Cerita Nabi Ismail AS yang dikorbankan
Maret 26, 2021
0
Nabi Ibrahim AS mempunyai dua orang istri, istri pertama bernama Sarah, istri kedua bernama Hajar, Sarah melahirkan seorang anak laki-laki dinamakan Ishak, Hajar melahirkan Ismail.
Sarah merasa kurang senang dengan hidup bersama Hajar secara berdampingan. Berkali-kali ia minta kepada suaminya Nabi Ibrahim AS, agar Hajar dan anaknya dipindah saja ke tempat lain. Nabi Ibrahim AS tidak segera menuruti permintaan istrinya Sarah. Barulah ketika menerima perintah Allah, Ibrahim mengajak Hajar dan Ismail untuk pindah ke negeri Makkah.
Saat mereka dalam perjalanan di tengah padang pasir tak berpenghuni, kemudian Nabi Ibrahim beranjak pergi, melihat suaminya pergi Hajar kemudian membuntutinya dan bertanya,
"Wahai Ibrahim, hendak kemanakah engkau? Apakah kamu akan meninggalkan kami di sini dimana tidak ada seorang manusia dan tidak ada suatu apapun disini?". Tanya Hajar kepada Ibrahim.
Namun Ibrahim tetap tidak menjawab meski Hajar bertanya berkali-kali. Kemudian, Hajar bertanya lagi: "Apakah Allah yang memerintahkanmu melakukan semuanya ini?"
Barulah Ibrahim menjawabnya, "Iya." Hajar kemudian berkata, "Jika demikian, Allah tidak akan menelantarkan kami
Ismail pada waktu itu masih dalam kondisi menyusu, Ia terpaksa menempuh perjalanan jauh yang berat, dan melelahkan. Hajar dan Ismail diletakkan didaerah yang tandus, padang pasir yang sunyi dan dibawah terik matahari yang menyengat kulit. Tak ada seorangpun kecuali mereka berdua.
"Sabarlah anakku, Ibua akan mencari air untukmu." demikian kata Hajar kepada anaknya.
Sambil berlari-lari mencari air, Hajar berdoa, "Ya Allah, tolonglah hamba-Mu ini yang sedang dalam bahaya kematian, kami bertambah payah, lemah dan kehausan." Hajar berlari ke gunung Shafa tetapi tidak terdapat air, kemudian turun dan naik ke gunung Marwa, hingga tujuh kali dilakukannya, tapi tak ada setetes air pun ditemukan. Persitiwa inilah yang diabadikan dalam rangakain ibadah haji kelak hingga saat ini. sebagai bentuk syiar agama Islam.
Dengan berlinang air mata ia berkata,"Sabarlah anakku, sabarlah..."
Tiba-tiba tak jauh dari Ismail, nampak seorang laki-laki datang menghampiri, Lelaki itu menjejakkan kakinya ke tanah, seketika itu keluarlah air yang berlimpah dan memancar ke segenap penjuru. Dalam sebuah riwayat, lelaki tersebut tak lain adalah malaikat yang diutus oleh Allah.
Hajar segera berlari ke tempat itu untuk mengambil air dan langsung memenuhi wadahnya dengan air yang memancar tersebut, kemudian meminumkannya pada Ismail.
Lelaki yang tak lain adalah malaikat Jibril itu kemudian berata: "Zam-Zam! Zam-Zam!" Artinya berkumpullah. Maka airpun berkumpul menjadi mata air yang sejak saat itu disebut telaga Zam-Zam atau sumur Zam-Zam.
Sebelum Jibril pergi, Ia berpesan kepada Hajar: "Hai Hajar! Janganlah engkau merasa khawatir akan kehabisan air. Jangan takut, Telaga ini bukan hanya untuk orang-orang disini saja. Melainkan juga untuk tamu-tamu Tuhan dan Bapak anak ini, yang nanti ketika datang akan membangun rumah Allah ditempat ini. Yang dimaksud tamu-tamu Tuhan adalah orang yang kelak mengerjakan ibadah Haji.
