
Antara Jasad Dan Ruh Rasulullah SAW Pada Peristiwa Isra Miraj
Apakah peristiwa Isra Mikraj dilakukan Rasulullah saw beserta jasad dan ruhnya saja atau dalam keadaan mimpi?

Persoalan Isra Mikraj adalah termasuk persoalan khilafiyah. Sekalipun para ulama sepakat tentang keberadaan peristiwa ini karena disebutkan di dalam al-Qur'an surat al lsra' (17):1, untuk peristiwa Isra' dan surat an-Najm (53):7-16 untuk peristiwa Mikraj.
Isra Miraj Dilakukan Dengan Ruh Dan Jasad
Tetapi mereka berbeda pandangan dalam memahami persoalan ini Menurut kebanyakan para ulama peristiwa Isra Miraj dilakukan Rasul saw. dengan jasad dan ruhnya dalam keadaan bangun, bukan tidur.
Dalam hal ini mereka mengajukan alasan-alasan sebagai berikut :
a. Bahwa kalimat tasbih dan takjub yang tertera dalam firman Allah, "Subhanalladziasra bi'abdihi laila (Mahasuci Dzat yang menjalankan hamba-Nya di waktu malam menunjukkan peristiwa Isra Mikraj adalah peristiwa yang luar biasa). Seandainya peristiwa itu hanya sekadar mimpi Rasulullah saw. dalam tidurnya, tidak mungkin Allah menggunakan kalimat tasbih yang mengandung makna takjub
b Seandainya peristiwa Isra Mikraj berupa mimpi, tentuu orang-orang Quraisy tidak akan segera mendustakan Nabi Saw., tatkala mereka mendengar kabar itu.
Kata bi'abdihi yang berarti "hamba-Nya" ini secara bahasa mengandung pengertian ruh maupun jasadnya. Tidak bisa hanya diartikan ruhnya saja atau jasadnya saja.
Bahwa perjalanan yang sangat cepat yang ditempuh Rasulullah Saw. dalam peristiwa Isra Mikraj adalah suatu hal yang tidak mustahil. Karena peristiwa yang sama juga pernah dialami oleh Nabi yang lain yaitu Nabi Sulaiman as. Disebutkan di dalam al-Qur'an surat al-Saba (34):12).
Selain kisah Sulaiman yang berjalan dengan angin juga KiSah berpindahnya singgasana ratu Bilqis dari Yaman ke Sirm hanya waktu sekejap mata. Peristiwa ini disebutkan di dalam al-Qur'an surat an-Naml (27): 40.
Isra Miraj Dilakukan Dengan Ruh Saja
Pendapat lain mengatakan peristiwa ini dialami Rasulullah Saw dengan ruhnya saja artinya sebagai pengalaman batin beliau, dengan alasan sebagai berikut:
A. Pernyataan Mu'awiyah bin Abu Sofyan
Pernyataan Mu'awiyah bin Abu Sofyan yang mengatakan bahwa peristiwa Isra Mikraj adalah sebuah ruyah shaiudiqah (mimpi yang benar yang datang dari Allah SWT).
Tetapi alasan ini dianggap lemah karena pada waktu terjadi peristiwa Isra Mikraj, Mu'awiyah belum masuk Islam dan belum menerima kebenaran peristiwa ini.
B. Pernyataan Aisyah
Pernyataan Aisyah, istri Rasulullah saw. yang konon datang dari salah seorang keluarga sahabat Abu Bakar yang mengatakan bahwa tatkala kejadian itu, Aisyah menyaksikan jasad Rasulullah saw. masih ada di sebelahnya. Alasan ini pun dipandang tidak kuat. Karena tatkala terjadi peristiwa Isra Mikraj A'isyah masih kecil dan belum menjadi istri Nabi saw.
C. Penafsiran Hasan
Penafsiran Hasan terhadap kata ar-ru ya yang tertera dalam al-Qur'an surat al-Isra (17): 60 yang berbunyi, Wama waja 'alnarru yallati arainaka ills fitna tan linnas ("Dan Kami tidak menjadikan penglihatan yang telah Kami perlihatkan kepadamu melainkan sebagai ujian bagi manusia").
Menurut Hasan kata ar-ru ya di sini mempunyai arti penglihatan dalam mimpi, bukan penglihatan dengan mata kepala