Kisah Nabi Ibrahim Menegakkan Agama Tauhid

Kisah Nabi Ibrahim Menegakkan Agama Tauhid

Cerita dalam Islam untuk pelajaran dan inspirasi anak mengisahkan tentang Kisah Nabi Ibrahim sebagai salah satu nabi dan rasul ia juga termasuk dalam golongan ulul azmi. Kisah Nabi Ibrahim di abadikan dalam syiar agama Islam pada rangkaian ibadah haji hari raya Idul Adha. Dikatakan juga dalam Al-Quran bahwa Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW merupakan kesinambungan dari ajaran Nabi Ibrahim AS.


kisah nabi ibrahim menegakkan agama tauhid
source: en.shafaqna.com

Nabi Ibrahim dipandang sebagai penganut monoteis yang amat taat dengan berdakwah pada umatnya untuk menyembah Allah semata. Untuk kepercayaan ini, ia menanggung banyak kesulitan, bahkan memisahkan dirinya dengan keluarga dan orang-orangnya melalui hijrah ke berbagai negeri. Dia adalah orang yang memenuhi berbagai perintah Allah yang dengannya dia diuji, membuktikan kebenarannya bagi masing-masing.


Asal usul Kisah Nabi Ibrahim

Dalam Al-Quran, satu-satunya nama yang diberikan adalah "Ibraheem" dan "Ibrahaam", semuanya memiliki akar asli, b-r-h-m. Sedangkan didalam Injil, Abraham pada awalnya dikenal sebagai Abram, dan kemudian Tuhan dikatakan mengubah namanya menjadi Abraham, Al-Qur'an tidak membahas akan sejarah dan perubahan nama Nabi Ibrahim, tidak menegaskan atau meniadakannya.


Akan tetapi, para cendekiawan Yahudi-Kristen modern ragu dalam kisah tentang perubahan namanya dan artinya masing-masing, menyebutnya "permainan dunia yang populer". Asyriolog menyarankan bahwa huruf Ibrani Hê (h) dalam dialek Minnean ditulis sebagai ganti panjang ‘a’ (ā), dan bahwa perbedaan antara Abraham dan Abram hanyalah dialektika. Hal yang sama dapat dikatakan untuk nama Sarai dan Sarah, karena artinya juga identik.


Kisah Nabi Ibrahim diperkirakan telah lahir 2.166 tahun sebelum Nabi Isa AS. Beliau adalah putra Aazar,  Beberapa ahli tafsir menyatakan bahwa ia mungkin dipanggil Azar setelah berhala yang ia persembahkan. Azar orang Akkadia, yaitu Semitik dari Semenanjung Arab yang bermukim di Mesopotamia sekitar milenium ketiga SM


kisah nabi ibrahim mesopotamia
Letak Mesopotamia
(source image : quora.com)

Silsilahnya adalah, Ibrahim bin Aazar(Tarih) bin Tahur, bin Saruj bin Rau' bin Falij bin Aabir bin Shalih bin Afrakhsyad bin Saam bin Nuh (Nabi Nuh AS). Kisah kelahiran Nabi Ibrahim dilahirkan di sebuah tempat bernama Faddam A'ram kota Ur Kasdim Mesopotamia. [1]


Agama Mesopotamia

Penemuan arkeologis dari zaman Ibrahim melukiskan gambaran yang jelas tentang kehidupan religius Mesopotamia kerajaan Babilon. Penghuninya adalah musyrik yang percaya pada jajaran berhala dan dewa, di mana setiap dewa memiliki pengaruh. Kuil besar yang didedikasikan untuk dewa bulan Akkadian, Sin, adalah pusat utama Ur. Haran juga memiliki bulan sebagai pusat ketuhanan. Kuil ini diyakini sebagai rumah fisik Tuhan. Dewa utama kuil adalah berhala kayu dengan berhala tambahan, atau 'dewa', untuk melayaninya. 


bangunan berhala kisah nabi ibrahim
The Great Ziggurat di Ur, kuil dewa bulan Nanna, juga dikenal sebagai Sin.
(source image : britannica.com)

Raja Namrud Bermimpi

Kerajaan Babilon pada waktu itu diperintah oleh seorang raja yang bengis dan mempunyai kekuasaan absolut yaitu raja Namrud.

Namrud seorang raja yang tidak mau lengser dan ingin berkuasa terus menerus bahkan ingin hidup selamanya. Karena itu ia tak segan-segan untuk membodohi rakyatnya agar menyembah berhala. Bahkan ia memproklamirkan diri sebagai salah satu tuhan yang harus disembah oleh rakyatnya. sehingga segala perintahnya tak ada yang berani membangkang.

Sebelum kisah Nabi Ibrahim Lahir, raja Namrud pernah bermimpi melihat seorang anak lelaki melompat ke dalam kamarnya lalu merampas mahkota dan menghancurkannya, Esok harinya ia memanggil tukang ramal dan tukang tenun untuk mentafsirkan arti mimpinya itu.

Menurut tukang ramal, anak laki-laki dalam mimpi sang raja itu kelak akan meruntuhkan kekuasaan sang raja. Tentu saja raja Namrud murka. Ia memerintahkan kepada para prajuritnya untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang baru lahir.

Ketika Ibrahim lahir, kedua orang tuanya bersembunyi di dalam gua. sejak saat bayi hingga menginjak remaja ia dibesarkan didalam gua. Ia tidak pernah melihat dunia luar.


Kisah Nabi Ibrahim mencari Tuhan

Rasa ingin tahu merasuki jiwa Ibrahim dan mendorongnya pada kisah Nabi Ibrahim mencari Tuhan. Selama ini ia hanya melihat bongkahan batu dan tanah didalam gua. Ketika ibunya sedang pergi ke kota mencari makan. ia pun mencoba keluar gua. Begitu menapakkan kakinya di luar gua. Ibrahim tercengang.