Dengan adanya sumur Zam-zam inilah maka banyak berdatangan burung-burung padang pasir. Mereka berkerumun di sekitar sumur sehingga menarik perhatian khalifah yang melewati tempat itu. Semakin lama semakin banyak orang yang berdatangan dan menetap ditempat itu bersama Hajar dan Ismail.
Hajar dan Ismail dianggap sebagai pemilik tempat itu, sehingga para pendatang yang berasal dari suku Jurhum, sangat menghormatinya. Mereka meminta ijin terlebih dahulu sebelum mengambil air dan mendirikan tempat tinggal disekitar sumur Zam-zam.
Ketika rindunya tak tertahan lagi, Ia berangkat ke Makkah untuk bertemu mereka. Ia bertemu Hajar dan Ismail di padang Arafah, anak dan istrinya sedang menggembalakan ternak yang cukup banyak. Ia merasa lega dan haru, akan pertemuannya itu. Ternyata kehidupan istri dan anaknya tidak kekurangan suatu apa.
Setelah pertemuan di padang Arafah, kemudian mereka kembali ke Makkah. Dalam letihnya perjalanan mereka sempatkan untuk beristirahat di Muzdalifah, dan tertidur akibat kelelahan.
Dalam tidurnya, Nabi Ibrahim mendapat suatu kejadian yang mengejutkan melalui mimpi yang dialami saat tidur. Ibrahim melihat dirinya menyembelih putranya dan hal ini ditafsirkan sebagai wahyu, Bahwa ia diperintah Allah untuk menyembelih Ismail. Betapa berat ujian yang dialaminya, begitu lama ia mendambakan kehadiran seorang anak kemudian harus berpisah dengan anak yang sangat ia sayangi, kali ini ujian lebih berat dari sebelumnya. Ia harus merelakan anaknya untuk dipersembahkan sebagai bentuk penghambaan kepada Allah.
Dengan segala kegundahan yang ada dihati Ibrahim akhirnya ia menguatkan hati demi cintanya kepada Allah, cinta hamba kepada Tuhannya. Ia menyampaikan mimpi yang dialaminya kepada anaknya Ismail.
"Wahai Ismail, dalam mimpi yang aku alami, aku melihat diriku menyembelihmu untuk aku persembahkan kepada Allah. Bagaimana pendapatmu nak?" kata Ibrahim.
"Wahai ayah, sekiranya itu adalah perintah Allah maka laksanakanlah apa yang diperintahkan itu, InsyaAllah engkau mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." jawab Ismail.
Dikisahkan betapa Iblis berusaha untuk merintangi perintah Allah kepada Ibrahim. Ibrahim, Hajar dan Ismail berkali-kali dibujuk agar tidak mau melaksanakan perintah itu, dengan bisikan yang menghadirkan keraguan di hati mereka. Namun ketiganya tetap melaksanakan perintah Allah. Godaan yang demikian dahsyat tak mampu meruntuhkan mereka. Mereka telah mendahulukan cintanya kepada Allah, Dengan geram, Ibrahim, Hajar dan Ismail kemudian melempari Iblis yang menampakkan diri dengan batu kerikil, dan peristiwa ini di abadikan melalui lempar jumroh pada saat ibadah Haji pada tiga titik. Titik dimana berasal Ibrahim, Hajar dan Ismail melempar. Yaitu Ula, wustho dan Aqobah.
Ismail kemudian dibawa ke atas bukit, dan disiapkan untuk disembelihnya, wajahnya ditutup dengan selembar kain putih serta sebilah pedang yang tajam. Ketika pedang telah terayun dan berada diatas leher Ismail, tiba-tiba datang Malaikat Jibril untuk mencegahnya, agar penyembelihan Ismail diganti dengan seekor domba jantan. Dengan demikian selamatlah Ismail.
Peristiwa ini terjadi pada tanggal 10 Dzulhijah di Mina, hingga sekarang dirayakan umat Islam sebagai hari raya idul Adha.
Khitan ini terus dilakukan oleh nabi-nabi sesudahnya, Termasuk ajaran Nabi Isa dan Nabi Muhammad SAW. Dengan khitan terhindarlah seseorang dari penyakit kelamin dan menambah nikmat hubungan suami istri.
