
Nama yang di Cintai Dan yang di Benci Allah
Nama yang di Cintai atau yang di Benci Allah

Pengarang kitab Zadul ma'ad Ibnul Qayyim Al-Jauzi yang lahir pada tahun 751 H telah menyatakan bahwa nama yang paling di senangi oleh Alah adalah nama yang mengandung sitat yang paling di senangi oleh Allah seperti Abdullah, Abdurrahman, Allah lebih senang dengan nama tersebut dari pada nama yang dimulai dengan kalimar Abdul ( عبْد) lalu terusannya sifat Allah Al-Qohir (القاهر ) artinya Maha Perkasa atau Al-Qadir. (Yang Maha Kuasa) atau Al-Muntaqim (Yang Menyiksa) dan lain-lain.
Karena hubungan antara Allah dan hamba Nya adalah belas kasih, dan hubungan kepada Allah adalah ubudiyah yang murni.
Maka dengan rahmat Nya, seseorang di wujudkan dengan sempurna sedang tujuan dia di ciptakan adalah agar menyembah kepada Nya dengan senang dan takut kepada siksaanNya, berharap penuh kepada rahmat Nya, mengagungkan Nya, jadi dia menjadi Abdullah, sungguh dia telah menyembahNya karena dalam kalimat Allah terkandung makna ketuhanan yang tidak di miliki lain Nya.
Berhubung Rahmat Allah lebih mengalahkan marah Nya, dan rahmatNya lebih di senangi dari pada marah Nya, maka Abdurrahman (hamba Allah yang Maha Belas Kasih) lebih di senangi dari pada nama Abdul Qahir (Hamba Tuhan yang Maha Perkasa). [1]
Nama yang di Cintai Dan yang di Benci
Dalam suatu hadits di terangkan sebagai berikut:
Nama yang paling di Senangi Allah adalah Abdullah dan Abdurrahman, yang-paling benar adalah Haris dan Hammam dan paling jelek adalah Harb dan Murrah. [2]
Sebagai orang muslim akan berkata; Sungguh benar apa yang dikatakan oleh kekasihMu, rasul Mu, orang yang paling bijaksana dalam menunjukkan jalan kehidupan yang paling penuh dengan rambu keselamatan, kebahagiaan, dan keamanan. Aku akan berupaya menjalankannya dan aku akan memberikan nama anak-anakku dengan nama yang paling di senangi Nya dan aku tidak akan mendahulukan nama yang kusenangi tapi tidak di senangi Nya, aku tidak akan menggunakan nama-nama yang paling tidak di sukai Nya yaitu nama Harb artinya perang, dan Murrah yang artinya pahit.
Nama Harb ini tidak ku senangi karena Allah membencinya, aku mengerti bahwa Allah mengInginkan perdamaian, keselamatan, Peperangan paling menyedihkan, karena akan mengorbankan materi kecuali peperangan yang di perintahkan dalam kitab suci Nya.
Begitu juga Murrah yang artinya pahit seolah sifat pahit yang tidak di senangi kebanyakan manusia, termasuk aku sendiri, dan mereka akan memanggil orang yang bernama pahit juga tidak disenangi, lalu pemilik nama itu juga kurang sreg.
Setelah bernama Abdullah yakni hamba Allah hendaklah seorang muslim berkata lagi ; Bila aku bernama Abdullah, aku harus menjadi hamba Allah yang sunguh, aku harus melakukan ubudiyah yang sungguh, tekun, istiqomah, dan aku tidak memiliki sifat sombong, kiranya apa yang kubanggakan, dan sifat bangga itu tidak layak ku sandang, apalagi dengan predikatku sebagai hamba Nya: Lantas aku harus merendah diri kepada Allah, aku menerima segala ajaran Nya dengan penuh kerendahan hati.
Aku tidak lagi meremehkan manusia baik Muslim atau kafir, namun bagi teman yang muslim lebih kusenangi.
Bila aku telah bernama Abdullah, maka layak aku tunduk merunduk kepada Allah di malam hari, lalu memperjuangkan agama Nya disiang hari, aku berda'wah karena mencari kerelaan majikan sebagai seorang budak. Bila Sang budak di benci karena sering menyalahi perintah majikan atau sering menganggur dan tidak menjalankan tugas nya maka aku sebagai hamba Allah juga tidak layak melakukan seperti itu.