Ia benar-benar takjub melihat alam yang sangat luas. Gunung-gunung menjulang tinggi. Langit biru terbentang luas. Ombak laut berkejar-kejaran. Di siang hari ia melihat cerahnya mentari. Di waktu malam ia melihat sinar bulan yang menerangi malam.

Sejak kecil Nabi Ibrahim sudah mendapat petunjuk dari Tuhan. Ia merasa heran melihat orang yang menyembah patung-patung padahal patung tersebut tidak bisa bicara, tak bisa melihat, tak bisa mendengar dan tak bisa memberikan pertolongan.

"Mengapa mereka menyembah benda mati?" demikian pertanyaan yang timbul di benak Ibrahim.

Jika ia bertemu dengan unta, kambing dan domba-domba selalu bergolak pertanyaan dalam hatinya. Siapakah yang menciptakan semua itu?


Ibrahim ingin mencari siapakah yang berkuasa atas semua ini. Siapakah seharusnya yang pantas dijadikan Tuhan da wajib disembahnya?


Ketika malam tiba. Ia melihat bulan dan bintang. Namun bulan itu akhirnya tenggelam tak nampak lagi. Pada siang hari ia melihat matahari, namun disenja hari matahari itu juga tenggelam tak nampak lagi.

Ibrahim berkata dalam hatinya: "Aku tidak suka bertuhan yang tenggelam itu."
Akhirnya Ibrahim dapat menemukan kesimpulan. Akal pikirannya yang masih suci bersih itu memutuskan bahwa Tuhan adalah yang menciptakan semua alam ini. Berkata dalam hatinya: "Tuhanku adalah yang menciptakan langit dan bumi. Tuhanku yang menciptakan manusia, tumbuhan, hewan dan apa saja yang terdapat dimuka bumi ini."

Kisah Nabi Ibrahim mencari Tuhan dalam Al-Quran tidak menyebutkan usia yang tepat di mana Ibrahim menerima wahyu pertamanya. Namun diperkirakan ketika usianya masih muda, Al-Quran memanggilnya pemuda ketika orang-orangnya mencoba mengeksekusinya karena menolak berhala mereka, dan Ibrahim sendiri mengatakan memiliki pengetahuan yang tidak tersedia bagi ayahnya ketika ia memanggilnya. untuk menyembah Tuhan sendiri sebelum panggilannya menyebar ke umat-Nya. Namun, Al-Quran jelas dalam mengatakan bahwa dia adalah salah satu nabi yang kepadanya kitab suci diturunkan:

(Quran 87: 18-19)
"Sesungguhnya! Ini ada dalam Kitab Suci sebelumnya. Kitab Suci Ibrahim dan Musa."

Nabi Ibrahim sebenarnya sudah percaya akan adanya hari pembalasan di akhirat. Pada suatu hari ia ingin memperoleh petunjuk yang lebih nyata dan meyakinkan hatinya.


Maka berdoalah ia kepada Tuhan: "Ya Tuhanku perlihatkanlah kepadaku begaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati."

Allah menjawab permintaan Ibraahim: "Apakah kamu belum percaya Ibrahim?"

"Saya telah percaya tetapi supaya bertambah yakin hati saya." jawab Nabi Ibrahim.

Tuhan kemudian memerintahkan Ibrahim mengambil empat ekor burung. Keempatnya di potong-potong dan tubuhnya dicerai beraikan atau dipisah-pisahkan. Potongan-potongan kecil dari keempat burung itu dilumatkan kemudian dijadikan empat tumpuan. masig-masing tumpukan diletakkan di puncak empat bukit yang letaknya berjauhan.

Ibrahim kemudian diperintahkan mengambil burung-burung yang sudahqhancur tadi. Tiba-tiba sja burung itu hidup lagi seperti sedia kala dan menghampiri Nabi Ibrahim.


Kini bertambah yakinlah Ibrahim akan kekuasaan Allah yang menghidupkan sesuatu yang sudah mati.


Allah kemudian berfirman kepada Ibrahim:

"Demikian pula Aku akan membangkitkan manusia yang sudah mati untuk dihidupkan di alam akhirat, dan akan di hisab amal perbuatannya sewaktu di dunia. Dan semua manusia akan menerima balsannya sendiri-sendiri."

Nabi Ibrahim Berdakwah kepada Ayahnya

Sebelum Nabi Ibrahim mengajak kaumnya untuk meninggalkan penyembahan terhadapa berhala, pertama kali Nabi Ibrahim berdakwah kepada ayahnya, Ia tidak ingin seperti kisah anak Nabi Nuh yang durhaka terhadap orang tua dan Allah, diajaknya untuk menyembah Allah dan meninggalkan profesinya yang lama sebagai pembuat dan pemuja berhala.


Ayah Nabi Ibrahim bernama Azar adalah pembuat patung berhala. Nabi Ibrahim berdakwah kepada ayahnya dengan bahasa yang lemah lembut penuh kesopanan:


"Wahai ayahku, mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong engkau sedikitpun? Wahai ayahku, sesungguhnya aku mempunyai ilmu yang diberikan Allah dan tidak menugkin diberikan kepadamu. Maka ikutilah nasihat nasihatku, nisacaya akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus.

(Quran 19: 42-45)
"Wahai ayahku, janganlah engkau menyembah setan. Sesungguhnya  setan itu durhaka kepada Tuhan yang Maha Pemurah, Wahai ayahku, sesungguhnya Aku kuatir engkau akan ditimpa adzab dari Tuhan yang Maha Pemurah, maka engkau menjadi kawan dari setan."

Jawaban dari ayahnya adalah penolakan, jawaban yang jelas oleh siapa pun yang ditantang oleh orang lain yang jauh lebih muda dari mereka, tantangan yang dibuat terhadap tradisi dan norma bertahun-tahun. Dan Berkata ayahnya:


"Bencikah kamu terhadap tuhanku, Ibrahim? Jika kamu tidak berhenti mengajakku niscaya aku akan merajammu. Tinggalkanlah aku dengan waktu yang lama."