Konon, karena usianya sudah lanjut maka khitannya Nabi Ibrahim dilakukan dengan kampak. Nabi Ibrahim disebut sebagai Khalilullah. Beliau menaruh perhatian besar terhadap kaum fakir miskin. Beliau suka maan bersaa-sama. Jika beliau hendak maan, maka beliau berjalan berkilo-kilo meter untuk mencari orang untuk diajak makan bersama.
Mereka membangun Ka'bah dengan tangan-tangan mereka sendiri. Diangkutnya batu dan pasir dengan tenaga apa adanya. Setiap usai bekerja mereka berdoa kepada Allah: "Ya Allah terimalah persembahan kami ini, Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Wahai Tuhan kamijadikanlah kami berdua orang yang tunduk dan patuh kepada Engkau, begitu pula anak dan keturunan kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah yang maha penerima taubat lagi Maha Penyayang."
Pada saat membangun rumah suci itu, Ibrahim dan Ismail meletakkan sebuah batu besar berwarna hitam mengkilat, sebelum diletakkan batu itu diciumnya sambil mengelilingi bangunan Ka'bah. Batu tersebut yang dinamakan Hajar Aswad.
Setelah bangunan itu selesai, Allah mengajarkan kepada Ibrahim dan Ismail tata cara beribadah menyembah Allah.
Tata cara ibadah yang diajarkan inilah yang juga akan diajarkan kepada Nabi-nabi dan Rasul-rasul yang akan datang hingga Nabi Muhammad SAW.
Ketika kedatangan Ibrahim, yang disambut oleh menantunya, Ibrahim jadi mengetahui akan keburukan dari istri Ismail. Saat itu diceritakanlah keburukan-keburukan dari rumah tangganya bersama Ismail, segala bentuk kekesalan diceritakan kepada Ibrahim. Sungguh kecewa Ibrahim akan kelakuan istri anaknya tersebut, istri yang tidak menghormati suaminya.
Akhirnya Ibrahim pulang dengan kekecewaan, namun sebelum pulang ia berpesan agar disampaikan kepada Ismail," Katakan kepada suamimu agar ambang pintu sebelah ini cepat diganti."
Ketika Ismail datang, diceritakanlah kejadian itu dan pesan yang disampaikan oleh Ibrahim.
Ismail mengangguk, kemudian berkata: "Maksud pesan dari ayahku, aku harus menceraikanmu, kamu harus pulang ke rumah keluargamu."
Sesudah bercerai, Ismail menikah lagi dengan wanita lain, kali ini wanita ini berbudi mulia, wajahnya selalu manis dan ramah. Kemudian Nabi Ibrahim AS berkunjung kembali dan berpesan lagi terhadap menantunya, istri Ismail: " Katakan kepada suamimu, Ambang pintu janganlah diganti."
Ismail pun mengerti pesan dari ayahnya, kali ini ayahnya menyetujui pernikahannya dengan istri yang sekarang. Istrinya kali ini adalah pilihan yang tepat.
Ismail hidup berbahagia, dengan istrinya itu. Ia mempunyai beberapa keturunan. Dari keturunannya inilah kelak akan lahir Nabi yang paling mulia, nabi penutup yaitu Nabi Muhamad SAW.
Baca cerita nabi lain : Cerita Pilihan 25 Nabi dan Rasul Allah
source: www.thetorah.com |
Sarah merasa kurang senang dengan hidup bersama Hajar secara berdampingan. Berkali-kali ia minta kepada suaminya Nabi Ibrahim AS, agar Hajar dan anaknya dipindah saja ke tempat lain. Nabi Ibrahim AS tidak segera menuruti permintaan istrinya Sarah. Barulah ketika menerima perintah Allah, Ibrahim mengajak Hajar dan Ismail untuk pindah ke negeri Makkah.
Saat mereka dalam perjalanan di tengah padang pasir tak berpenghuni, kemudian Nabi Ibrahim beranjak pergi, melihat suaminya pergi Hajar kemudian membuntutinya dan bertanya,
"Wahai Ibrahim, hendak kemanakah engkau? Apakah kamu akan meninggalkan kami di sini dimana tidak ada seorang manusia dan tidak ada suatu apapun disini?". Tanya Hajar kepada Ibrahim.
