Pengertian Dan Tata Cara Sholat Khauf

Pengertian Dan Tata Cara Sholat Khauf


Pengertian Shalat Khauf

Shalat Khauf ialah shalat dalam kekhawatiran. Apabila di antara kita ada yang mengalami kekhawatiran atau ketakutan di dalam shafar mengingat karena keadaan tidak aman atau dalam bahaya perang, seperti dikala manghadapi musuh atau herndak menghadapi musuh, maka hendaklah melaksanakan shalat menurut cara yang di bolehkan dalam safar, yakni boleh dikerjakan dengan shalat qashar atau shalat jama' dan qashar sekaligus, jika hendak shalat khauf sendirian.

Dan jika keadaan cukup mendesak, misalnya terjadi perang dan sebagainya, hendaklah dikerjakan menurut kemungkinan-kemungkinan yang ada, bisa dengan sambil berjalan dan sambil berkendaraan, baik menghadap kiblat ataupun tidak menghadap kiblat. Sedangkan rukun-rukun shalat yang dilaksanakan dalam keadaan terjepit seperti itu, boleh dikerjakan dengan melalui isyarat.

Allah SWT berfirman:


"Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka shalatlah sambil berjalan atau berkendaraan. Kemudian apabila kamu telah aman, maka sebutlah Allah (shalatlalh), sebagaimana Allah telah mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui." (QS. al-Baqarah: 239).

Shalat Khauf tersebut bisa juga dilaksanakan dengan berjamaah. Allah SWT berfirman:

"Apabila Kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata, kemudian apabila mereka (yang shalat bersamamu) sujud (telah menyempurnakan raka'at) maka hendaklalh mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum bersembahyang, lalu bersembahyanglah mereka bersamamu, dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata. Orang-orang kafir ingin supaya kamu lengah terhadap senjatamu dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu dengan sekaligus. Tidak ada dosa atasmu meletakkan senjata senjatamu, jika kamu mendapat sesuatu kesusahan karena hujan atau karena kamu memang sakit; dan siap siagalah kamu. Sesungguhnya Allah telah menyediakan adzab yang menghinakan bagi orang-orang kafir itu." (QS. an-Nisaa' : 102).

Cara Melaksanakan Shalat Khauf

Adapun cara melaksanakan Shalat Khauf dengan berjamaah, bermacam-macam, menurut kondisi atau keadaan bahaya musuh. Cara sembahyang ketika sangat di khawatirkan kemungkinan ada bahaya terjadi sewaktu sedang sembahyang. Umpama di waktu peperangan bagi tentara yang masuk medan perang setiap waktu ada kemungkinan berkobarnya pertempuran yang datang dari pihak musuh. Cara sembahyang ketika itu diatur berbeda dari sembahyang di waktu aman.

Cara yang dijalankan oleh Rasulullah saw berbeda-beda riwayatnya. Sebagian ahli hadis meriwayatkan tiga cara dan yang lain sepuluh macam dan ada pula yang meriwayatkan 16 cara, bahkan ada pula yang meriwayatkan 24 caranya. Semua perbedaan itu mungkin telah dikerjakan oleh Rasulullah saw karena berbeda keadaan di waktu-waktu itu, yang dimaksud ialah sembahyang wajib dikerjakan sebaik mungkin dan penjagaan serta perlawanan terhadap musuh tidak dapat dilalaikan atau di sia-siakan.

Di sini hanya akan digambarkan tiga cara yang dikerjakan beliau dengan tidak membantah cara-cara yang lain, apabila benar-benar riwayat yang sah dari Rasulullah saw

1. Cara yang pertama 

ketika musuh tidak berada disebelah kiblat dan kita tidak merasa aman akan digempur oleh musuh serta tentara kaum muslimin lebih banyak. Dengan arti jika hanya dengan sebagian tentara muslimin musuh dapat dihadapi (dilawan).