Abdur rahman
Bagi seorang muslim yang bernama Abdur rahman harus mengerti apakah arti nama yang di sandangnya. Artinya adalah hamba Allah yang Maha Belas Kasih. Layak sekali dia memiliki hati yang berbelas kasih kepada sesama makhluk,
kepada manusia atau binatang lalu berkata; Ya Allah, Aku telah mencantumkan nama Mu dalam namaku, aku memilih nama yang punya arti belas kasih, aku inginkan sifat dan karakter ku berbelas kasih kepada sesama makhluk Mu, lalu aku suka membantu kebutuhan mereka, aku menyalurkan segala macam apa yang ku mampui kepada mereka yang membutuhkannya.
Aku tidak akan egois, mementingkan diri sendiri, aku tidak akan menganiaya kepada orang lain baik kepada tubuhnya atau hartanya.
Aku berusaha untuk menepati antara perbuatan dan perkataan, lalu mengajak umat untuk berbelas kasih kepada sesama, hidup damai, rukun, tentram, dan berbuat baik kepada guru, teman, pemilik pabrik, dan kepada anak yatirm, kaum fakir miskin, dan kepada segenap kaum lemah di atas bola bumi ini.
Bila aku bersikap keras, rasanya tidak layak terjadi perbedaan antara arti namaku dan sikapku, aku malu kepada orang-orang saleh yang mengerti arti namaku. Aku malu kepada ayah dan ibuku yang memberi nama Abdur rahman kepadaku.
Haris
Bagi orang yang memiliki nama Haris artinya orang yang menanam tanaman. Nama ini serius sifatnya, kesungguhan menjadi kandungan artinya. Seorang penanam adalah pekerja mencari hasil, dia menggarap sawah ladangnya, mulai nencangkul, membolak balikkan tanah agar tanamannya bisa menjadi subur dan cepat tumbuh, daunnya akan menghijau, lalu cepat membuahkan, lalu mengambil hasilnya, Sudah jelas Haris adalah pemberi manfaat kepada orang lain.
Bukankah dalam suatu riwayat hadits di jelaskan bahwa orang yang terbaik adalah orang yang paling banyak memberikan mantaat.
Seorang muslim yang memiliki nama Haris hendaklah berusaha untuk memberikan manfaat kepada sesama, lalu membantu segala apa yang di butuhkan orang lain, membantu kepada perjuangan Islam, dan sabar dalam berjuang sebagaimana petani yang bersabar dalam menggarap sawah ladangnya yang rela untuk menahan dengan penuh kesabaran dan semangat yang tinggi atas jerih payah menggarap sawah, dan sinar matahari yang menyengat kulitnya, cucuran keringat baginya adalah kegembiraan, karena dia mengetahui bahwa tubuhnya dalam ke adaan sehat. Tubuhnya juga tahan atas serangan penyakit.
Panas matahari yang menimpa kepada tubuhnya dianggap sebagai latihan kelak di padang mahsyar, lalu dia ingat kepadanya, lantas berniat untuk memperbaiki dirinya supaya kelak bila di padang mahsyar mendapat naungan dari Allah yang Maha Suci.
Alangkah gembiranya dia bila kelak mendapatkan apa yang diharapkan di saat orang-orang yang tidak pernah membaca fatihah dan bersujud dalam salatnya akan mengalami nasib yang menyedihkan.
Seorang muslim yang bernama Hamman akan berkata; Bila namaku Hamman yang artinya orang yang bersemangat tinggi, aku selalu hidup dengan memiliki semangat, aku tidak suka menjadi pemalas, namaku ini telah di jelaskan sebagai nama yang disenangi termasuk nama yang paling benar, mau bersikap jujur.
Apakah layak bila namaku begitu indah dan kandungannya juga baik lantas aku berbuat jelek, lalu aku bersemangat dalam menganiaya orang lain, bersemangat dalam menjalankan kemungkaran, bersemangat dalam menghalangi da'wah. Alangkah perbedaan yang sangat antara perbuatan dan nama. Sungguh aku malu kepada orang, aku malu kepada ayah yang memberi namá itu, aku juga malu kepada Allah.
Aku harus bersemangat dalam bekerja untuk menghidupi keluarga, melanjutkan pendidikan anak, pekerjaan ini aku anggap sebagai tanggungjawab sebagai ayah, tanggungjawab sebagai generasi muslim dan aku tidak akan mau kalah dengan semangat lawan-lawan Islam dalam menyempitkan wilayah da' wah kaum muslimin.
