Mengenal Sosok Al Bukhari Tokoh Penting bagi Ilmu Hadis
Juni 22, 2020
0
Al Bukhari (194 - 256 H)
Nama lengkapnya adalah Abu 'Abd Allah Muhammad ibn Isma'il ibn Ibrahim ibn al-Mughirah ibn Bardizbah al-Ju'fi (al-Jafai) al-Bukhari." Dia lahir pada hari Jum'at 13 Syawwal 194 H di Bukhara. Ayahnya, Isma'il, adalah seorang Ulama Hadis yang pernah belajar Hadis dari sejumlah Ulama terkenal seperti Malik ibn Anas, Hammad ibn Zaid, dan Ibn al-Mubarak. Namun, ayahnya tersebut meninggal dunia ketika Al Bukhari masih dalam usia sangat muda.Keistimewaan Imam Al Bukhari
Bukhari mulai mempelajari Hadis sejak usianya masih muda sekali, bahkan sebelum mencapai usia 10 tahun. Meskipun usianya masih sangat muda, dia memiliki kecerdasan dan kemampuan menghafal yang luar biasa. Muhammad ibn Abi Hatim menyatakan bahwa dia pernah mendengar Bukhari menceritakan bahwa dia mendapatkan ilham untuk mampu menghafal Hadis.Ketika ditanya sejak usia berapa dia memperoleh ilham tersebut, dijawab oleh Bukhari sejak berumur sekitar 10 tahun atau bahkan kurang dari itu. Menjelang usia 16 tahun dia telah mampu menghafal sejumlah buku hasil karya Ulama terkenal pada masa sebelumnya, seperti Ibn al-Mubarak, Waki', dan lainnya.
Dia tidak hanya menghafal Hadis-Hadis dan karya para Ulama terdahulu saja, tetapi juga mempelajari dan menguasai biografi dari seluruh perawi yang terlibat dalam periwayatan setiap Hadis yang dihafalnya, mulai dari tanggal dan tempat lahir mereka, juga tanggal dan tempat mereka meninggal dunia, dan sebagainya.
Dalam rangka memperoleh informasi yang lengkap mengenai suatu Hadis, baik matan maupun juga sanadnya, Bukhari banyak melakukan perlawatan ke berbagai daerah, seperti ke Syam, Mesir, dan Al-Jazair, masing-masing dua kali, ke Basrah empat kali, menetap di Hijaz selama enam tahun, dan berulang kali ke Kufah dan Baghdad.
Ketika Bukhari sampai di Baghdad, para Ulama berkumpul untuk menguji daya hafal Bukhari yang sangat terkenal itu. Mereka menunjuk sepuluh orang Ulama, setiap orang membacakan sepuluh Hadis yang telah diputarbalikkan sanad dan matan-nya, sehingga jumlah Hadis yang sanad dan matan-nya tersebut kacau balau adalah 100 buah Hadis.
Ketika masing-masing Hadis itu ditanyakan kepada Bukhari, Bukhari menjawab, "Hadis tersebut tidak kukenal." Para Ulama yang mengetahui keadaan Hadis yang sebenarnya, menyadari bahwa Bukhari memahami akan permasalahan yang diajukan kepadanya. Namun, kesan umum yang terlihat sepintas lalu adalah bahwa Bukhari memiliki ingatan yang tidak baik.
Akan tetapi, setelah keseluruhan Hadis-Hadis tersebut dibacakan, maka Bukhari secara sistematis menjelaskan kepada mereka keadaan Hadis-Hadis tersebut yang sebenarnya, dia membetulkan susunan sanad dan matan masing-masing Hadis menurut yang seharusnya.
Karya Al Bukhari
Bukhari adalah Imam Hadis pada masanya, dan bahkan dia adalah orang yang pertama menghimpun Hadis-Hadis Shahih saja di dalam karyanya yang terkenal itu, yaitu Shahih al-Bukhari. Dia menerima Hadis dari Ubaid Allah ibn M'sa, Muhammad ibn "Abd Allah al-Anshari, 'Affan, Abi Ashim al-Nabil, Makki ibn Ibrahim, dan lain-lain. Hadis-Hadis Bukhari diriwayatkan oleh sejumlah Ulama, diantaranya Al-Tirmidzi, Muslim, al-Nasai, Abu Zar'ah, Abu Hatim, Ibn Khuzaimah, dan lain-lain.Selain sebagai seorang Ulama Hadis yang terkenal, Imam Bukhari juga seorang Ulama yang produktif.
Hal ini terbukti dari sejumlah karya yang dihasilkan semasa hidupnya, seperti:
- Qadhaya al-Shahabah wa al-Tabi'in,
- Rafa al-Yadain,
- Qira'at Khalfa al-Imam,
- Khalq Afal al-Tbad, al-Tafsir al-Kabir,
- Al-Musnad al-Kabir, Tarikh Shaghir,
- Tarikh Awsath,
- Tarikh Kabir (8 jilid),
- Al-Adab al-Mufrad,
- Birr al-Walidain,
- Al-Dhu'afa',
- AlJami' al-Kabir,
- Al-Asyribah,
- Al-Hibah,
- Asami al-Shahabah,
- al-Wuhdan,
- Al-Mabshut,
- AL-"Ilal, Al-Kuna,
- Al-Fawa 'id,
- dan Shahih al-Bukhari.
