
Hikmah Yang Terkandung Dibalik Penciptaan Lalat
HIKMAH DIBALIK PENCIPTAAN LALAT (Q.S Al-Baqarah, 2: 26)
![]() |
image source : the-scientist.com |
Alquran adalah jalan petunjuk yang sempurna dari Allah SWT, yang diturunkan melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw. Terdapat satu pelajaran berharga dalam hikmah penciptaan lalat, sebagai petunjuk yang nyata.
"Sesungguhnya Allah tidak segan membuat perumpamaan seekor nyamuk atau yang lebih kecil dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, mereka tahu bahwa itu kebenaran dari Tuhan. Tetapi mereka yang kafir berkata, "Apa maksud Allah dengan perumpamaan ini?" Dengan (perumpamaan) itu banyak orang yang dibiarkan-Nya sesat, dan dengan itu banyak (pula) orang yang diberi-Nya petunjuk. Tetapi tidak ada yang Dia sesatkan dengan (perumpamaan) itu selain orang-orang fasik," (Q.S Al-Baqarah, 2: 26)
Tafsir Jalalain
اِنَّ اللّٰهَ لَا يَسۡتَحۡـىٖۤ اَنۡ يَّضۡرِبَ
مَثَلًا
مَّا
Lafal Ma di sini Nakiah (indefinitfi) berfungsi sebagai Mausuf (yang disifati) dengan kata-kata setelahnya, la berfungsi sebagai Mafül Säni (obyek kedua) sehingga artinya yaitu perumpamaan apapun. Atau juga diartikan sebagai penegasan terhadap kehinaan, maka kata-kata selanjutrnya berfungsi sebagai Maful Säni (obyek kedua),
بَعُوۡضَةً
Kata ini adalah bentuk Mufrad (tunggal) dari Ba'ud, yaitu serangga kecil,
فَمَا فَوۡقَهَا
Yang lebih kecil dari itu, Maksudnya, Allah tidak akan meninggalkan penjelasannya karena hikmah yang terkandung di dalamnya
Tazkiyyatun Nafs
Kecerdikan yang mengagumkan dimilliki oleh beberapa jenis hewan, seperti serigala, lalat, dan laba-laba. Serigala, ketika lapar dan tidak mendapati seekor buruan, dia pura-pura mati. Dia menggembungkan perutnya sehingga burung mengiranya mati lalu turun untuk mäkan bangkainya. Saat itulah ia menerkamnya.
Kecerdasan yang menakjubkan juga ada pada lalat besar yang dinamai singa lalat. Anda lihat, ketika dia merasa ada lalat berada di dekatnya, dia diam tak bergerak seperti mati. Apabila lalat tadi dilihatnya telah tenang dan tudak rmewaspadainya, dia merayap sangat hati-hati sampai berada pada posisi dia bisa menjangkaunya, lalu dia melompat dan menyergapnya.
Perhatikan pula kecanggihan tipu daya laba-laba, dia membuat jaring sebagai perangkap mangsanya, dan dia bersembunyi di tengahnya. Apabila ada nyamuk atau lalat yang terjerat, dia melompat dan mengisap darahnya. Hewan ini memaKai cara berburu dengan jaring dan perangkap, sedang yang pertama singa lalat mengikuti cara berburu anjing dan macan.
Janganlah Anda meremehkan pelajaran dari sesuatu yang remeh, semisal biji sawi dan nyamuk. Sebabnya suatu makna yang berharga dapat diambil dari sesuatu yang remeh, Meremehkan pelajaran dari sesuatu ang hina adalah warisan dari orang-orang yang akalnya tidak bisa menerima kenapa Allah Swt. membuat perumpamaan dengan lalat, Iaba-laba, anjing. keledai, sehingga Allah Swt, menurunkan (Q.S AlBaqarah, 2:26) ini.