Namun Ibrahim tetap tidak menjawab meski Hajar bertanya berkali-kali. Kemudian, Hajar bertanya lagi: "Apakah Allah yang memerintahkanmu melakukan semuanya ini?"
Barulah Ibrahim menjawabnya, "Iya." Hajar kemudian berkata, "Jika demikian, Allah tidak akan menelantarkan kami
Ismail pada waktu itu masih dalam kondisi menyusu, Ia terpaksa menempuh perjalanan jauh yang berat, dan melelahkan. Hajar dan Ismail diletakkan didaerah yang tandus, padang pasir yang sunyi dan dibawah terik matahari yang menyengat kulit. Tak ada seorangpun kecuali mereka berdua.
ASAL-USUL SUMUR ZAM-ZAM
Karena disekitar tempat itu tak ada air, sedang perbekalan sudah habis. Ismail pun merasa kehausan. Ia menangis karena tak kuat menahan rasa haus.
"Sabarlah anakku, Ibua akan mencari air untukmu." demikian kata Hajar kepada anaknya.
Sambil berlari-lari mencari air, Hajar berdoa, "Ya Allah, tolonglah hamba-Mu ini yang sedang dalam bahaya kematian, kami bertambah payah, lemah dan kehausan." Hajar berlari ke gunung Shafa tetapi tidak terdapat air, kemudian turun dan naik ke gunung Marwa, hingga tujuh kali dilakukannya, tapi tak ada setetes air pun ditemukan. Persitiwa inilah yang diabadikan dalam rangakain ibadah haji kelak hingga saat ini. sebagai bentuk syiar agama Islam.
Dengan berlinang air mata ia berkata,"Sabarlah anakku, sabarlah..."
Tiba-tiba tak jauh dari Ismail, nampak seorang laki-laki datang menghampiri, Lelaki itu menjejakkan kakinya ke tanah, seketika itu keluarlah air yang berlimpah dan memancar ke segenap penjuru. Dalam sebuah riwayat, lelaki tersebut tak lain adalah malaikat yang diutus oleh Allah.
Hajar segera berlari ke tempat itu untuk mengambil air dan langsung memenuhi wadahnya dengan air yang memancar tersebut, kemudian meminumkannya pada Ismail.
Lelaki yang tak lain adalah malaikat Jibril itu kemudian berata: "Zam-Zam! Zam-Zam!" Artinya berkumpullah. Maka airpun berkumpul menjadi mata air yang sejak saat itu disebut telaga Zam-Zam atau sumur Zam-Zam.
Sebelum Jibril pergi, Ia berpesan kepada Hajar: "Hai Hajar! Janganlah engkau merasa khawatir akan kehabisan air. Jangan takut, Telaga ini bukan hanya untuk orang-orang disini saja. Melainkan juga untuk tamu-tamu Tuhan dan Bapak anak ini, yang nanti ketika datang akan membangun rumah Allah ditempat ini. Yang dimaksud tamu-tamu Tuhan adalah orang yang kelak mengerjakan ibadah Haji.
Dengan adanya sumur Zam-zam inilah maka banyak berdatangan burung-burung padang pasir. Mereka berkerumun di sekitar sumur sehingga menarik perhatian khalifah yang melewati tempat itu. Semakin lama semakin banyak orang yang berdatangan dan menetap ditempat itu bersama Hajar dan Ismail.
Hajar dan Ismail dianggap sebagai pemilik tempat itu, sehingga para pendatang yang berasal dari suku Jurhum, sangat menghormatinya. Mereka meminta ijin terlebih dahulu sebelum mengambil air dan mendirikan tempat tinggal disekitar sumur Zam-zam.
UJIAN BAGI NABI IBRAHIM DAN ISMAIL
Setelah beberapa tahun Nabi Ibrahim meninggalkan anak dan istrinya di padang pasir yang tandus, Ia pun merasa rindu. Setiap kali ia mengirim utusan melihat keadaan mereka, setiap itu pula ia merasa lega. Ternyata dari para utusan itu ia dapat keterangan bahwa Hajar dan Ismail dalam keadaan baik-baik saja.