Rasulullah SAW. Merubah Nama yang jelek
Bila rumah telah rusak atau jelek harus di perbaíki, bila moral yang jelek harus di ganti dengan moral yang baik, maka layak sekali nama yang jelek harus di ganti dengan nama yang baik sebagai tuntutan kébijakan, keindahan, akal dan naluri. Bukankah telah di jelaskan dalam suatu hadits
Sesungguhrya Allah indah senang keindahan.
Bukankah Rasulullah SAW., yang bijaksana telah mengganti nama orang bernama Ashrom (اصرم) yang artinya fakir atau yang memutuskan dengan nama Zur'ah (زرعه) artinya bibit. [3]
Asrom pun mau karena dia yakin Rasul lebih mengerti tentang apa yang menggembirakan kepada Tuhan Nya, bermanfaat kepada dirinya. Saat itu, Rasul tidak memerintah kepada Ashrom untuk mengundang teman temannya lalu mengadakan selamatan. Usamah bin Akhdari menceritakan hal itu dalam salah saru haditsnya. Rasul juga pernah mengganti nama sahabat bernama Abul hakam (ابو الحكم) artinya juru hukum dengan Abu Syuraih. Artiya ayah Syuraih,[4]
Pergantian nama kali ini di maksudkan agar nama manusia tidak menyamai dengan nama Allah. Rasul telah mendudukkan nama atau panggilan manus1a dengan kedudukan yang wajar, lalu Abul Hakam tidak membantahnya, tapi dia juga mematuhi perintah Rasul, bagi Umat Rasul hendaklah mengikuti jejak Abul Hakam lalu mengganti namanya, yang tidak layak dengan nama yang lebih menunjukkan dirinya sebagai hamba Allah yang amat merendah kepada Nya.
Pada hal saat itu Abul Hakam sebagai sosok terpandang dan kaumnya menganggapnya sebagai sosok cerdik, dan diidolakan lalu mereka mengangkatnya untuk maju di hadapan Rasul. Selain itu, Rasul juga pernah mengganti nama sahabat Hazan artinya sedih dengan nama Sahal artinya mudah. Lantas Hazan yang menjadi kakek ulama' tabi'in dan pemuka mereka enggan lalu berkata ; Sahal itu di injak dan di hina. Rasul membiarkan Hazan mengikuti kehendaknya, [5] namun Hazan sendiri dalam hidupnya selalu di rundung duka dan lara. Dari sini Hazan berkata; Sungguh aku menyesal mengapa dahulu aku tidak mengikuți perintah Rasul hingga hidupku tidak menderita seperti ini.
Menurut riwayat-Bukhori, saat itu ! Hazan berkata; Aku tidak akan mengganti nama yang telah di bikinkan oleh ayahku.[6] Lantas Ibnul Musayyab yang menjadi tokoh ahli hadits terkenal di masa tabi'in berkata; lak hentinya dalam keluarga kami tertimpa kesedihan, [7]
Apa yang di perintah Rasul adalah kebenaran, kebijakan, serasi dengan otak, naluri dan harus di terima. Rasul membiarkan Hazan tidak menerima pengganti nama. Hazan lebih condong berpegangan terhadap nama yang dibuat ayahnya karena ayahnya yang berjasa kepadanya.
Ayahnya tidak mengerti bahwa nama tersebut kurang baik, dan akan membikin dampak keburukan kepada anaknya, Bila sang ayah mengetahui tidak akan membikinkan nama tersebut buat anaknya.
Bila Hazan mengerti bahwa namanya ini membikinya tidak baik, maka dia akan cepat menerimanya. Tapi setan memang sering memperdaya manusia hingga manusia mengira bahwa kejelekan menjadi kebaikan. Setanlah yang menghiasinya.
