2 Macam Sabar Yang Harus Dimiliki Muslim

2 Macam Sabar Yang Harus Dimiliki Muslim


2 Macam Sabar Yang Harus Dimiliki Muslim - Sabar adalah sifat yang wajib dimiliki bagi seorang mukmin yang bertakwa, dengan dua jenis sabar.

2 Macam Sabar Yang Harus Dimiliki Muslim
 

Dua Sabar

Sabar ada dua: sabar ketika marah, dan sabar sewaktu ada musibah, seperti dikatakan oleh Al-Hasan - semoga Allah memberi rahmat kepadanya:

Seseorang tiada meneguk tegukan yang lebih besar daripada tegukan sifat hilim (al-hilm) ketika marah dan tegukan sifat sabar ketika ada musibah. "
 

Sabar ketika Marah

Orang yang mempunyai sifat sabar ketika marah disebut dengan shura 'ah, Ia mampu menguasai nafsu amarah ketika sesuatu yang bersifat menyakiti mendatanginya. Karena, dasar dari hal itu adalah sabar terhadap sesuatu yang menyakiti. Pemberani hebat justru orang yang sabar terhadap sesuatu yang menyakiti.
 

Sesuatu yang menyakiti Jika berupa sesuatu yang bisa ditolak - dapat membangkitkan amarah. Dan jika berupa sesuatu yang tak bisa ditolak dapat menimbulkan kesedihan dan merah padam waktu marah karena darah naik ketika kesusahan. Muka jadi merasa mampu, dan pucat saat susah (takut) karena rendahnya tekanan darah pada saat merasa tidak mampu.

 

Dalam hubungan ini, dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas'ud semoga Allah ridha kepada nya - nabi bersabda:


Apakah raqub itu menurut kamu?" Para sahabat menjawab: Raqub ialah orang yang tak punya anak. "
Nabi bersabda: "Itu bukan raqub. Raqub ialah seseorang yang tidak dapat memberikan sesuatu(kasab) untuk anaknya. " Lalu beliau bertanya lagi:
Apakah shura 'ah itu menurut kamu?" Kami jawab:
Ialah orang yang tidak dapat dibanting oleh orang lain. Lalu Nabi bersabda: "Bukan itu. Shura'ah adalah orang yang dapat menguasai dirinya ketika marah." (H.R. Muslim dalam kitab Shahihnya).

Sabar Ketika Marah adalah anugerah

Sabar Ketika Marah adalah anugerah yang diberikan Allah, dan tidaklah yang menerima sifat tersebut melainkan akan mendapatkan keberuntungan yang besar disisi Allah SWT. Kemudian Allah menyebutkan sesuatu yang berkaitan dengan sabar saat ada musibah dan sabar waktu marah. 

Allah berfirman:

Dan berikanlah berita gembira kepada orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang bila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: Innaa lillaahi wa inaa ilaihi raaji uun (sesungguhnya kami adalah milik Allah, dan Kepada-Nyalah kami kembali)." (Q.S.2:155-156).

Yang berkaitan dengan marah Allah berfirman:
 

Sifat-sifat baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar, dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan besar. (Q.S.41:35).

Sabar Sewaktu ada Musibah 

sabar sewaktu ada musibah - Penyatuan antara sabar ketika, ada musibah dengan sabar waktu marah merupakan bandingan penyatuan antara sabar di kala ada musibah dengan sabar saat mendapat kenikmatan. 

Allah berfirman:
"Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat (nikmat) dari Kami, kemudian rahmat itu Kami cabut daripadanya, pastilah dia jadi putus asa, lagi tidak berterima kasih.
Dan jika Kami rasakan kepadanya kebahagiaan sesudah bencana menimpanya, niscaya dia akan berkata: Telah hilang bencana-bencana itu daripada"  Sesungguhnya dia sangat gembira lagi bangga, kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana), dan mengerjakan amal-amal salih, mereka itu beroleh ampunan dan pahala besar. "(Q.S.11:9-11).
(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira (yang menyebabkan kesombongan)terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu.. "(Q.S.57:23).

Dengan sifat tersebut ka'ab bin Zuhir memberi sifat pada sahabat-sahabat muhajirin - semoga Allah ridha kepada mereka -dalam sebuah syairnya:

"Apabila pedang-pedang mereka mengena (menundukkan) musuh, mereka tidak gembira(sombong). Juga mereka tidak mengeluh kalau mereka yang dikena.