Karena ayahnya tidak mau mengikuti ajakannya ia hanya berkata:


(Quran 19: 47-48)
"Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memintakan ampun bagimu pada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik padaku. Dan aku akan menjauhkan diri dari padamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah. Dan aku akan berdoa kepada Tuhanku. Mudah mudahan aku tidak kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku."

Doa atau permohonan Nabi Ibrahim untuk ayahnya tak lain adalah karena kasih sayangnya selaku anak kepada ayahnya.

Namun setelah Allah menerangkan bahwa ayah Ibrahim adalah musuh Allah maka Ibrahim berlepas diri dari padanya. Tak ada beban moral lagi selaku anak kepada ayahnya tersebut dalam Al-Quran:



"Dan permintaan ampun dari Ibrahim untuk ayahnya, tidak lain hanyalah karena suatu jani yang telah diikrarkan kepada ayahnya itu, Maka tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa ayahnya dalah musuh Allah. Maka Ibrahim berlepas diri daripadanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang lembut hatinya lagi penyantun."

Ibrahim Bergaul Dengan Kaumnya


Sesudah dewasa dan berita tentang pembunuhan bayi-bayi sudah sirna. Ibrahim diijinkan kedua orangtuanya keluar dari gua. Hidup di tengah-tengah masyarakat.

Kesedihan mengerogoti hatinya, ternyata masyarakat disekitarnya sudah bobrok mental dan akhlaknya. Akal pikiran mereka benar-benar sudah tumpul sehingga patung dan batu bergambar mereka jadikan Tuhan yang disembah-sembah.
Ayah Ibrahim sendiri adalah tukang pembuat patung yang dijual ke masyarkat banyak. Dan ayahnya juga menyembah patung yang dibuatnya sendiri.

Ibrahim kemudian mengadu kepada Tuhan: "Ya Tuhan, aku sedang menderita, aku melihat kemungkaran dan kesesatan. Untuk apakah akal pikiran itu hanya di gunakan untuk mencari kekayaan dan berbuat kerusakan belaka. Oh Tuhanku, tunjukilah aku, kalau  Tuhan tidak menunjuki aku, sungguh aku akan menjadi orang yang tersesat dan berbuat aniaya."

Lalu Allah memberikan petunjuk kepadanya. Ia diangkat menjadi Nabi dan Rasul. Ia diberi wahyu sehingga keyakinan tentang adanya Tuhan bukan sekedar kesimpulan pikirannya belaka, melainkan berasal daari ketetapan Tuhan.

Allah mengajarkan segala rahasia yang ada dibalik alam nyata ini. Bahwa di balik alam nyata ini ada juga alam ghaib. Setiap manusia yang mati kelak akan bangkit lagi di alam akhirat.

Dakwah Nabi Ibrahim terhadap Kaumnya

Setelah upaya tak henti-hentinya dalam memanggil ayahnya untuk meninggalkan penyembahan berhala palsu, Abraham berpaling kepada umatnya yang berusaha memperingatkan orang lain, menyapa mereka dengan logika sederhana yang sama.

Dan bacakanlah kepada mereka kisah Ibrahim.Ketika dia (Ibrahim) berkata kepada ayahnya dan kaumnya, “Apakah yang kamu sembah?” Mereka menjawab, “Kami menyembah berhala-berhala dan kami senantiasa tekun menyembahnya.”

Dia (Ibrahim) berkata, “Apakah mereka mendengarmu ketika kamu berdoa (kepadanya)? Atau (dapatkah) mereka memberi manfaat atau mencelakakan kamu?” Mereka menjawab, “Tidak, tetapi kami dapati nenek moyang kami berbuat begitu.”

(Quran 26:69-81)
"Dia (Ibrahim) berkata, “Apakah kamu memperhatikan apa yang kamu sembah, kamu dan nenek moyang kamu yang terdahulu? Sesungguhnya mereka (apa yang kamu sembah) itu musuhku, lain halnya Tuhan seluruh alam, (yaitu) Yang telah menciptakan aku, maka Dia yang memberi petunjuk kepadaku, dan Yang memberi makan dan minum kepadaku; dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku, dan Yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali)

Dalam melanjutkan seruannya bahwa satu-satunya dewa yang pantas disembah adalah Allah, Yang Mahakuasa, dia memberikan contoh lain bagi umatnya untuk direnungkan. Tradisi Yahudi-Kristen menceritakan kisah yang serupa, tetapi menggambarkannya dalam konteks Ibrahim sendiri yang mencapai kesadaran jika Tuhan melalui penyembahan makhluk-makhluk ini, bukan tentang dia menggunakannya sebagai contoh untuk umatnya. Dalam Al-Quran, tidak ada nabi yang mengatakan telah menghubungkan orang lain selain Tuhan, bahkan jika mereka tidak mengetahui cara yang benar sebelum mereka ditugaskan sebagai nabi. Al-Qur'an menceritakan tentang Ibrahim:

Kisah Nabi Ibrahim harus dipenuhi dengan rasa sakit, kesulitan, cobaan, pertentangan, dan sakit hati. Ayah dan orang-orangnya menolak pesannya. Seruannya tidak didengarkan. Sebaliknya, dia ditantang dan diejek,

"Mereka berkata:Membawa Kami kepada  kebenaran, apakah Kamu bercanda? "

Dalam tahap ini Nabi Ibraham, seorang pemuda dengan masa depan yang prospektif, menentang keluarga dan bangsanya sendiri untuk menyebarkan pesan monoteisme sejati, kepercayaan kepada Satu Tuhan Sejati, dan penolakan terhadap semua dewa palsu lainnya, apakah mereka menjadi bintang dan ciptaan surgawi atau duniawi lainnya, atau penggambaran dewa dalam bentuk berhala.