Ketika rindunya tak tertahan lagi, Ia berangkat ke Makkah untuk bertemu mereka. Ia bertemu Hajar dan Ismail di padang Arafah, anak dan istrinya sedang menggembalakan ternak yang cukup banyak. Ia merasa lega dan haru, akan pertemuannya itu. Ternyata kehidupan istri dan anaknya tidak kekurangan suatu apa.
Setelah pertemuan di padang Arafah, kemudian mereka kembali ke Makkah. Dalam letihnya perjalanan mereka sempatkan untuk beristirahat di Muzdalifah, dan tertidur akibat kelelahan.
Dalam tidurnya, Nabi Ibrahim mendapat suatu kejadian yang mengejutkan melalui mimpi yang dialami saat tidur. Ibrahim melihat dirinya menyembelih putranya dan hal ini ditafsirkan sebagai wahyu, Bahwa ia diperintah Allah untuk menyembelih Ismail. Betapa berat ujian yang dialaminya, begitu lama ia mendambakan kehadiran seorang anak kemudian harus berpisah dengan anak yang sangat ia sayangi, kali ini ujian lebih berat dari sebelumnya. Ia harus merelakan anaknya untuk dipersembahkan sebagai bentuk penghambaan kepada Allah.
Dengan segala kegundahan yang ada dihati Ibrahim akhirnya ia menguatkan hati demi cintanya kepada Allah, cinta hamba kepada Tuhannya. Ia menyampaikan mimpi yang dialaminya kepada anaknya Ismail.
"Wahai Ismail, dalam mimpi yang aku alami, aku melihat diriku menyembelihmu untuk aku persembahkan kepada Allah. Bagaimana pendapatmu nak?" kata Ibrahim.
"Wahai ayah, sekiranya itu adalah perintah Allah maka laksanakanlah apa yang diperintahkan itu, InsyaAllah engkau mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." jawab Ismail.
Dikisahkan betapa Iblis berusaha untuk merintangi perintah Allah kepada Ibrahim. Ibrahim, Hajar dan Ismail berkali-kali dibujuk agar tidak mau melaksanakan perintah itu, dengan bisikan yang menghadirkan keraguan di hati mereka. Namun ketiganya tetap melaksanakan perintah Allah. Godaan yang demikian dahsyat tak mampu meruntuhkan mereka. Mereka telah mendahulukan cintanya kepada Allah, Dengan geram, Ibrahim, Hajar dan Ismail kemudian melempari Iblis yang menampakkan diri dengan batu kerikil, dan peristiwa ini di abadikan melalui lempar jumroh pada saat ibadah Haji pada tiga titik. Titik dimana berasal Ibrahim, Hajar dan Ismail melempar. Yaitu Ula, wustho dan Aqobah.
Ismail kemudian dibawa ke atas bukit, dan disiapkan untuk disembelihnya, wajahnya ditutup dengan selembar kain putih serta sebilah pedang yang tajam. Ketika pedang telah terayun dan berada diatas leher Ismail, tiba-tiba datang Malaikat Jibril untuk mencegahnya, agar penyembelihan Ismail diganti dengan seekor domba jantan. Dengan demikian selamatlah Ismail.
source: https://www.muslims-us.org |
Allah berfirman kepada Ibrahim: "Hai Ibrahim, kau sudah melaksanakan perintah-Ku dengan ikhlas. Dan sekarang sebagai gantinya aku berikan binatang ternak untuk disembelih. Ini adalah cobaan yang sangat besar bagimu."
Peristiwa ini terjadi pada tanggal 10 Dzulhijah di Mina, hingga sekarang dirayakan umat Islam sebagai hari raya idul Adha.
KHITAN
Ketika Nabi Ibrahim berumur sembilan puluh tahundan Ismail berumur 13 tahun, beliau mendapat perintah Allah untuk melakukan khitan atau sunat.
