Tanda Orang Munafik Bila Mendengar Dakwah

Tanda Orang Munafik Bila Mendengar Dakwah

 SIKAP ORANG MUNAFIK TERHADAP DAKWAH (Qs Al-Baqarah, 2: 19)

Dalam Alquran pada surah Al-Baqarah, terdapat dua perbandingan dan pengambaran sikap orang yang munafik pada jaman Rasulullah saw, disandarkan pada peristiwa dan dakwah-dakwah beliau. 

Dimana ada satu golongan disebutkan ketika keuntungan mendatangi hidup mereka, maka mereka memuji-muji agama Islam yang dibawa Rasul, namun sebaliknya ketika kesialan menimpa mereka, maka dengan cepat mereka menyalahkan agama yang dibawa beliau.


اَوۡ كَصَيِّبٍ مِّنَ السَّمَآءِ فِيۡهِ ظُلُمٰتٌ وَّرَعۡدٌ وَّبَرۡقٌ‌ ۚ يَجۡعَلُوۡنَ اَصَابِعَهُمۡ فِىۡۤ اٰذَانِهِمۡ مِّنَ الصَّوَاعِقِ حَذَرَ الۡمَوۡتِ‌ؕ وَاللّٰهُ مُحِيۡطٌ‌ۢ بِالۡكٰفِرِيۡنَ
Atau seperti (orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit, yang disertai kegelapan, petir dan kilat. Mereka menyumbat telinga dengan jari-jarinya, (menghindari) suara petir itu karena takut mati. Allah meliputi orang-orang yang kafir.


Tafsir Jalälain


اَوۡ

Atau perumpamaan mereka.


 كَصَيِّبٍ
Seperti orang-orang yang terkena hujan lebat. Asal kata Sayyib adalah Saywib dari Şäba-Yaşübu yang berarti turun.


مِّنَ السَّمَآءِ
Dari langit yang penuh dengan awan.


فِيۡهِ
Pada awan tersebut.


ظُلُمٰتٌ
Ada kegelapan yang sangat kelam


 وَّرَعۡدٌ
Maksudnya adalah malaikat yang diberi tugas mengurus guruh. Ada juga yang berpendapat, maksudnya adalah suara guruh.


وَّبَرۡقٌ‌
Kilatan cemeti yang digunakan untuk membentak.


 يَجۡعَلُوۡنَ
Orang-orang yang terkena hujan lebat tadi menjadikan.


صَابِعَهُمۡ
Jari-jari mereka.


 فِىۡۤ اٰذَانِهِمۡ مِّنَ
Berada pada telinga-telinga mereka disebabkan.


الصَّوَاعِقِ
suara guruh yang sangat keras. Lalu mereka menutup telinga agar tidak mendengar suara itu.


حَذَرَ
Takut


لۡمَوۡتِ‌ؕ
Mati karena mendengar petir tersebut. Begitu juga keadaan mereka ketika Al-Quran turun. Al-Quran mengumpamakan kekufuran bagaikan kegelapan; ancaman terhadap kekufuran bagaikan guruh; dan hujjah-hujjah yang jelas bagaikan kilat. Oleh karena itu, mereka menutup telinga agar tidak mendengarnya Sedangkan kecenderungan kepada keimanan dan meninggalkan agama mereka (yang sesat) diumpamakan bagaikan kematian.

وَاللّٰهُ مُحِيۡطٌ‌ۢ بِالۡكٰفِرِيۡنَ
Dan Allah meliputi orang-orang kafir sehingga mereka sama sekali tidak akan luput dari pengetahuan dan kuasa-Nya.


Sirah Nabawi

Diriwayatkan oleh lbnu Jarir, dari Abu Saleh yang bersumber dari lbnu Abbas, Murrah, Ibnu Mas'ud dan beberapa orang sahabat lainnya, bahwa ada dua orang munafik Madinah lari dari Rasulullah Saw. menuju kaum musyrikin. Di jalan keduanya diguyur hujan yang disertai guruh yang dahsyat, petir, dan kilat. Setiap kali ada petir, mereka menutup telinganya dengan jari, karena takut memekakkan telinga, dan mati karenanya. Apabila kilat bersinar, mereka berjalan. Dan apabila tiada sinar kilat, mereka tidak dapat melihat. Mereka kembali ke jalan semula untuk pulang dan menyesali perbuatan mereka. Keesokan harinya mereka menghadap kepada Rasulullah Saw. untuk menyerahkan diri masuk Islam dengan sebaik-baiknya.