Sebagai ayah yang muslim hendaklah berhati-hati dalam membikin nama untuk anak cucunya, dan berusaha bertanya kepada seorang alim di desanya bila membikin nama untuk mereka, sehingga tidak terjadi apa yang di alami oleh Hazan ini. Layak sekali sang ayah menjadikah kasus ini sebagai pelajaran yang berguna: Aisyah sendiri pernah berkata,
"Sesungguhrya Rasulullah SAW., merubah nama yarng jelek." (HR. Tirmidzi) [8]
Abu Hurairah meriwayatkan sebagai berikut:
Sesungguhrrya Zainab bin Abu Salmah mempurryai nama Barrah (yang amat baik), lalu di katakan ; Dua membersihkam dirinya (seolah membanggakanya), lantas RaSululah SAW., memberitya nama Zainab. (HR. Bukhori dan Muslim) [9]
Dengan hadits terakhir ini nama seseorang yang sifatnya memuji diri, membikinnya bangga dengan nama tersebut lebih baiknya di hindari, sebab dalam riwayat ada keterangan bahwa Muhammad bin Umar bin Atho" berkata, AKu memberi nama kepada putriku dengan nama Bafrah, lantas Zainab binti Abu Salmah berkata kepadaku; Sesungguhnya Rasulullah SAW. melarang nama ini, dan aku juga pernah di beri nama Barrah, lantas Rasul bersabda, Janganlah memuji dirimu Allah lebih mengetahui tentang orang baik dari pada kamu. Mereka berkata ; Lantas nama apakah yang kami berikan kepadanya? Rasul bersabda'; "Berilah nama Zainab".
Sebagai utusan Allah tidak di perkenankan diam untuk membiarkan hal yang tidak layak bagi umat Nya. Beliau harus menunjukkan yang lebih baik. Sebagai seorang muslim hendaklah berkata , Aku akan berupaya untuk mengingatkan kepada setiap wanita muslimah yang menjalankan larangan itu atau menggunakan nama itu. Aku pertama kali harus memperbaiki diriku, nama keluargaku dan teman-temanku hingga cocok dengan apa yang di pilih oleh Rasululah. Zainab binti Jahsyin juga menjadi istri Rasul, dan asal namanya juga Barrah, lalu di ganti Zainab. Keterangan ini telah di cantamkan dalam sahih Muslim, Abu Dawud [10]
Abu Dawud berkata ; Rasulullah SAW., Juga merubah
- nama Al ash artinya orang durhaka,
- aziz, artinya yang mulia,
- atalah, artinya yang sombong,
- Syaithon, al hakam, artinya juru hukum,
- Ghurab, artinya gagak, hubab artinya ular,
- syihab artinya Obor (yang biasanya di buąt melempar setan), lalu di beri nama 'isyam.
- Beliau juga mengganti nama Harb, artinya perang diengin Silm artinya damai.
- Al Mudl Thoji', artinya yang berbaring dengan nama Al Munba'its, artinya yang bangkit.
- Lalu tanah yang di beri nama Afirah, artinya tanah putih diganti dengan khadirah, artinya tanah hijau.
- Syi'badl dlolalah (rakyat sesat) dengan Syi' bal,huda (rakyat petunjuk)
- dan banuz zaniyyah, artinya anak-anak orang zina di ganti menjadi Banu Risydah, anak orang yang menikah dengan baik.
Abu Dawud berkata; Aku tidak menggunakan zanad untuk meringkas [11],
Menurut riwayat Ibnu Umar ra,
Sesungguhnya Rasulullah SAW., mengganti nama perempuan Ashiyah (yang durhaka) dengan nama Jamilah (yang baik). Ini menurut riwayat Muslim, Tirmidzi dan Abu Dawud. Menurut riwayat Muslim yang lain, anak perempuan yang di robah adalah anak Ibnu Umar [12]
Rasul sangat sensitif dan selalu memperhatikan kepada umatnya, beliau selalu memperbaiki kekeliruan umatnya baik untuk nama atau lainnya kebiasaan beliau adalah merobah nama jelek menjadi baik bukan nama baik di robah menjadi jelek. Seorang sahabat yang memiliki nama Ashiyyah (yang durhaka) lalu di ganti dengan nama Jamilah (yang cantik atau indah). Dia adalah putri Ibnu Umar dan dia sendiri gembira begitu juga lbnu Umar sebagai orang tuanya. Nama Ashiyah kalau di dengar seolah menantang kepada Allah, menantang kepada aturan desa atau kampung dan lain-lain.
Rasul berkeinginan agar nama orang muslim tidak terkesan arogan atau jelek, lalu beliau menggantinya dengan nama yang indah dan enak di dengar, lalu enak panggilannya.