Dia ditolak, dikecam dan dihukum karena kepercayaan ini, tetapi dia berdiri teguh melawan semua kejahatan, siap menghadapi lebih banyak lagi di masa depannya.
(Quran 2: 124)
"Dan (ingat) ketika Tuhannya (Abraham) mencoba Abraham dengan (berbagai) perintah, yang dia buktikan benar ..."


Kisah Nabi Ibrahim Dibakar Hidup-hidup


Nabi Ibrahim adalah seorang yang cerdas dan ahli logika serta strategi yang ulung. Ia ingin berdialog dengan Raja Namrud dihadapan orang banyak. Caranya yaitu dengan menghancurkan lebih dulu berhala-berhala yang menjadi sesembahan Raja Namrud dan rakyatnya. Hal itu ia lakukan ketika sang raja dan semua rakyat sedang berpesta hari raya dengan berburu ditengah hutan. Disaat rumah penyembahan berhala kosong maka Ibrahim masuk membawa kapak. Berhala-berhala kecil dihancurkannya, lalu kapak yang dibawanya itu diletakkan di leher berhala yang paling besar.

Raja Namrud dan pengikutnya sekembali dari perburuan mereka berencana untuk mengadakan pesta pora sambil memberikan persembahan hasil perburuan untuk berhala di ruang pemujaan. Namun betapa terkejutnya mereka saat melihat berhala-berhala itu telah bercerai berai.
"Kurang ajar! Siapa yang berani menghancurkan berhala ini?" Raja Namrud meluapkan amarahnya.

Tidak seorangpun menjawab. Namun ada seorang saksi yang melihat bahwa hanya Nabi Ibrahim saja yang tidak ikut berburu ke hutan dengan alasan sakit.
"Tangkap dia! dan bawa kehadapanku." perintah Raja Namrud.
Nabi Ibrahim kemudian ditangkap, dalihnya harena hanya ia seorang yang tidak ikut keluar kota untuk berburu. Pastilah ia yang melakukan penghancuran berhala-berhala tersebut.

Ia dibawa kehadapan Raja Namrud, disaksikan rakyat banyak. Namun Nabi Ibrahim malah tersenyum dalam hati, karena memang hal ini yang diharapkannya.
Bertanya raja Namrud: "Apakah kamu yang menghancurkan berhala-berhala itu?".

"Bukan!", jawab Nabi Ibrahim.
"Ibrahim!" sergah raja Namrud. "Cukup banyak bukti yang menunjukkan kaulah pelakunya, Tak usah berkilah lagi!"
"Bukan aku pelakunya!" jawab Nabi Ibrahim untuk memancing amarah raja Namrud. Ia ingin mengajak dialog dengan sang raja.

"Baiklah Raja," kata Nabi Ibrahim, "Saya punya pemikiran, Anda juga punya, jika hendak mencari siapa pelakunya, tanyakanlah kepada berhala yang paling besar itu, bukankah dia sendiri yang tidak hancur, bukankah ada kapak yang mengantung dilehernya? bukankah itu sudah jelas menunjukkan bahwa berhala yang paling besar itu pelakunya."

Raja Namrud berang mendengar ucapan Nabi Ibrahim, kemudian berkata: "Hai Ibrahim, kau sungguh bodoh! dimana otakmu?! mungkinkah patung itu dapat menjawab pertanyaanku? dia tidak mungkin bisa berbicara, dia tidak bergerak dan manalah mungkin dapat menghancurkan yang lain, sungguh kamu sangat mengada-ngada!"

"Hai raja Namrud!" kata Nabi Ibrahim dengan lantang. "Siapa sebenarnya disini yang bodoh? Mengapa patung yang tak dapat bicara dan bergerak kau jadikan tuhan yang kau sembah. Mengapa patung berhala yang tak dapat melindungi dirinya itu kalian puja-puja, bukankah ini kebodohan yang teramat sangat?"
 

Raja Namrud dan pengikutnya terdiam mendengar perkataan Nabi Ibrahim itu. Sebagian masyarakat yang akalnya sehat membenarkan ucapan sang Nabi, Namun mana mereka berani angkat bicara, sementara Raja Namrud dan pengikutnya tak dapat membantah. Hanya amarah yang timbul dihatinya. Akibat kemarahannya Raja namrud memerintahkantentaranya agar Nabi Ibrahim untuk ditangkap dan diikat.

"Apa hukuman yang pantas dijatuhkan untuknya?" tanya Raja Namrud kepada para penasihatnya.


"Bakar! Bakar saja dia sampai mati!" jawab para penasihat kerajaan. Kisah Nabi Ibrahim dibakar pun disegerakan. Kayu-kayu dikumpulkan dan disiapkan dalam sebuah tumpukan, kisah Nabi Ibrahim dibakar pun menggema diseluruh warga kota.


kisah nabi ibrahim dibakar
source image : ptownie.com

Nabi ibrahim dan mukjizatnya

Warga kota semuanya membantu mengumpulkan kayu untuk api, sampai itu adalah api terbesar yang pernah mereka lihat. Nabi Ibrahim AS kemudian diletakkan diatasnya dalam keadaan terikat, kemudian disulutlah api yang berkobar menghabiskan tumpukan-tumpukan kayu itu.

IbrahIm muda tunduk pada nasib yang dipilih untuknya oleh Penguasa Dunia. Dia tidak kehilangan kepercayaan, melainkan persidangan membuatnya lebih kuat. Ibrahim tidak tersentak dalam menghadapi kematian yang berapi-api bahkan kata-kata terakhirnya sebelum masuk adalah,

(Sahih Al-Bukhari)
"Allah sudah cukup bagiku dan Dia adalah yang terbaik dalam urusan."

Sekali lagi di sini adalah contoh dari kisah Nabi Ibrahim yang membuktikan kebenaran cobaan yang dia hadapi. Keyakinannya pada Tuhan Sejati diuji di sini, dan dia membuktikan bahwa dia bahkan siap untuk menyerahkan keberadaannya kepada panggilan Tuhan. Keyakinannya dibuktikan dengan tindakannya.


