Kisah Abu Hurairah r.a Sahabat Nabi dan Kelaparannya
Abu Hurairah dan Kelaparannya
Abu Hurairah, yang bernama asli Abdu Syamsi, yang artinya hamba matahari berasal dari Yaman. barulah setelah memeluk islam, namanya dirubah oleh Rasul saw menjadi Abdur Rahman. Ia bukanlah dari keluarga yang berada, Ia hanyalah penggembala kambing suruhan, bahkan bisa dikatakan miskin.
Namun lambat laun, kehidupannya semakin membaik, karena kuda yang ia ternakkan berkembang pesat, sehingga ia menjadi kaya dibanding sahabat umumnya yang lain. Dan beliau sempat menjadi amir di Bahrain pada masa khalifah Umar bin Khattab r.a.
Pada suatu hari, sambil membersihkan hidungnya dengan sapu tangan yang terbuat dari kain katun, Abu Hurairah r.a. berbicara kepada dirinya sendiri, "Wahai, lihatlah Abu Hurairah. Sekarang ia membersihkan hidungnya dengan Sapu tangan yang indah yang terbuat dari kain katun.
Padahal, aku ingat keadaan dahulu, ketika aku terjatuh pingsan di antara mimbar dan rumah Nabi. Orang-orang menyangka aku dihinggapi penyakit gila, sehingga mereka memijati kaki dan kepalaku. Sebenarnya aku tidak terkena penyakit gila tetapi sedang menderita kelaparan."
Abu Hurairah ra. Berkisah Tentang Kelaparannya
Suatu ketika, Abu Hurairah ra. bercerita, "Kalau hari ini kalian memperhatikan keadaan kami dahulu, kalian akan mengetahui bahwa sebagian dari kami tidak dapat berdiri karena kelaparan. Selama beberapa hari, kami tidak makan sedikit pun. Demikian pula halnya dengan saya. Karena rasa lapar yang membuat saya sangat menderita, saya berbaring sambil menekan-nekan perut saya ke tanah. Kadang-kadang saya mengikat perut saya dengan batu
Suatu ketika, saya sengaja duduk menunggu di pinggir jalan, tempat berlalunya orang-orang, kalau-kalau ada orang yang kenal dengan saya dan melewati tempat saya. Tidak lama kemudian, datanglah Abu Bakar r.a.
Setelah itu, lewatlah di jalan tersebut Umar r.a.. Harapan saya pun sama, tidak membawa hasil. Akhirnya, datanglah Rasulullah s.a.w.. Beliau tersenyum lebar melihat saya, karena beliau memahami dengan cepat keinginan saya yang tersembunyi itu. Kemudian beliau berkata, Wahai Abu Hurairah, mari ikut aku. Saya pun mengikutinya sampai ke rumahnya.
Saya diizinkan beliau untuk masuk ke dalam rumahnya. Di dalam rumah beliau terdapat semangkuk susu yang memang telah dihidangkan untuk beliau. Beliau bertanya kepada orang di rumahnya, Siapa yang membawa susu ini? Beliau diberitahu bahwa susu itu adalah hadiah dari seorang hamba Allah untuk Rasulullah ﷺ
Kemudian beliau menyuruh saya, Wahai Abu Hurairah, pergilah ke para ahlus-shufah dan panggillah mereka kemari. Ahlus-sufah adalah orang-orang yang menjadi tamu-tamu Allah. Mereka adalah orang-orang muslim yang tidak memiliki rumah dan juga tidak memiliki pekerjaan. Tidak ada yaing mengurusi makanan untuk mereka. Biasanya mereka menjadi tamu semua kaum muslimin. Nabi ﷺ akan membagi-bagikan mereka untuk nenjadi tamu diantara sahabat-Sahabat yang berada.
Beliau sendiri akan menerima dua orang tamu ahlus-Suffah sebagai tamu. Jumlah para ahlus suffah ini tidak tentu, Kadang-kadang baryak, kadang-kadang sedikit. Tetapi pada hari ketika kisah ini terjadi, mereka semuanya berjumlah tujuh puluh orang
Sudah menjadi kebiasaan Rasulullah saw, jika beliau mengundang sepert ini, maka beliau akan mengirim masing masing dua atau empat ahlus shuffah ke rumah-rumah sahabat r.a. agar mereka dapat diberi makan.
