
Makna Bacaan Doa Sholat Sebelum Salam, Berlindung dari Fitnah
Makna Bacaan Doa Sholat Sebelum Salam, Berlindung dari Fitnah - Sebelum mengucap salam dalam sholat, baik wajib maupun sunnah, bacaan Doa Sebelum Salam untuk memohon perlindungan dari fitnah berdasarkan Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra.
"Allahumma innii 'A'uudzu bika min 'adzaabil qabri wa min 'adzaabin naar wa min fitnatil mahyaa wal mamaati wa min fitmatil masiihid dajjaal"
artinya:
"Ya Allah aku berlindung kepadaMu dari suksa kubur dan dari siksa api neraka dan dari fitnah kehidupan dan kematian dan dari fitnah Al Masihid Dajjal".

Doa tersebut berdasar pada hadis Nabi saw yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah
Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah bersabda:
"Bila salah seorang kalian sedang duduk tahiyat, hendaklah ia memohon perlindungan kepada Allah dari empat perkara". Lalu Beliau berdoa: "Allahumma inni a'udzu bika min adzabi jahannam wa min 'adzabil qabr wa min fitnatil mahya wal mamat wa min syarri fitnatil masihid dajjal (Ya Allah, sesungguhnya aku mohon perlindungan kepada-Mu dari siksa neraka jahanam, dari siksa kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian serta dari fitnah jahat al-Masih al-Dajjal)"[1]
Makna Bacaan
Lafal "allahumma inni a'udzu bika min adzabi jahannam",
Lafal "allahumma inni a'udzu bika min adzabi jahannam", yaitu siksaan yang berasal dari neraka jahanam. Di dalam Al Quran dan hadits dijelaskan keadaan neraka jahanam, tentang bagaimana dahsyatnya siksaan yang ada di dalamnya. Kita memohon kepada Allah agar diselamatkan darinya.
Isti'adzah atau permohonan perlindungan di sini mencakup siksaan neraka jahanam dan hal-hal yang menjadi penyebab manusia terjerumus ke dalamnya. Manusia itu berada pada dua perkara.
- Adakalanya terjaga dari perbuatan dosa, Allah menjaganya untuk tidak melakukan perbuatan tersebut.
- Dan adakalanya diampuni dosa-dosanya, Allah melindunginya dari akibat melakukan dosa.
Lafal "adzabil qabr'
Lafal "adzabil qabr', yaitu dari siksaan alam barzakh yang terjadi antara kematian orang yang berdoa dengan tegaknya hari kiamat. Kubur (qabr) yang dimaksud bukanlah tempat pemakaman si mayit, sebab sebenarnya manusia tidak tahu secara pasti apakah sudah mati dan dikubur, atau mati lalu dimakan binatang buas, atau terbakar hingga menjadi abu. Orang yang berdoa selayaknya membaca doa ini, yaitu berlindung dari siksa yang bisa saja mengenai seseorang sesudah kematiannya sampai hari kiamat.
Lafal 'min fitnatil mahya wal mamat'
Lafal 'min fitnatil mahya wal mamat', yaitu sebagai ujian seseorang dalam agamanya semasa hidupnya dan matinya. Kata fitnah, asal artinya adalah ujian dan tes. Fitnah kehidupan adalah keadaan yang selalu mengganggu manusia semasa hidupnya, seperti cobaan keduniaan dan syahwatnya, kebodohan, tertimpa musibah sampai hilang kesabaran, atau yang lainnya. Fitnah ini merupakan fitnah besar yang jarang orang bisa selamat darinya, kecuali orang yang dikehendaki Allah. Yang perlu diketahui adalah fitnah ini berkaitan dengan dua perkara: syubhat dan syahwat.
Syubhat munculnya dari kebodohan, mengganggu manusia dengan menyamarkan haq menjadi batil sehingga manusia menyangka kebatilan sebagai haq dan sebaliknya menyangka yang haq sebagai batil.
Apabila dia sudah menganggap haq sebagai kebatilan, maka dia pun akan menjauhinya. Jika dia meyakini kebatilan sebagai barang yang haq, maka dia pun melakukannya. Inilah fitnah yang hebat.
