "Inílah derajad orang yang memuliakan seorang lanjut usia walau ia bukan seorang muslim!!"

Bekerja pada Orang Yahudi 

Suatu ketika Rasullullah SAw mengunjungi kedua cucunya Hasan dan Husain, tetapi di sana beliau hanya menjumpai putrinya, Fathimah Ketika beliau bertanya tentang keberadaan kedua cucunya, Fathimah berkata kalau keduanya sedang mengikuti ayahnya, Ali bin Abi Thalib, yang sedang bekerja menimba air pada orang Yahudi karena pada hari itu memang tidak ada persediaan makanan bagi mereka sekeluarga,

Rasulullah SAW menjumpai Ali di kebun orang Yahudi itu, ia menimba air untuk menyiram tanaman di kebun tersebut dengan upah satu butir kurma untuk satu timba air.

Hasan dan Husain sendiri sedang bermain-main di suatu ruang sementara tangannya sedang menggenggam sisa-sisa kurma, Nabi SAW berkata kepada Ali,

"Wahai Ali apa tidak sebaiknya engkau bawa pulang anak-anakmu sebelum terik matahari akan menyengat mereka?"

Ali menjawab,
"wahai Rasulullah pagi ini kami tidak memiliki sesuatu  pun untuk dimakan, karena itu biarkanlah kami disîni hingga bisa mengumpulkan lebih banyak kurma untuk Fathimah."

Rasulullah SAW akhirnya ikut menimba air bersama Ali, hingga terkumpul beberapa butir kurma untuk bisa dibawa pulang.