Dari sekian banyak karyanya, yang paling terkenal diantaranya adalah Shahih a-Bukhari. Judul lengkap dari kitab tersebut adalah AlJami' al-Musnad al-Shahih al-Mukhtashar min Umur Rasulillahi wa Sunanihi wa Ayyamihi. Buku tersebut disusunnya selama lebih kurang 16 tahun.
Dia mulai membuat kerangka penulisan kitab tersebut ketika dia berada di Mekah, tepatnya di Masjid al-Haram, dan secara terus menerus dia menulis kitab tersebut sampai kepada draft terakhir yang dikerjakannya di Masjid al-Nabawi di Madinah
Bukhari sangat selektif dalam menerima Hadis. terutama ketika akan memasukkannya ke dalam kitab Jami' nya tersebut. Dia hanya memasukkan Hadis-Hadis Shahih saja ke dalam kitabnya itu, bahkan dalam rangka kehati-hatiannya dia terlebih dahulu mandi dan menu- naikan shalat dua rakaat sebelum menuliskan suatu Hadis ke dalam kitabnya tersebut. Hal ini terlihat dari pernyataan Bukhari sendiri, sebagai berikut:
Ibrahim menceritakan, "Saya mendengar dia (Bukhari) berkata, Saya tidak masukkan ke dalam kitab Shahihku kecuali Hadis yang Shahih."
Muhammad ibn Isma'il al-Bukhari berkata, "Aku tidak akan memasukkan satu Hadis pun ke dalam kitabku Al-Shahih, kecuali setelah aku mandi, wudhu dan sholat dua rakaat sebelumnya."
Meskipun Hadis-Hadis yang berhasil dikumpulkan oleh Bukhari sangat banyak, yaitu 600.000 Hadis, 136 yang didapatnya melalui pertemuannya dengan sekitar 1.080 orang guru, hanya sebagian kecil yang dimuatnya ke dalam kitab Shahih -nya.
Menurut penelitian Azami, ada sejumlah 9.082 Hadis yang dimuat Bukhari ke dalam kitab Shahihnya, dan apabila dihitung tanpa memasukkan Hadis yang berulang, maka jumlahnya adalah 2.602 Hadis. Jumlah ini tidak termasuk di dalamnya Hadis Mawquf (perkataan Sahabat) dan Hadis Maqthu' (perkataan Tabi'in).
Sedangkan menurut Ibn Shalah, terdapat di dalam kitab Shahih al-Bukhari tersebut sejumlah 7.275 Hadis yang sebagiannya disebutkan secara berulang itu, namun apabila tidak dihitung yang disebutkan secara berulang itu, maka jumlahnya adalah 4.000 Hadis, dan jumlah ini termasuk di dalamnya atsar Shahabat dan Tabi'in.
Syarat Al Bukhari Mencatatkan Hadis
Bukhari menetapkan syarat yang ketat dalam menerima suatu Hadis. Di antara persyaratan yang disebutkan oleh Bukhari adalah:(1) perawinya harus Muslim, jujur dan berkata benar, berakal sehat, tidak mudallis, tidak mukhtalith, adil, dhabith, yaitu kuat hafalannya, sehat pancainderanya, tidak ragu-ragu dan memiliki etika yang baik dalam meriwayatkan Hadis,
(i) sanad -nya bersambung sampai ke Nabi SAW; dan
(iii) matan-nya tidak syadz dan tidak mu'alalah.
Mengenai persambungan sanad, Al Bukhari juga memberikan persyaratan tertentu, yaitu selain berada pada satu masa (al-mu'asharah), juga diperlukan adanya informasi yang positif tentang pertemuan (al-liqadh) antara satu perawi dengan perawi berikutnya, dan perawi yang berstatus murid benar-benar mendengar langsung (tsubut sima'ihi) Hadis yang diriwayatkannya dari gurunya.
Selain pengakuannya sendiri mengenai kelebihan dan kewara'annya dalam penyeleksian Hadis, para Ulama dan kritikus Hadis juga memberikan penilaian yang positif terhadap Bukhari. Di antaranya pernyataannya yang diungkapkan oleh anaknya, 'Abd Allah ibn Hanbal yang mengatakan, "Aku mendengar ayahku mengatakan bahwa daya hafal yang paling tinggi dimiliki oleh empat orang penduduk Khurasan, dan satu di antaranya adalah Muhammad ibn Isma'il (Al-Bukhari)."
Shalih ibn Muhammad al-Asadi berkomentar bahwa Muhammad Ibn Isma'il adalah orang yang paling mengetahui tentang Hadis Nabi SAW. Selain itu, Bukhari juga seorang ahli dalam Fiqh. Hal ini terlihat dari ungkapan Ya'qub ibn Ibrahim al-Dawraqi dan Na'im ibn Jammad yang mengatakan, "Muhammad ibn Isma'il adalah faqih hadzihi al-ummat."
Imam Al Bukhari meninggal dunia pada hari Sabtu, malam Id tahun 256 H, dalam usia 62 tahun kurang 13 hari.
Sumber :
Kitab Ulumul Hadis (DR. Nawir Yuslem, MA)