Betapa banyak orang yang meyakini riba sebagai barang yang haq dan mereka pun mengambilnya.
Betapa banyak orang yang menganggap pekerjaan menipu orang dalam hal jual beli adalah kepandaian yang patut dibanggakan. Dan betapa banyak orang dengan santai memandangi wanita ajnabi (bukan mahram) dengan bebas, leluasa dan menikmatinya.
Rasulullah saw bersabda:
"Tidak sempurna iman seseorang di antara kamu sehingga hawa nafsunya tunduk kepada apa yang telah aku sampaikan". (Dari Abu Muhammad, Abdullah bin Amr bin Al 'Ash )[2]
Adapun yang dimaksud fitnah kematian adalah fitnah yang menimpa seseorang ketika sakaratul maut di akhir umurnya. Disaat ajal menjemput dan menjelang perpisahan dengan amal, manusia ada yang merasa senang, ada juga yang tersiksa kesusahan, jiwanya lemas, hilang semangat, gundah gulana, kemudian syaitan mendatanginya. Waktu seperti ini adalah waktu emas bagi syaitan, sampai-sampai digambarkan oleh ulama akan terbayangkan keyakinan-keyakinan Yahudi dan Nasrani yang dianut oleh bapak ibunya. Na' udzu billah min dzalik.
lbnu Taimiyyah mengatakan:
"Kasus beberapa keyakinan datang pada saat seseorang sedang mengalami sekarat, bukan suatu kejadian yang umum menimpa semua orang, tetapi tidak setiap orang juga terhindar dari kejadian tersebut. Jadi, sebagian orang mengalami hal itu dan sebagian yang lain tidak mengalaminya. Itu semua merupakan fitnah kehidupan yang kita diperintah oleh Rasulullah untuk berlindung darinya di dalam shalat kita. Detik-detik kematian seseorang adalah waktu yang paling dinanti-nanti syaitan untuk menyesatkannya".[3]
Lafal "min syarri fitnatil masihid dajjal"
Lafal "min syarri fitnatil masihid dajjal". Kemunculan al masih ad daijal juga merupakan fitnah terbesar di dunia, di muka bumi, sejak diciptakannya Nabi Adam sampai hari kiamat. Oleh karena itu, semua nabi, mulai dari Nabi Nuh sampai Nabi Muhammad selalu mengingatkan kaumnya akan kedatangan al masih ad dajal.
Dan perlu diketahui bahwa fitnah al masih ad dajjal ini termasuk dalam fitnah-fitnah dunia. Adapun orang-orang yang sudah meninggal dunia, terselamatkan dari fitnah yang satu ini.
Empat fitnah ini adalah sumber semua keburukan. Keburukan yang dimaksud adalah menjadi penyebab siksaan di akhirat. Adapun siksaan ada dua macam, yaitu siksaan di alam barzakh dan siksaan di akhirat.
Penyebabnya adalah fitnah. Fitnah ada dua: kubra (besar) dan shughra (kecil). Fitnah kubra adalah fitnah dajal dan fitnah Kematian. Fitnah shughra adalah fitnah kehidupan yang bisa diperbaiki dengan taubat sedangkan orang yang terkena fitnah kubra tidak bisa bertaubat.[4]
Catatan Kaki
[1] Muttafaq 'alaih, Shahih AI-Bukhari, Al-Bukhari: Kitab al Jana-iz, Bab At-Ta awwudz Min "Adzab Al-Qabr, no. 1377. Shahih Muslim, Muslim: Kitab Al-Masajid, Bab Ma Yusta'adzu Minhu Fi ash-Shalah, no. 588.
[2] Hadits hasan shahih dalam kitab Al Hujjah dengan sanad yang shahih. Abdullah bin 'Amr bin al"Ash adalah sahabat penulis wahyu yang banyak meriwayatkan hadits dari Nabi saw.
[3] Al Ikhtiyarat Al-Fiqhiyyah, hal, 85.
[4] Asy Syarh Al-Mumti' "Ala Zad Al-Mustaqni', Ibnu 'Utsaimin, 3/237 266 Hasyiyah Ar-Raudh Al-Murbi', 2/74.