
Tafsir AL-FATIHAH Pada Kewajiban Membaca Dalam Sholat
Kewajiban Membaca AL-FATIHAH Dalam Sholat

Alfatihah adalah surah yang disebut sebagai tujuh ayat yang dibacaberulang-ulang, ASab'u al-Matsāni."
"Dan sungguh Kami telah mendatangkan kepada engkau tujuh ayat yang diulang-ulang dan Alquran yang agung."
Tafsir Jalalain
Kalimat ini adalah kalimat berita yang dimaksudkan sebagai pujian untuk Allah dengan segala makna yang terkandung didalamnya, bahwa Dia Mahatinggi dan Pemilik seluruh pujian makhlukNya. Bisa Juga berarti Zat Yang layak untuk dipuji makhluk-Nya. Allah adalah nama untuk Zat yang sudah seharusnya disembah.
Pemilik seluruh pujan dari makhluk-Nya, baik manusia. Jjin, malaikat, maupun binatang. Dunia mereka masing-masing disebut alam sehingga dikatakan alam manusia, alam jin, dan seterusnya. Biasanya, kata Alam dalam bentuk pluralnya ditambahi dengan huruf Ya dan Nun, yaitu Alamin. Kata Alam ini berarti yang memiliki ciri pembeda dari yang lainnya. Kata Alam sendiri merupakan derivasi dari kata Alāmah yang berarti ciri atau tanda karena Alam merupakan ciri atau tanda keberadaan Penciptanya.
Yang memiliki rahmat. Rahmat itu sendiri adalah keinginan untuk memberikan kebaikan kepada yang berhak mendapatkannya.
Ad-Din di sini berarti balasan, maksudnya yaitu hari kiamat. Dikhususkan penyebutan Yang menguasai hari pembalasan di sini karena pada hari tersebut tidak ada satu pun yang berkuasa, kecuali Allah Swt., dengan dalil firman Allah, (Kepunyaan Siapakah kerajaan pada hari ini? Kepunyaan Allah.. (Q.S Gafir, 40: 16). Bagi orang yang membaca Maliki, maka artinya Penguasa semua perkara pada hari kiamat, atau maksudnya bahwa Allah selalu disifati dengan sifat tersebut. Seperti, Gafiruž Zanbi yang berati Pengampun dosa. Maka, Māliki Yaumid Din berfungsi sebagai sifat karena ia berbentuk Ma 'rifah atau definitif.
Hanya Engkau yang kami sembah dengan mengesakan-Mu dan bentuk-bentuk ibadah lainnya, dan hanya kepada-Mu Kami memohon pertolongan dalam perkara ibadah dan hal-hal lainnya.
Bimbinglah kami ke jalan yang lurus. Kalimat A-$irātal Mustaqim ini dalam gramatika bahasa Arab berfungsi sebagai MuDdal Minhu yaitu kata yang diterangkan maksudnya oleh kata selanjutnya.
Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat dengan hidayah. Mengenai orang-orang yang telah diberi nikmat ini, dijelaskan lebih lanjut pada ayat berikutnya.
Bukan jalan orang-orang Yahudi.
Mengandung arti bukan juga.
Jalan orang-orang Nasrani.
Akhirnya, hanya Allah-lah yang lebih mengetahui kebernaran dan hanya kepada-Nya tempat kembali dan berlindung. Semoga Allah selalu mencurahkan kesejahteraan kepada junjungan kita, Muhammad Saw, kepada keluarganya, dan para sahabatnya.
Tafsir lbnu Kašir
Ketika salat, disyariatkan membaca surah Al-Fatihah, berdasarkan sabda Nabi SaW. "Barangsiapa salat tanpa membaca Ummul Quran di dalamnya, maka salatnya khidāj -beliau mengulangi ucapannya sebanyak tiga kall, yakni tidak sempurna." [1]
Kemudian dikatakan kepada Abu Hurairah, Sesungguhnya kami salat di belakang imam. Abu Hurairah menjawab, Bacalah dalam hatimu karena sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda, "Allah berfirman, Aku membagi salat antara Aku dengan hamba-Ku.. (dalam hadis yang panjang)
Dengan demikian, makmum wajib membaca surah Al-Fätihah dalam salat siri (tidak dikeraskan bacaan) namun tidak wajib dalam salat jahar (dikeraskan bacaan) berdasarkan sabda Nabi Saw.Sesungguhnya imam dijadikan hanyalah untuk diikuti. Maka apabila imam bertakbir, bertakbirlah pula kalian, dan apabila dia membaca, maka diamlan kalian." Hal yang sama diriwayatkan Abu Dawud, At-Tirmizi, An-Nasai, dan lbnu Majah dari Abu Hurairah, Nabi Saw. bersabda, "Apabila imam membaca, maka diamlah Kalian seraya mendengarkannya. "
Tujuan mengetengahkan masalah tersebut adalah menerangkan kekhususan surah Al-Fätihah yang mempunyai hukum tersendiri yang tidak dimiiki surah lainnya [2]
Hadis Nabawi
Dari Abu Said A-Mu'alla Ra., ia berkata, Pada saat saya sedang melaksanakan salat, tiba-tiba Rasululan Saw memanggiku, namun saya tidak menjawab panggilan beliau hingga salatku selesai.
Ketika saya datang, beliau pun bertanya, Apa yang menghalangimu untuk mendatangiku? saya menjawab, Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya sedang salat. Beliau bersabda, BuKankah Alah Swt. bertirman, "Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Alah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu...(QS Al- Anfal, 8: 24).
Pada saat Rasulullah Saw. hendak keluar masjid, saya pun berkata, 'Wahai Rasulullah bukankah engkau telah mengatakan Saya akan mengajarimu surah yang paling agung yang terdapat di dalam Al-Quran ? Beliau menjawab "Benar, yaitu Surah Al-Hamdu lilLahi Rabbil Ālamin. la adalah As-Sab'ul Masani (tujuh ayat yang diulang-ulang) dan Al-Quranul Azimi (AlQuran yang agung) yang telah diwahyukan kepadaku. [3]
Hadis Qudsi
Abu Hurairah Ra. berkata, Aku pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda, "Allah berfiman, Aku membagi salat antara Aku dengan hamba-Ku, dan hamba-Ku mendapatkan Sesuatu yang dia minta. Apabila seorang hamba Derkata,Segala puji bagi Allah Tuhan seluruh alam maka Allah berkata, Hamba-Ku memuji-Ku. Apabila hamba tersebut mengucapkan, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang Allah berkata, Hamba-Ku memuji-Ku.' Apabila hamba tersebut mengucapkan, Pemilik hari pembalasan Allah berkata, Hamba-Ku memuji-ku.
Selanjutnya Dia berfirman, Hamba-Ku menyerahkan urusannya kepada-Ku. Apabila hamba tersebut mengucapkan, Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongany Allah berkata, ini adalah antara Aku dengan hamba-Ku. Dan hamba-Ku mendapatkan sesuatu yang dia minta' Apabila hamba tersebut mengucapkan, Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan jalan) mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat Allah berkata, Ini untuk hamba-Ku, dan hamba-Ku mendapatkan apa yang dia minta."[4]
Catatan Kaki
[1] (HR Muslim dari Abu Hurairah).
[2] (Ibnu Kašir, Tafsirul Quränil Azimi, Juz 1, 1421 H/2000 M: 18).
[3] (HR Ahmad, Musnadul Imăm Ahmad Bin Hanbal, Tahqiq: Syu'aib Al-Arnaut, Jilid 29, 1420 H/1999 M: 395).
[4] (HR Muslim, Sahihu Musim, Juz 2, No. Hadis 807: 9).