Allah tidak menghendaki bahwa ini adalah nasib kematian dari kisah Nabi Ibrahim dibakar, karena ia memiliki misi besar di depannya. Dia akan menjadi ayah dari beberapa nabi terbesar yang dikenal umat manusia. Allah menyelamatkan Ibrahm sebagai tanda baginya dan juga umatnya.


Mereka mengira Nabi Ibrahim AS akan hangus menjadi abu, Namun betapa terkejut mereka dibuatnya, karena ternyata setelah api padam bersamaan dengan habisnya seluruh kayu, Nabi Ibrahim masih sangat segar dan bugar. Itulah kisah Nabi Ibrahim dan mukjizatnya yang diberikan oleh Allah kepadanya. Kobaran api tunduk kepada Allah, dengaan serta merta api itu dingin dan  tidak bisa membakar Nabi Ibrahim AS. Hal ini juga berkaitan mengenai doa melalui tawasul melalui Nabi Muhammad SAW, terbukti dalam kisah 5 tokoh yang tertulis pada kapal Nabi Nuh AS


Diriwayatkan juga tentang kisah Nabi Ibrahim dan mukjizatnya yang lain ketika raja Namrud membagikan bahan makanan kepada rakyatnya, namun Ibrahim dikecualikan untuk pembagian tersebut. Akhirnya Nabi pulang dengan mengantongi segenggam pasir, sesampainya dirumah kemudian nabi Ibrahim tertidur. Istrinya Sarah kemudian melihat sesuatu didalam kantong jubah suaminya, yang ternyata adalah bahan makanan. Yang sesungguhnya berasal dari segenggam pasir yang dibawa Nabi dan berubah menjadi bahan makanan untuk kemudian diolah oleh Sarah.


Kisah Nabi Ibrahim Berdakwah Kepada Raja Namrud


Sesudah kisah Nabi Ibrahim dibakar tidak mati bahkan tidak mampu melukainya, membuat pikiran rakyat yang menyaksikannya menjadi terbuka untuk mengikuti ajaran Nabi Ibrahim, tapi kekuasaan raja Namrud menghalangi semua, memberi ketakutan pada mereka atas ancaman yang diberikan raja Namrud.


Nabi Ibrahim tetap gigih untuk mengajak rakyat mengikuti ajarannya untuk hanya menyembah kepada Allah. Hal ini membuat raja Namrud semakin murka atas apa yang dilakukan Nabi Ibrahim. Lalu dipanggillah Nabi untuk menghadap raja Namrud.


"Engkau telah menyebarkan fitnah di Negeriku." Kata raja Namrud. "Adakah Tuhan selain aku?" Akulah tuhan yang harus kamu sembah. Aku dapat mengatur dan merusak segala-galanya. Siapakah yang lebih tinggi kekuasaannya daripada aku? Hukum yang kutetapkan pasti berlaku, Keputusanku pasti berjalan. Semua orang tunduk kepadaku. mengapa engkau menentangku?"


Dengan tenang Nabi Ibrahim menjawab:


"Tuhanku adalah Allah. Dialah yang kusembah, Dia telah menciptakan kamu dan aku yang asalnya tidak ada. Ia sanggup mematikan dan menghidupkan  siapa saja yang dikehendaki-Nya. Ia adalah pencipta langit dan bumi."

Raja Namrud menyanggah jawaban Nabi Ibrahim dengan pendapatnya yang konyol.


"Aku juga dapat menghidupkan dan mematikan."
"Benarkah?" tanya Nabi Ibrahim.

Raja Namrud kemudian memerintahkan prajuritnya untuk mengeluarkan dua orang tahanan.


Kemudian raja Namrud mengambil pedang. Salah seorang dari tahanan itu dipenggal lehernya sampai mati. Seorang lagi diampuni dan dibiarkan hidup.

Lalu Namrud berkata: "Begitulah caraku menghidupkan dan mematikan."
"Itu bukanlah mematikan, melainkan membunuh dengan cara yang biadab dan kejam." Kata Nabi. "Tuhanku mampu menjalankan matahari dari timur ke barat. Jika engkau mampu Namrud, cobalah kau jalankan matahari itu dari barat ke timur!"

Namrud terbungkam tak bisa bicara. Tantangan Nabi Ibrahim benar-benar membuatnya kalah dan tak bisa membantah lagi. ia telah benar-benar dijatuhkan oleh kecerdasan akal Nabi Ibrahim AS. Sejak saat itu Namrud menganggap Nabi Ibrahim sebagai musuh besarnya.


kisah nabi ibrahim dan raja namrud
Petilasan Raja Namrud kerajaan Mesopotamia, Babilon
Source image : steemit.com/travel/@rizalirawan


Kisah Nabi Ibrahim Hijrah

kisah nabi ibrahim hijrah
source image : id.pinterest.com/pin/130745195407990649/

 

Karena negeri Babilon tidak aman lagi bagi Nabi Ibrahim dan istrinya ditambah dengan musim paceklik yang berkepanjangan, maka ia memutuskan untuk pindah ke Syam (Palestina). Kisah Nabi Ibrahim hijrah tidaklah sendiri, namun ia dan istrinya Bersama Luth keponakannya yang kemudian juga diangkat menjadi Nabi serta beberapa pengikutnya untuk meninggalkan Babilon.



Hijrah Ke Kanaan


kisah nabi ibrahim hijrah ke kanaan
source image : brewminate.com
peta hijrah kisah nabi ibrahim
source image : brewminate.com

Setelah bertahun-tahun berdakwah yang tak henti-hentinya, dihadapkan dengan penolakan umat-Nya, Allah memerintahkan Ibrahim untuk melepaskan diri dari keluarga dan umatnya.