Dalam keadaan seperti ini hendaklah pemimpin pertempuran membagi prajurit-prajuritnya atas dua bagian, sebahagian berdiri menjaga di sebelah musuh dan sebagian yang lain sembahyang mengikut imam satu raka'at. Apabila imam telah berdiri pada raka'at

kedua, bagian ini meneruskan sembahyang masing-masing untuk menyempurnakan raka'at kedua dan Sesudah mereka memberi salam mereka terus pergi kepihak musuh untuk menjaga musuh dan bagian lain yang tadinya menjaga musuh terus sembahyang mengikut imam yang sedang menunggu.

Kemudian imam meneruskan sembahyang raka'at kedua bersama-sama mereka, apabila imam duduk untuk membaca tasyahud, mereka yang baru sembahyang satu raka'at meneruskan sembahyang masing-masing untuk raka'at kedua dan imam lalu duduk menunggu mereka selesai, apabila mereka sudah selesai membaca tasyahud, imam memberi salam bersama-sama dengan mereka.

Sembahyang dengan cara seperti tersebut diatur dan dilakukan oleh Rasulullah bersama dengan sahabat-sahabat beliau di medan perang yang dinamakan Zatur-Riqa'.

Sabda Rasulullah saw:

"Dari Saleh bin Khauwat dari orang yang sembahyang bersama-sama dengan Nabi saw di masa perang 'Zatur-Riqa, katanya: Sesungguhnya sebalhagian berbaris bersana-sama dengan Nabi saw dan sebagian lagi menghadapi musuh, maka Nabi saw, sembahyang satu raka'at bersama-sama dengan barisan yang di belakang beliau. Kemudian beliau berdiri menunggu, maka barisan pertama lalu menerUskan Sembahyang, kemudian mereka pergi menjaga musuh, dan datang bahagian kedua yang tadinya menjaga musuh. Nabi raka'at pula, penyempurnakan sembahyang beliau. Kemudian mereka menyempurnakan sembahyang masing-masing, lalu Nabi saw memberi salam bersama-sama dengan mereka". (HR. Jama'ah kecuali Ibnu Majah).

2. Cara yang kedua, 

ketika musuh ada di sebelah kiblat berarti sekiranya musuh datang menempur ketika mereka sedang sembahyang niscaya akan dapat dilihat.

Jika sekiranya terjadi seperti itu, maka pimpinan hendaknya mengatur tentaranya menjadi dua shaf (dua barisan), imam sembahyang bersama-sama dengan kedua shaf itu, membaca takbiratul-ihram bersama-sama membaca bacaan bersama-sama, ruku bersama-sama sampai i'tidal raka'at pertama.

Kemudian apabila imam sujud hendaklah sujud pula salah satu dari kedua shaf itu mengikut imam, dan shaf yang lain tetap berdiri menjaga musuh. Apabila imam dan salah satu shaf yang mengikut imam itu berdiri dari sujud untuk raka'at kedua, maka shaf yang menjaga tadi hendaklah sujud dan segera bangkit menghubungi imam pada raka'at kedua untuk membaca bacaan ruku' dan i'tidal bersama-sama

Apabila imam sujud hendaklah shaf yang pada raka'at pertama menjaga sujud pula dan yang tadinya sujud bersama imam, sekarang hendaklah menjaga musuh; apabila, imam duduk maka shaf yang menjaga itu hendaklah Sujud, kemudian duduk pula untuk memberi salam bersama-sama dengan imam dan shaf yang telah duduk bersama imam tadi.

Kalau tentara muslimin itu banyak tidak ada halangan diatur beberapa shaf berarti tidak mesti hanya dua shaf saja, tetapi yang penting hendaklah di waktu imam sujud shaf- shaf itu berganti-ganti mengikut imam sujud dan yang lain menjaga musuh. Umpamanya ada tiga shaf hendaklah satu setengah shaf mengikut imam dan satu setengah menjaga musuh. Dan apabila shaf itu dijadikan empat hendaklah berganti-ganti dua shaf mengikut imam dan dua shaf yang lain menjaga musuh, begitu seterusnya.