Dan satu kebiasaan beliau lainnya adalah jika datang makanan Kepada beliau, dari mana saja asalnya kadangkadang dari sedekah, beliau akan langsung membagikan makanan tersebut kepada orang-orang ini, sedangkan beliau tidak ikut menyertai mereka makan. Jika makanan itu berasal dari hadiah seseorang, maka beliau akan mengundang para sahabat ra, dan beliau akan makan bersama-sama mereka.
Kemudian Rasulallah ﷺ menyuruh saya agar mengundang mereka makan bersama Ketika beliau memerintahkan saya untuk mengundang para ahlus shuffah, saya merasa ragu apakah susu itu mencukupi semua orang yang akan saya panggil. Saya pikir, susu yang ada nampaknya untuk satu orang saja tidak mencukupi.
Setelah mereka saya panggil, saya pun diperintahkan oleh Nabi ﷺ untuk membagikan susu tersebut kepada para tamu. Saya berpikir bahwa giliran saya adalah yang terakhir, sehingga kemungkinan saya tidak akan mendapatkan sisa sedikit pun. Tetapi rasanya mustahil untuk tidak mentaati perintah Rasulalllah ﷺ
Setelah ahlus-suffah itu berkumpul, Rasulullah ﷺ berkata kepada Saya, 'Bawakan susu itu dan bagikaniah. Saya pun berkeliling sambil memegang mangkuk susu itu untuk dibagikan kepada setiap orang yang hadir pada saat itu. Kemudian mereka meminumnya dengan sepuas-puasnya. Setelah puas, barulah dikembalikan kepada saya. Seorang demi seorang telah meminum susu tersebut dengan puasnya. Kemudian Nabi ﷺ berkata kepada saya sambil tersenyunm: 'Sekarang tinggal kita berdua yang belum meminumnya. Saya menyahut, 'Betul, ya Rasulullah.
Beliau bersabda, 'Sekarang minumlah.' Saya pun langsung meminumnya, ketika saya berhenti, Rasulullah ﷺ bersabda lagi, 'Minumlah lagi.
kata saya, 'Sudah ya Rasulullah. Rasulullah ﷺ tetap berkata minumlah lagi.' Saya pun meminumnya lagi, dan terus meminumnya hingga saya berkata kepada beliau, Ya Rasulullah, sekarang rasanya tidak ada tempat kosong lagi dalam perut saya. Akhimya beliau yang minum susu yang masih tersisa dalam mangkok tersebut.
Faidah
Karena tidak makan selama beberapa hari, Abu Hurairah r.a. telah mengalami kelaparan yang luar biasa selama beberapa hari. Bahkan ia sampai jatuh pingsan karena kelaparan yang harus ia tanggung.
Orang-orang yang melihat keadaannya menyangka bahwa ia sedang terserang penyakit gila. Pada masa itu penyakit gila dapat diobati dengan cara memijit kaki dan kepalanya. Abu Hurairah r.a. termasuk dalam golongan orang-orang yang sabar dan qana'ah. la sering mengalami penderitaan lapar.
Penderitaan Abu Hurairah r.a. ini terjadi semasa Islam mulai merambah tanah Arab. Ketika Allah s.wt. memberikan kemenangan kepada Umat Islam, keadaannya sedikit membaik. la juga seorang ahli ibadah. la memiliki sebuah kuncang (kantung uang terbuat dari kain) yang penuh dengan biji-biji buah kurma yang ia gunakan untuk berdzikir. Jika biji-bijian dalam kuncang tersebut telah habis, ia memulai lagi dari awal untuk bertasbih. Sudah menjadi kebiasaannya beserta istrinya dan pelayannya membagi malam menjadi tiga bagian. Mereka bergilir untuk menghidupkan setiap malam dengan tiga giliran sehingga tiap malam selalu dihidupkan dengan beribadah melalui giliran masing-masing. (ladzkiratul-hujazh).
Ya Allah, berikanlah taufik kepada kami untuk dapat mengikuti mereka.