Memang ada contoh yang sangat baik dalam kisah nabi ibrahim dan orang-orang yang bersamanya, ketika mereka berkata kepada orang-orang mereka:



(Quran 60: 4)
"Sesungguhnya, kami bebas dari kalian dan apa pun yang kalian sembah selain Allah, kami telah menolak kalian, dan telah ada mulai di antara kami dan kalian, permusuhan dan kebencian selamanya, sampai kalian percaya pada Tuhan Sendiri. "

Setidaknya dua orang di keluarganya, bagaimanapun, menerima nasihatnya - Luth, keponakannya, dan Sarah, istrinya. Jadi, Ibrahim bermigrasi bersama dengan pengikutnya.



(Al-Quran 29:26)
"Jadi, Luth percaya kepadanya (Ibrahim). Dia (Ibrahim) berkata:‘ Aku akan berhijrah demi Tuhanku. Sesungguhnya, Dia Maha Perkasa, Maha Bijaksana. "

Mereka bermigrasi bersama ke tanah yang diberkati, tanah Kanaan, atau Suriah Besar di mana, menurut tradisi Yahudi-Kristen, Ibrahim dan Luth membagi rakyat mereka di barat dan timur tanah tempat mereka bermigrasi.



Hijrah Ke Mesir

kisah nabi ibrahim hijrah ke mesir
source image : flocabulary.com

Kisah Nabi Ibrahim tinggal di Kanaan selama beberapa tahun, pergi dari kota ke kota untuk berkhotbah dan mengundang orang-orang kepada Allah menegakkan agama tauhid. Namun tidak beberapa lama negeri Kanaan diserang bahaya kelaparan dan penyakit menular memaksa Nabi Ibrahim dan pengikutnya kemudian pindah ke Mesir.


Dalam catatan Islam, kisah Nabi Ibrahim di Mesir berada dibawah kekuasaan Firaun lalim dan suka berbuat sewenang-wenang. Raja Mesir memiliki hasrat yang kuat untuk merampas wanita-wanita cantik walaupun mereka telah bersuami.


Catatan Islam ini sangat berbeda dari tradisi Yahudi-Kristen, yang mengatakan bahwa Ibrahim mengklaim bahwa Sarah adalah saudara perempuannya untuk menyelamatkan dirinya dari Firaun. Firaun membawa Sarah ke haremnya dan menghormatinya untuk Ibrahim, tetapi ketika rumahnya dihantam tulah yang parah, ia menjadi tahu bahwa dia adalah istri Ibrahim dan menghukumnya karena tidak mengatakannya, sehingga mengusirnya dari Mesir.


Ketika Raja Mesir mendengar ada perempuan cantik yang bernama Sarah datang ke Negerinya, ia kemudian memanggil Sarah yang sebenarnya adalah isteri Nabi Ibrahim, bersamaan dengan Nabi Ibrahim untuk menghadap raja.

Ketika menghadap raja Mesir Nabi Ibrahim ditanya, "Siapakah perempuan itu?"
"Saudaraku." Jawab Nabi Ibrahim, sengaja ia menutupinya. Sebab jika ia berterus terang tentu ia akan dibunuh raja Mesir dan Sarah istrinya akan dirampas darinya.

Setelah Sarah dibawa ke istana, raja berusaha menyentuh Sarah, tetapi tangannya menjadi lumpuh mendadak. Raja memohon agar Sarah berdoa pada Allah untuk menyembuhkannya dan Sarah melakukannya. Setelah tangannya pulih, raja kembali mengulangi perbuatannya, tetapi dia mengalami kelumpuhan yang lebih berat dari sebelumnya. Raja kembali meminta Sarah mendoakannya dan berjanji tidak akan mengganggunya lagi. Setelahnya, raja memerintahkan agar Sarah dipulangkan kepada Ibrahim dan dia diberi budak perempuan bernama Hajar sebagai hadiah.


Sarah dan Ibrahim tidak memiliki anak, meskipun ada janji Allah bahwa ia akan diberikan seorang anak, namun tetaplah Sarah merasa gundah untuk menghasilkan keturunan. Sebagai seorang wanita yang merasa mandul dan mempunyai pemberian seorang pelayan wanita kepada suaminya.


Sarah menyarankan kepada Ibrahim agar ia mengambil Hajar sebagai selirnya. Sedangkan didalam Injil, dikatakan bahwa Hajar diangkat menjadi istrinya. Apapun kasusnya, dalam tradisi Yahudi dan Babilonia, keturunan apa pun yang lahir dari seorang selir akan diklaim oleh mantan selirnya dan diperlakukan sama persis dengan seorang anak yang dilahirkan untuknya, termasuk hal-hal warisan.


Setelah kejadian tersebut Nabi Ibrahim pindah kembali ke Syam atau Palestina, dan ia menetap disana. Di negeri itu Hajar melahirkan seorang anak laki-laki bernama Ismail. Tak lama kemudian Sarah juga melahirkan anak Laki-laki dinamakan Ishak. Saat mempunyai anak, anak yang mereka idam-idamkan sejak lama dan diberi saat mereka telah berusia lanjut.



Kisah Nabi Ibrahim Menuju Mekah

Ketika Ismail masih menyusui, Kisah Nabi Ibrahim berlanjut disaat Allah sekali lagi memilih untuk menguji iman Ibrahim terkasihnya dan memerintahkannya untuk membawa Hajar dan Ismael ke lembah Bakka yang kering, 700 mil di tenggara Hebron. Di kemudian hari itu akan disebut Mekah.


kisah nabi ibrahim menuju mekah
source image : flocabulary.com

Memang itu adalah ujian besar, karena dia dan keluarganya telah merindukan saat seperti itu untuk keturunan, dan ketika mereka dipenuhi dengan kegembiraan seorang pewaris, perintah itu diberlakukan untuk membawanya ke tanah yang jauh, yang dikenal dengan tanah gersang dan kesulitan.


