Menyambut Seruan Allah Dan RasulNya

Menyambut Seruan Allah Dan RasulNya

Menyambut Seruan Allah Dan RasulNya - Dalam surat Al-Anfaal ayat 24 Allah SWT menyeru kepada orang-orang yang beriman ke arah apa yang menghidupkan mereka. Yang diseru adalah orang-orang yang hidup. Bagaimana maksudnya?

Menyambut Seruan Allah Dan RasulNya

dari [Abu Sa'id bin Al Mu'alla] dia berkata;


ketika saya sedang shalat, Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam lewat, lalu beliau memanggilku namun saya tidak mendatanginya sehingga shalat saya selesai. Kemudian aku menemuinya. Beliau bertanya: Apa yang mengahalangimu untuk datang kepadaku? Abu Sa'id menjawab; saya sedang shalat. Beliau bersabda: "Bukankah Allah Tabaraka Wa Ta'ala telah berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu." (Al Anfal: 24). Lalu beliau bersabda: "Maukah saya ajarkan surat yang paling agung dalam alqur'an sebelum saya keluar dari masjid ini?. Abu Sa'id bin Al Mu'alla berkata; ketika Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam hendak pergi, saya mengingatkan beliau, lalu beliau bersabda: "Segala puji bagi Allah rabb semesta alam." (Al Fatihah: 2), itu adalah termasuk Assabu' Al Matsani (tujuh ayat yang terulang-ulang) dan Al quran yang agung yang diberikan kepadaku.

Lengkapnya surat Al-Anfaal berbunyi:


يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱسْتَجِيبُوا۟ لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ ۖ وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ ٱلْمَرْءِ وَقَلْبِهِۦ وَأَنَّهُۥٓ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ

Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Alah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepada kamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah mendinding antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada Nyalah kamu akan dikumpulkan". (Al Anfaal 24)
 

Di antara manusia yang hidup, terdapat dinding pemisah antara diri dan hatinya. Yang mendinding Allah sWT, Mendinding artinya menguasai dan memiliki.
 

Manusia kelihatan hidup dan berguna, tetapi jika didinding oleh Allah, ia sebenarnya mati. Mati jiwa dan hatinya.


Tanda dan bukti jiwa yang hidup yaitu : 

  1. Mematuhi perintah dan larangan Allah dengan rasa cinta kepada Nya dan dengan kesungguhan hati.
  2. Untuk memperoleh pengampunan dan ridho Allah.
  3. Membenarkan seluruh ajaran (risalah) Allah yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw.
  4. Mengupayakan kemakmuran dan kesejahteraan umat manusia.
  5. Keserasian hidup antara manusia dengan segala isi alam semesta.


Melaksanakan perintah dan larangan Allah dapat menyelaatkan hati manusia dari perangkap hawa nafsu dan tawanan dosa dan dapat menyingkirkan dinding antara manusia dengan hatinya.
Itulah jiwa yang hidup. Dan arti menghidupkan adalah kepatuhan, ketaatan manusia kepada perintah Allah, membawa mereka kepada ketentraman, kedamaian, kerukunan, keserasian hidup.
 

Perjalanan menuju Allah

Perjalan menuju Allah adalah perjalanan kembali keasal, untuk kembali kepada Allah, manusia haruslah suci. Sebab sesuatu tidak mungkin menyatu dengan yang lain, melainkan jika keduanya memiliki elemen-elemen dan sifat-sifat yang sama.
 

Untuk kembali kepada Allah sebagai Zat Yang Maha Suci, maka manusia harus menyucikan diririnya dari segala bentuk kotoran berupa dosa dan noda-noda ruhaniah. Nabi saw. mengisyaratkan, 


"Sesungguhnya Allah adalah Zat Yang MahaBaik, tidak dapat menerima melainkan yang baik pula." (HR. Muslim)

Oleh sebab itu, jalan yang ditempuh oleh orang yang ingin kembali kepada Ilahi ialah jalan penyucian diri (tazkiyah al-nafs).
 

Seseorang itu akan menempuh perjalanan yang menembus lapisan-lapisan ruhani yang terdiri atas beberapa peringkat, sehingga salik (penempuh jalan) akan mencapai bagian-bagian terdalam dalam ruhani, yang diibaratkan dalam hadis yang populer dikalangan sufi sebagai tahta Ilahi : Qalb al-mu'min 'arsy Allah (Hati orang yang beriman adalah tahta Allah).