Khitan ini terus dilakukan oleh nabi-nabi sesudahnya, Termasuk ajaran Nabi Isa dan Nabi Muhammad SAW. Dengan khitan terhindarlah seseorang dari penyakit kelamin dan menambah nikmat hubungan suami istri.
Konon, karena usianya sudah lanjut maka khitannya Nabi Ibrahim dilakukan dengan kampak. Nabi Ibrahim disebut sebagai Khalilullah. Beliau menaruh perhatian besar terhadap kaum fakir miskin. Beliau suka maan bersaa-sama. Jika beliau hendak maan, maka beliau berjalan berkilo-kilo meter untuk mencari orang untuk diajak makan bersama.
MENDIRIKAN KA'BAH
Pada suatu hari Ibrahim mendapat perintah untuk mendirikan Ka'bah didekat telaga Zam-Zam. Diberitahukan hal itu kepada Ismail. Maka keduanya sepakat untuk membangun Rumah Allah yang akan dipergunakan untuk beribadah.
Mereka membangun Ka'bah dengan tangan-tangan mereka sendiri. Diangkutnya batu dan pasir dengan tenaga apa adanya. Setiap usai bekerja mereka berdoa kepada Allah: "Ya Allah terimalah persembahan kami ini, Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Wahai Tuhan kamijadikanlah kami berdua orang yang tunduk dan patuh kepada Engkau, begitu pula anak dan keturunan kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah yang maha penerima taubat lagi Maha Penyayang."
Pada saat membangun rumah suci itu, Ibrahim dan Ismail meletakkan sebuah batu besar berwarna hitam mengkilat, sebelum diletakkan batu itu diciumnya sambil mengelilingi bangunan Ka'bah. Batu tersebut yang dinamakan Hajar Aswad.
Setelah bangunan itu selesai, Allah mengajarkan kepada Ibrahim dan Ismail tata cara beribadah menyembah Allah.
Tata cara ibadah yang diajarkan inilah yang juga akan diajarkan kepada Nabi-nabi dan Rasul-rasul yang akan datang hingga Nabi Muhammad SAW.
PETUNJUK DALAM MEMILIH ISTRI
Ismail menikah dengan wanita dari kaum Jurhum, pada suatu ketika ia pergi meninggalkan istrinya untuk pergi berburu. Pada saat kepergiannya ayahnya Ibrahim datang mengunjunginya, Ibrahim mendapati istri Ismail sendirian dirumah.Ketika kedatangan Ibrahim, yang disambut oleh menantunya, Ibrahim jadi mengetahui akan keburukan dari istri Ismail. Saat itu diceritakanlah keburukan-keburukan dari rumah tangganya bersama Ismail, segala bentuk kekesalan diceritakan kepada Ibrahim. Sungguh kecewa Ibrahim akan kelakuan istri anaknya tersebut, istri yang tidak menghormati suaminya.
Akhirnya Ibrahim pulang dengan kekecewaan, namun sebelum pulang ia berpesan agar disampaikan kepada Ismail," Katakan kepada suamimu agar ambang pintu sebelah ini cepat diganti."
Ketika Ismail datang, diceritakanlah kejadian itu dan pesan yang disampaikan oleh Ibrahim.
Ismail mengangguk, kemudian berkata: "Maksud pesan dari ayahku, aku harus menceraikanmu, kamu harus pulang ke rumah keluargamu."
Sesudah bercerai, Ismail menikah lagi dengan wanita lain, kali ini wanita ini berbudi mulia, wajahnya selalu manis dan ramah. Kemudian Nabi Ibrahim AS berkunjung kembali dan berpesan lagi terhadap menantunya, istri Ismail: " Katakan kepada suamimu, Ambang pintu janganlah diganti."
Ismail pun mengerti pesan dari ayahnya, kali ini ayahnya menyetujui pernikahannya dengan istri yang sekarang. Istrinya kali ini adalah pilihan yang tepat.
Ismail hidup berbahagia, dengan istrinya itu. Ia mempunyai beberapa keturunan. Dari keturunannya inilah kelak akan lahir Nabi yang paling mulia, nabi penutup yaitu Nabi Muhamad SAW.
Baca cerita nabi lain : Cerita Pilihan 25 Nabi dan Rasul Allah