Kisah Nabi Ibrahim menuju Mekah didalam Al-Quran menegaskan bahwa ini adalah ujian lain bagi Nabi Ibrahim ketika Ismail masih bayi, sedangkan dalam kitab Injil dan tradisi Yahudi-Kristen menyatakan bahwa itu adalah hasil dari kemarahan Sarah, yang meminta suaminya untuk mengusir Hajar dan putranya ketika ia melihat Ismael "mengejek" pada Ishak setelah dia disapih.


Karena usia penyapihan yang khas, setidaknya dalam tradisi Yahudi, adalah 3 tahun, ini menunjukkan bahwa Ismail berusia sekitar 17 tahun ketika peristiwa ini terjadi.


Tampaknya tidak mungkin secara logis, bahwa Hajar dapat membawa seorang pemuda di pundaknya dan membawanya ratusan mil sampai dia mencapai Paran, baru kemudian meletakkannya, seperti yang dikatakan kitab Injil, di bawah semak-semak. Dalam ayat-ayat ini Ismail disebut dengan kata yang berbeda dari yang digunakan untuk menggambarkan pembuangannya. Kata ini menunjukkan bahwa ia adalah anak yang sangat muda, mungkin bayi, dan bukan remaja.


Kisah Nabi Ibrahim bersama istrinya Hajar

Setelah kisah Nabi Ibrahim bersama istrinya Hajar tinggal bersama di Mekah dalam waktu yang tidak berapa lama. Maka Ibrahim, setelah tinggal bersama Hajar dan Ismail, meninggalkan mereka di sana dengan selembar air dan tas kulit yang penuh dengan kurma. Ketika Nabi Ibrahim mulai berjalan meninggalkan mereka, Hajar menjadi cemas dan takut dengan apa yang terjadi. Sedangkan Ibrahim tidak melihat ke belakang.


Hajar mengejarnya dan Berkata :



"O Ibrahim, ke mana Engkau pergi, meninggalkan kami di lembah ini di mana tidak ada orang yang dapat kami minta bantuannya, juga tidak ada apa pun di sini?"

Nabi Ibrahim mempercepat langkahnya. Akhirnya, Hajar bertanya lagi,



"Apakah Allah yang meminta Engkau untuk melakukannya?"

Tiba-tiba, Ibrahim berhenti, berbalik dan berkata, "Ya!"

Merasakan ketenangan pada jawaban Ibrahim, Hajar bertanya kembali,



"O Ibrahim, kepada siapa Anda meninggalkan kami?"


"Aku meninggalkanmu untuk pemeliharaan Tuhan," jawab Ibrahim.


Hajar tunduk kepada Tuhannya, "Aku puas berada bersama Tuhan!"

Sementara dia menelusuri jalan kembali ke Ismail, Nabi Ibrahim melanjutkan sampai dia mencapai jalan sempit di gunung di mana mereka tidak akan dapat melihatnya. Dia berhenti di sana dan memanggil Tuhan dalam doa:


(Quran 14:37)
"Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur."


Segera, setelah air dan kurma habis dan keputusasaan Hajar meningkat. Tidak ada yang dapat mengobati dahaga atau menyusui bayinya, Hajar mulai mencari air. Meninggalkan Ismail di bawah pohon, dia mulai memanjat lereng berbatu di bukit terdekat. "Mungkin ada kafilah yang lewat," pikirnya dalam hati.


Dia berlari di antara dua bukit Safa dan Marwa tujuh kali mencari tanda-tanda air atau bantuan, yang kemudian dipersonifikasikan oleh semua Muslim pada ritual ibadah haji.


Lelah dan bingung, dia mendengar suara, tetapi tidak dapat menemukan sumbernya. Kemudian, melihat ke bawah di lembah, dia melihat seseorang yang ternyata adalah malaikat Allah, yang diidentifikasi sebagai Jibril dalam sumber-sumber Islam, berdiri di samping Ismail.


Malaikat itu menggali tanah dengan tumitnya di sebelah bayi itu, dan air mengalir keluar. Itu keajaiban! Hajar mencoba membuat baskom di sekitarnya agar air tidak mengalir keluar, dan mengisi kulitnya.



'Jangan takut diabaikan,' kata malaikat itu, 'karena ini adalah Rumah Tuhan yang akan dibangun oleh anak ini dan ayahnya, dan Tuhan tidak pernah mengabaikan hambanya.'

Sumur ini, yang disebut Zamzam, mengalir hingga hari ini di dalam Masjid Alharam kota Mekah di Semenanjung Arab.



kisah nabi ibrahim dan istrinya hajar di mekah

Tidak lama kemudian suku Jurham, yang bergerak dari Arabia selatan, berhenti di lembah Mekah setelah melihat pemandangan burung yang terbang ke arahnya, yang artinya adanya keberadaan air. Suku Jurham akhirnya menetap di Mekah dan Ismail tumbuh di antara mereka.



Kisah Nabi Ibrahim dan Ismail


Kisah Nabi Ibrahim yang Sudah hampir sepuluh tahun sejak ia meninggalkan istri dan bayinya di Mekah dalam penjagaan Allah. Setelah perjalanan dua bulan, dia terkejut menemukan Mekah jauh berbeda dari sejak dia meninggalkannya.


Mekah dalam pandangannya telah berubah menjadi wilayah yang ramai dihuni oleh kafilah-kafilah yang menetap maupun yang hanya sekedar singgah untuk beristirahat disana, tidak lagi tampak seperti tanah yang gersang dan tandus tanpa penghuni.



Ujian Mengorbankan Ismail

Kerinduan dan Kegembiraan akan segera bertemu dengan Hajar dan Ismail seketika teralihkan oleh gambaran yang akan menjadi ujian terakhir dari imannya. Allah memerintahkan Ibrahim melalui mimpi untuk mengorbankan putranya, putra yang telah ia miliki setelah bertahun-tahun berdoa dan baru saja bertemu setelah satu dekade berpisah.