Beliau juga merobah nama suku bangsa yang di anggap menunjukkan kejelekan atau mengarah kepada perbuatan yang amoral, seperti Banuz Zaniyah yakni anak-anak zina. Lantas Rasul merobahnya dengan kalimat yang menyenangkan yaitu Banur Risydah yakni anak-anak orang yang menikah dengan sah.
Rasul melakukan hal ini agar bisa di buat contoh bagi seluruh nama suku bangsa yang memiliki nama arogan, jelek atau tidak agamis agar secepatnya di robah dengan nama yang baik paling tidak di musyawarahkan kepada seluruh anggauta suku itu lalu di pilih penggantinya yang lebih baik. Rasul juga pernah merobah nama tanah afirah, pada hal arti afirah adalah tanah tandus lalu di ganti dengan khodlirah, begitu juga nama masyarakat atau rakyat syi' bud dlolalah artinya rakyat yang sesat di robah dengan nama syi'bul huda, artinya rakyat yang mendapat petunjuk.
Seluruhnya ini dilakukan oleh Rasul untuk merealisir ayat Allah yang berbunyi sebagai berikut :
Dan janganlah saling mengolok-olok dengan julukan jelek, sejelek-jelek panggilan adalah panggilan buruk setelah iman. Barang siapa yang tidak bertaubat, merekalah orang-orang yang dholim. (AL-Hujurat: 11)
Setelah mendengar ayat tersebut layak sekali seorang tunduk merunduk, mendengar dengan baik, lalu berusaha untuk menjalankannya, lalu berkata ;
Ya Allah berilah rahmat dan taufik kepadaku untuk menjalankannya, aku ingin sekali taat kepadamu, aku tidak akan memanggil anak-anakku, istriku, teman-temanku dan seluruh guruku dengan panggilan yang jelek, aku memanggil mereka dengan panggilan yang Engkau senangi.
Bila aku tidak menjalankannya, aku malu kepada Mu, karena Engkalah yang Maha Bijaksana dan tidak layak menentang kepada Mu kecuali orang yang tidak mengerti diri, tidak faham atas posisi dirinya. Aku tidak ingin menjadi orang sedemikian ini, aku harus memelopori untuk taat kepada larangan Mu.
Aku akan mengingatkan kepada orang yang melanggar perintah Mu agar kehidupan ku selalu mendapat ridlo Mu, aku kurang sreg bila aku mendapat simpati dari manusia, namun disisi Mu aku termasuk orang durhaka.
Masruq berkata ; aku bertemu dengan Umar bin Al Khotthob ra, lalu berkata ; Siapakah kamu? Aku berkata; "Masruq bin Al ajda', Umar berkata ; "Aku mendengar Rasulullah SAW., bersabda ; Al ajda' adalah setan.( HR. Abu Dawud) [13]
Sahal bin Sa'ad berkata; "AI Mundzir bin Abu Usaid di datangkan kepada Rasulullah SAW., ketika di lahirkan, lalu di letakkan di pahanya, sedang Abu Usaid duduk, lantas Rasulullah SAW., sibuk dengan sesuatu di mukanya, lantas Abu Usaid mengambil bayi tersebut dari pangkuan Rasul, lalu di bawa pulang oleh keluarganya. Rasulullah SAW., sadar lalu berkata; "Di manakah anak kecil tadi ? Abu Usaid menjawab; Kita kembalikan wahai Rasulullah! Rasulullah SAW., bersabda ; Siapakah namanya? Abu Usaid berkata Fulan. Rasul bersabda ; Tidak, tapl namanya adalah Al Mundzir. Akhirnya anak tersebut di beri nama AI Mundzir (HR. Bukhori Muslim) [14]
Di sini Rasul tidak di mintai untuk membikin nama kepada bayi tersebut, tapi beliau masih tetap memberi nama kepadanya dan si ayan jJuga meneima dengan baik dan senang terhadap perhatian Rasul kepada anaknya.
Rasul saat itu sibuk dengan sesuatu yang lebih penting hingga lalai kepada anak kecil yang di pangkuan.. Abu Usajd sebagal ayah merasa senang mendapatkan karunia anak dari Allah, lalu dia membawanya kepada utusanNya agar beliau sempat memberikan sesuatu yang layak kepada bayınya.