Alangkah banyak hikmah yang terkandung pada diri hewan-hewan yang bisa jadi Anda remehkan dan Anda hinakan ini. Berapa banyak dalil yang terkandung didalamnya yang menyatakan tentang Sang Pencipta, juga mengenai kasih sayang dan hikmah-Nya. Tanyailah orang yang ingkar, Siapa yang mengilhami hewan-hewan itu untuk membuat tipu daya, dan bertindak secara mengagumkan untuk menangkap mangsa yang menjadi makanannya? Siapa yang memberinya kecerdikan ini sebagai ganti dari kekuatan dan kemampuan yang tidak dipunyainya, sehingga dengan kecerdikan itu, dia dapat hidup meski tak memiliki Kekuatan? Tiada yang melakukannya, selain Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Pemberitahu.[1]
Hadis Al-Arbatin An-Nawawi
Dari Tariq bin Syihab Ra., Rasulullah Saw. bersabda,
Ada seorang lelaki yang masuk surga gara-gara seekor lalat dan adà pula lelaki lain yang masuk neraka gara-gara lalat." Para sahabat bertanya, Bagaimana hal itu bisa terjadi, wahai Rasulullah? Beliau menjawab, Ada dua orang lelaki yang melewati daerah suatu kaum yang memiliki berhala. Tdak ada seorangpun yang diperbolehkan melewati daerah itu melainkan dia harus berkorban sesuatu untuk berhala tersebut. Mereka pun mengatakan kepadā salah satu di antara dua lelaki itu, Berkorbanlah." Maka dia menjawab, Aku tidak punya apa-apa untuk dikorbankan." Mereka pun mengatakan, Berkorbanlah, walaupun hanya dengan seekor lalat." Maka dia pun berkorban dengan seekor lalat, sehingga mereka pun memperbolehkan dia untuk lewat dan meneruskan perjalanan. Karena itu lah dia masuk neraka. Mereka pun mengatakan kepada orang yang satunya, Berkorbanlah. Dia menjawab, Tidak pantas bagiku berkorban untuk sesuatu selain Allah Swt. Maka mereka pun memenggal lehernya, dan karena itulah dia masuk surga. (HR Ahmad). [2]
Tibbun Nabawi
Racun dan Penawar pada Lalat
Pada lalat terdapat daya racun dengan indikasi kulit bengkak karena penyakit yang ditimbulkannya, dan penyakit gatal Karena sengatan lidahnya. Apabila dia hinggap pada sesuatu yang akan menyakitinya, dia akan melindungi diri dengan senjatanya. Nabi Saw. bersabda,
"Apabila seekor lalat hinggap di tempat minum salah seorang dari kalian, hendaknya ia menenggelamkannya kedalam minuman tersebut karena pada salah satu sayapnya terdapat penyakit dan pada sayap lainnya terdapat penawarnya. (HR AI-Bukhari)
Dari Abu Hurairah Ra. Rasulullah Saw. bersabda,
Apabila seekor lalat hinggap ditempat minum salah seorang dari kalian, hendaklah ia menenggelamkannya ke dalam minuman tersebut, karena pada salah Satu sayapnya terdapat penyakit dan pada sayap lainnya terdapat penawarnya." (HR. Al Bukhari)
Penjelasan ini dikuatkan oleh hadis lain. Dari Abu Said A-Khudri, Rasulullah Saw. bersabda,
Pada salah satu sayap lalat itu mengandung racun dan yang satunya lagi mengandung obat. Karena itu, apabila dia jatuh pada makanan, maka benamkanlah ia ke dalamnya karena sesungguhnya ia jatuh mendahulukan racun dan mengakhirkan penawarnya." (HR lbnu Majah). [3]
Teknik pengobatan ini tidak akan diperoleh dari para tokoh medis dan farmakologi, namun muncul dari ranah kenabian. Meski demikian, para dokter yang arif akan tunduk terhadap teknik pengobatan ini dan akan mengukuhkan kenabian Muhammad Saw., serta mengakui bahwa teknik itu di luar jangkauan daya pikir manusia. [4]
Catatan Kaki
[1] (lbnu'l Qayyim AlJauziyyah Miftahu Däris Sa'ädati, Juz 2, 1416 H/1996 M: 153-154),
[2] (Atiyyah bin Muhammad Salim, Syarhu'l Arba ina An-Nawawiyyah, Juz 2, t.t.: 81).
[3] (Abu Anas Majid, Şahihu At-Tibbi An-Nabawi fi Daw'il Kitäbi wa As-Sunnati wa Aqwäli As Salafi, t.t: 119).
[4] (Ibnu'l Qayyim Al-Jauziyyah, Zadul Ma'ādi fi Hadyi Khayri'l Ibädi, Juz 4, t.t.: 111-113).