Cara sembahyang takut tersebut adalah cara yang diatur Rasulullah ketika ada dalam peperangan Usfar' menurut riwayat Abu-Daud dan lainnya. Sabda Rasulullah saw

ngan Rasulullah akan sembahyang khaiuf, belian atur kami menjadi dua shaf di belakang beliau, sedang musuh di antara kami dengan kiblat, beliau membaca takbiratul-ihram, kami pun semua membaca takbir pula, kemudian beliau ruku' kami pun ruku' semuanya. Kemudian beliau bangkit dari ruku', kanmipun bangkit pula semuanya. Kemudian beliau sujud beserta satu shaf dan shaf yang lain tetap berdiri menjaga musuh. Sestudah selesai beliau sujud beserta shaf yang bersama.beliau, shaf yang lain yang tadinya menjaga, terus sujud lantas berdiri. Kemudian shaf yang di belakang maju ke depan dan shaf yang di depan mundur ke belakang kemudian beliau ruku', kami pun rukıu' sekalian. Kemudian beliau bangkit kami pun bangkit, kemudian beliau sujud beserta shaf yang dekat beliau dan shaf lain yang tadinya sujud bersama-sama dengan beliau nenjaga nusuh.

Sesudah beliau selesai dari sujud bersama-sama dengan shaf yang dekat beliau itu, shaf yang lain yang tadi menjaga musuh lalu sujud pula; kemudian beliau memberi salam kami pun memberi salam pula semuanya"(HR. Ahmad, Muslim, Ibnu Majah dan Nasa'i).

3. Cara yang ketiga 

apabila keadaan sudah sangat menakutkan dan mengkhawatirkan sehingga untuk membagi tentara berbaris-baris itu tidak mungkin lagi dijalankan, karena banyaknya musuh pada semua pihak atau pertempuran sedang berkobar, sehingga orang yang berkendaraan tidak dapat turun lagi dari Kendaraannya, begitu pula orang yang berjalan kaki sudah tidak dapat berpaling ke kiri atau ke kanan, maka ketika keadaan sudah sedemikian rupa, masing-masing dari balatentara boleh sembahyang sendiri-sendiri menghadap kiblat atau tidak menghadap kiblat, sambil berjalan kaki atau berkendaraan. Ringkasnya boleh sembahyang menurut kemungkinan masing-masing karena sembahyang tidak boleh ditinggalkan dan melawan musuh membela diripun tidak dapat pula di abaikan.

Firman Allah SWT:

"Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka shalatlah sambil berjalan atau berkendaraan, kemudian apabila kamu telah aman, maka sebutlah Allah (shalatlah), sebagaimana Allah telah mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketalhui." (QS. al-Baqarah: 239).

Setelah Allah SWT memerintahkan untuk tetap memelihara sembahyang sebaik-baiknya, maka Allah SWT menerangkan pula cara sembahyang ketika sangat ditakuti akan adanya bahaya. Allah berfirman: "Jika engkau sangat takut, sembahyanglah sambil berjalan kaki atau berkendara, apabila kamu sudah aman kembali sembahyanglah sebagaimana biasa menurut ajaran Allah". Surat al-Baqarah ayat 239.

Menurut Tafsir lbnu 'Umar, yang dimaksud dengan "berjalan kaki atau berkendaraan" dalam ayat tersebut menghadap atau tidak menghadap kiblat.

Sabda Rasulullah saw:

"Dari Ibnu Umar, sesungguhnya Rasulullah saw telah menerangkan sembahyang takut, kata beliau: Kalau keadaan takut itu sudah sedemikian rupa, maka sembahyanglah berjalan kaki atau berkendaraan . (HR. Ibnu Majah)