Allah Swt. memberikan perbandingan kejadian dua orang munafik ini dengan kaum munafik lainnya yang ada di Madinah.


Mereka suka menghadiri majelis Rasulullah Saw. tetapi menutup telinga mereka dengan jarinya karena takut terkena sabda Rasulullah Saw. yang menerangkan hal ihwal mereka sehingga terbongkarlah rahasianya, atau mereka takut jadi tunduk, karena terpikat hatinya oleh ajaran-ajaran Islam. (Ibnu Jarir At-Tabari, Jāmi'u'l Bayani An Ta wili Ayil Qurăni, Juz 1, 1420 H/2000 M: 346).

Hadis Al-Arba'in An-Nawawi

Dari Abdullah bin Amr Ra, dia berkata, Rasulullah Saw, bersabda, Ada empat perkara, barangsiapa yang empat perkara tersebut ada pada dirinya, maka dia menjadi orang munafik sejati, dan apabila salah satu Sifat dari empat perkara tersebut ada pada dirinya, maka pada dirinya, terdapat satu sifat dari kemunafikan hingga dia meninggalkannya, yaitu jika berbicara, selalu bohong: Jika melakukan perjanjian, melanggar; jika berjanji, selalu ingkar, dan jika berselisih, licik." (HR Bukhari dan Muslim).
 

Pada hadis di atas, Nabi Saw menyebutkan beberapa hal yang menjadi sifat sifat kemunafikan, dan sitat-sitat ini tiada lain sebagai ciri kemunafikan pada perbuatan. Adapun nifak yang lain kedudukannya lebih besar lagi karena memperlihatkan keimanan dan menyembunyikan kekufuran. (Abdurrahman bin Salih Ad-Dahsy, Syarhu'l Arba'ina An-Nawawiyyah wa Tatimmatu lbni Rajab, t.t.: 179).


Hadis Nabawi

Dari Abu Sa'id, ia berkata, Rasulullah Saw bersabda "Hati itu ada empat macam: Pertama hati yang bersih a seperti lentera yang bercahaya. Kedua, hati yang tertutup. la terikat dengan tutupnya, ketiga, hati yang sakit. Dan keempat, hati yang terbalik Adapun hati yang bersih adalah hati orang beniman. la seperti lentera yang bercahaya.. Hati yang tertutup adalah hati orang kafir. Hati yang sakit adalah hati orang munafik, ia mengetahui yang baik namun ia mengingkari. Dan hati yang terbalik adalah hati yang di dalamnya ada iman dan nifak.  Contoh keimanan adalah seperti tanah yang dapat memberikan air yang bersih, sedangkan nifak adalah seperti bisul, didalamnya hanya nanah dan darah. Maka dintara keduanya, yang paling kuat akan mengalahkan lainnya." (HR Ahmad). (lbnu Kašir, Tafsirul Qurănil Azimi, Jilid 1, 1421 H/2000 M: 305).

Nasihat Dan Pelajaran

Dari peristiwa di atas dapat diketahui perbandingan antara kedua orang munafik yang berkaitan dengan ayat ini dengan kaum munafik Madinah, yaitu:


 (a) Kedua orang munafik menutup telinganya karena takut mendengar guruh yang memekakkan, dan apabila kilat bersinar, mereka berjalan. Sedang kaum munafik Madinah menutup telinga karena takut terkena sabda Rasul. Akan tetapi di sãat banyak harta, anak buah, dan mendapat ganimah atau kemenangan, mereka ikut serta dengan kaum muslimin dan berkata, "Nyatalah sekarang benarnya agama Muhammad itu." Dan mereka merasa tenteram.


(b) Kedua orang munatik apabila ada cahaya kilat, mereka berhenti dan tertegun. Sedang kaum munafik Madinah apabila habis hartanya, anak buahnya, dan terkena musibah, mereka berkata, "Inilah akibat agama Muhammad." Mereka kembali murtad dan kufur. (lbnu Jarir At Tabari, Jämřu'l Bayáni An Ta wilil Ayi'l Qurani, Juz 1, 1420 H/2000 M: 346).