Beliau juga' memberi kurma ke mulut bayi itu, dan beruntunglah si bayi yang menjumpai Rasul lantas mendapat kurma, dan kurma itu merupakan pertama kali makanan yang di rasakan oleh bayi itu. Hadits menunjukkan bahwa selayaknya seorang ayah membawa anaknya kepada orang alim dan minta musawarah kepadanya untuk memberi nama yang terbaik kepadanya.
Lantas si alim juga bertanya kepada ayahnya tentang nama yang akan di berikan kepada bayinya. Bila ternyata baik maka di setujui. Bila kurang baik, boleh juga di beri nama lain yang lebih baik.
Catatan Kaki
[1] Zaadul Ma'ad 340/2
[2] HR. Muslim dalam kitab Adab (2132), bab larangan dengan menggunakan nama julukan Abul qasim, Tirmidzi (2835). (2835) dari hadits Ibnu Umar. Sedang redaksi hadis di atas adalah menurut riwayat Abu Dawud (4950), Nasai (218/6,219) Bukhori Juga meriwayatkan dalam kitab Adab Mufrad 2/277 dari hadits Abu wahab Al Jusyami, sanadnya terdapat seorang perawi bernama Uqail bin Syabib yang tidak di kenal, sedang perawi lainnya bisa di percaya. Lihat Zadul Ma'ad 334/2,
[3] Hadits riwayat Abu Dawud (4955), sanadnya sahiih.
[4] HR. Abu Dawud (4955), Nasai 8/226, 227, Bukhori dalam Al Adabul Mufrad dari hadits Al Miqdam bin Syuraih dari ayahnya dari kakeknya Hani', sesungguhnya dia menjadi utusan kaumnya kepada Rasulullah SAW, lalu beliau mendengar kaumnya memanggil kepadanya dengan sebutan Abul Hakam, lalu Rasulullah SAW., memanggilnya, lalu bersabda ; Sesungguhnya Allah juru hukum, dan kepada Nya hukum, mengapa kamu di panggil Abul Hakam. Dia menjawab ; Sesungguhnya kaumku bila terjadi percekcokan di antara mereka, lalu mereka datang kepadaku, lalu aku memutuskan dan akulah yang menjadi hakimnya lahu kedua golongan itu sama rela. Rasul bersabda ; Alangkah baiknya ini, lantas kamu punya anak ? Dia menjawab; Aku punya anak bernama Syuraih, Muslim, dan Abdullah. Rasul bersabda; Siapakah diantara mereka yang terbesar ? Dia menjawab; Syuraih. Rasul ber sabda; Namamu adalah Abu Syuraih. Sanad hadits tersebut sahih,
[5] HR. Bukhori 10/473, 474 dalam Al Adabul Mufrad, bab nama Hazan, Abu Davud (4956).
[6] Jami ul ushul 374/1
[7] Bukhori 10/473, 475 dalam adabul mufrad, bab Hazan, bab mengganti nama kepada yang lebih baik. Abu Dawud 4956.
[8] Nomer 2841 dalam adab, bab tentang perubahan nama, sanadnya terdapat Umar bin Ali Al Maqdami, dia suka menambah hadits (Mudallis) Dia juga meriwayatkan hadits dengan an'an yang bisa bikin naiknya derajat hadits), dan ada bukti hadits lainnya
[9] HR. Bukhori 13/196, 197 dalam bab adab, Muslim 2141, kitab adab, bab sunat merubah nama jelek dengan yang baik
[10] HR, Muslim 2142, dalam kitab Adab, bab sunat mengganti yang jelek, Abu Dawud nomer 4953 dalam kitab Adab. Lihat Jamiul Ushul 373/1.
[11] Lihat dalam kitab Sunan Abu Dawud 4956. Jumi ul ushl 375/1
[12] Lihat Muslim nomer 2139, kitab Adab, bab makruh mernakai nama yang jelek, dan Tirmnidzi nomer 2840, Dalam bab merobah nama. Abu Dawud nomer 4952 dalam kitab Adab.
[13] Nomer hadits 4957 dalam kitab Adab, bab mengganti nama jelek namun Sanadnya terdapat perawi bernama Mujalid bin Sa id yang masih mendapat komentar jelek dari kalangan ahli hadits, sedang perawi lainnya bisa di percaya. Lihat Jami ul ushul 377/1.
[14] Bukhori 10/474, 475, dalam kitab Adab, bab merobah nama kepada yang lebih baik. Muslim 2149 dalam kitab Adab, bab memberi kurma ke langit mulut anak.