Kita tahu dari Al-Quran bahwa anak yang akan dikorbankan adalah Ismail, sebagai bentuk ketaatan dan kecintaan kepada Allah, ketika memberikan kabar gembira tentang kelahiran Ishak kepada Ibrahim dan Sarah, juga memberikan kabar gembira tentang seorang cucu, Yakub :

(Al-Quran 11:71)
"... Tapi kami memberinya kabar gembira tentang Ishak, dan setelah dia, dari Yakub."

Karena Allah berjanji untuk memberi Sarah anak dari Ibrahim dan cucu dari anak itu, tidak mungkin secara logis maupun praktis bagi Allah untuk memerintahkan Ibrahim untuk mengorbankan Ishak, karena Allah tidak mengingkari janjinya, juga bukan "penulis kebingungan" dan tidak ada keraguan didalamnya.


Meskipun nama Ishak secara eksplisit disebutkan sebagai orang yang akan dikorbankan dalam dalam kitab Injil, kita belajar dari konteks Alkitab lainnya bahwa itu adalah interpolasi yang jelas, dan yang akan disembelih adalah Ismail.

"Putramu Satu-Satunya"

Dalam ayat Injil, Tuhan memerintahkan Abraham (Nabi Ibrahim) untuk mengorbankan putra satu-satunya. Seperti yang disepakati semua cendekiawan Islam, Yahudi, dan Kristen, Ismael lahir sebelum Ishak. Dari sini, tidak pantas menyebut Ishak satu-satunya putra Ibrahim.


Untuk melanjutkan kisahnya, Nabi Ibrahim berkonsultasi dengan putranya untuk mengetahui apakah dia memahami apa yang diperintahkan oleh Allah,



(Quran 37: 101-102)
"Maka Kami beri kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang sangat sabar (Ismail). Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.”

Memang jika seseorang diberitahu oleh ayahnya bahwa ia akan dibunuh karena mimpi, itu tidak akan diambil dengan cara terbaik. Orang mungkin meragukan mimpi serta kewarasan orang itu, tetapi Ismail tahu dari maksud ayahnya.


Anak yang saleh dari seorang ayah yang saleh berkomitmen untuk tunduk kepada Allah. Nabi Ibrahim membawa putranya ke tempat ia akan dikorbankan dan membaringkannya. Karena alasan ini, Allah telah menggambarkan mereka dalam kata-kata yang paling indah, melukis gambar esensi ketundukan dan kepatuhan yang membawa air mata:


kisah nabi ibrahim dan ismail
source: https://www.muslims-us.org


(Quran 37: 103) "Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (untuk melaksanakan perintah Allah)."

Tepat saat pisau Ibrahim siap untuk turun, sebuah suara menghentikannya




(Quran 37: 104-106)
"Lalu Kami panggil dia, “Wahai Ibrahim! sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.” Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata."


Kisah Nabi Ibrahim diabadikan pada ibadah Haji

Memang, itu adalah ujian terbesar dari semuanya, pengorbanan anak satu-satunya, yang dilahirkan baginya setelah ia mencapai usia tua dan bertahun-tahun merindukan keturunan. Di sini, Ibrahim menunjukkan kesediaannya untuk mengorbankan semua harta miliknya demi kecintaannya kepada Allah, dan untuk alasan ini, ia ditunjuk sebagai pemimpin seluruh umat manusia, seseorang yang diberkahi Allah dengan keturunan Nabi-nabi.



(Al-Quran 2: 124)
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu dia melaksanakannya dengan sempurna. Dia (Allah) berfirman, “Sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi seluruh manusia.” Dia (Ibrahim) berkata, “Dan (juga) dari anak cucuku?” Allah berfirman, “(Benar, tetapi) janji-Ku tidak berlaku bagi orang-orang zhalim.”

Ismail ditebus dengan seekor domba jantan,


(Al-Quran 37: 107) "Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar."

Ini adalah lambang ketundukan dan kepercayaan pada Allah yang dilakukan ratusan juta umat Islam setiap tahun selama masa ibadah haji, hari yang disebut Yawm-un-Nahr - Hari Pengorbanan, atau Idul Adhaa - atau Perayaan Haji Pengorbanan.



Kisah Nabi Ibrahim didatangi para Malaikat

Ibrahim kembali pulang kepada Sarah yang telah lama ditinggalkannya diPalestina. Sesampainya di rumah, ia disambut oleh istrinya, sudah lama mereka berpisah sejak kepergian Ibrahim mengunjungi Hajar dan Ismail di Mekah. Tak lama berselang, Ia kedatangan 3 orang tamu asing yang belum pernah ditemui sebelumnya. Mereka bukanlah penduduk dari wilayahnya, bukan pula dari golongan kaumnya. Gelagat dan perilakunya terlihat aneh dan sedikit menakutkan Nabi Ibrahim.


Ditengah keheranan Nabi Ibrahim, mereka pun berkata yang juga terekam dalam Alquran:


(Al-Quran 15:53)
(Mereka) berkata, “Janganlah engkau merasa takut, sesungguhnya kami memberi kabar gembira kepadamu dengan (kelahiran seorang) anak laki-laki (yang akan menjadi) orang yang pandai (Ishak).”

Kisah Nabi Ibrahim didatangi para malaikat untuk memberi dia dan Sarah kabar baik tentang seorang putra yang akan lahir, Ishak. Seorang anak yang sholeh dan kelak juga menjadi seorang nabi. Saat kisah Nabi Ibrahim mendapat kabar baik akan mendapatkan keturunan kembali, namun saat inilah dia juga diberitahu tentang penghancuran kaumnya Nabi Luth (keponakan Ibrahim).


Catatan Kaki

[1] 200 mil di tenggara Baghdad (rujukan Alkitab Ibrani) yang termasuk wilayah kerajaan Babilon

Referensi

  • Wikipedia
  • Al-quran
  • Kisah nyata 25 Nabi dan Rasul

Baca cerita nabi lain : Cerita Pilihan 25 Nabi dan Rasul Allah