Juga dalan memberikan sifat kepada para sahabat semoga Allah ridha kepada mereka - Hassan Anshar bin Tsabit mengatakan sebuah syair:
 

Mereka tidak bangga (sombong) bila memperoleh kemenagan dari musuh. Juga mereka tidak mengeluh jika menderita kekalahan.
 

Sebagian orang Arab, dalam melukiskan sifat Nabi Muhammad Saw, berkata:
Beliau menang, tapi tidak jadi sombong; dan beliau kalah tapi tidak gelisah dan sedih.
 

Sementara setan selalu menggoda menusia -dalam dua keadaan tersebut - agar hati mereka, suara dan angannya melanggar ketentuan, Nabi Saw melarang yang demikian itu. Ketika beliau menangis waktu nelihat Ibrahim, putranya sedang dalam naza (akan meninggal dunia), ada sahabat beliau betanya kepada beliau: 


Mengapa engkau sendiri menangis, padahal engkau melarang menangis?" Lalu beliau jawab:
"Yang kularang hanya dua bunyi bodoh yang tidak baik: suatu bunyi ketika mendapat kenikmatan: permainan yang dapat melalaikan (lahw dan la'ib) dan seruling setan; dan bunyi sewaktu tertimpa musibah: memukul-mukul pipi, menyobek-nyobek kantong baju dan meratap seperti ratapan orang jahiliyah. "(H.R. Al-Bukhari).

Jadi beliau anggap sama kedua bunyi atau suara itu. Adapun larangan beliau terhadap suara atau bunyi seperti itu di kala ada musibah tedapat dalam beberapa hadits: (Nabi Saw bersabda): 

Bukan termasuk golongan kita bagi yang suka memukul-mukul pipi, menyobeknyobek kantong baju dan meratap dengan ratapan jahiliyah. "(H.R. Al-Bukhari).

Aku bebas dari (dosa) perempuan yang mencabut-cabut rambutnya, meratap dan menyobek-nyobek baju. "(H.R. Al-Bukhari).
 

"sungguhnya Allah tidak akan menyiksa karena Cucuran air mata dan sedihnya hati, tapi Dia akan
menyiksa karena ini (beliau sambil menunjuk pada mulutnya) atau Dia mengampuni."(H.R. AI-Bukhari),

Siapa (mayyit) yang diratapai, maka ia akan disiksa kakarena ratapan itu. "(H.R. Al-Bukhari).
 

Dalam baiat, beliau mensyaratkan terhadap kaum wanita yaitu mereka tidak meratap.
 

Beliau juga bersabda:
 

Sesungguhnya perempuan yang meratap bila tidak tobat, nanti pada hari kiamat ia akan diberi pakaian dari karat pedang dan pakaian dari aspal. (H.R. Muslim).
 

Nabi Saw melukiskan dua bunyi atau suara bodoh yang tidak baik, yang menyebabkan keterlaluan dalam bergembira sehingga seseorang bisa sombong karenanya,. dan suara atau bunyi yang bisa membuat susah dan sedih yang mendalam, lalu seseorang selalu berkeluh-kesah.

Adapun suara-suara yang membangkitkan marah karena Allah, seperti suara yang diucapkan ketika jihad (perang) yang berupa syair-syair (puisi) yang dinyanyikan, tidak disertai instrumen (alat-alat). 

Juga bunyi-bunyian kegembiraan, beliau memberi kemurahan hukum (membolehkan), seperti pernah terjadi pada masa Rasulullah, memainkan rebana atau gendang pada acara pernikahan dan suara-suara kegembiraan oleh perempuan dan anak-anak.

 

Umumnya syair-syair yang dinyanyikan untuk membangkitkan semangat termasuk Ke dalam jenis yang empat ini: syair nostalagia, syari pembangkit semangat, keberanian dan termasuk untuk ejekan, syair duka, dan syair sukaria karena mendapat kenikmatan, seperti syair puji-pujian.



Kebiasaan para penyair mengikuti orang-orang yang sesat. Allah berfirman:
 

Tidakkah kamu melihat bahwa mereka mengembara di tiap-tiap lembah, (seperti suka mempermainkan kata-kata dan tidak punya tujuan baik dan pendirian). "Dan bahwa mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakan (nya)?" (Q.S.26: 225-226)

 

Dan Allah memberitahukan, kebanyakan penyair diikuti oleh orang sesat (orang yang mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu) Dan ini suatu kesesatan, berbeda dengan orang yang mendapat petunjuk. Orang sesat tidak mengetahui kemaslahatannya. Tidak seperti orang yang mendapat petunjuk.
Allah berfirman:
 

"Demi bintang ketika terbenam, kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak pula keliru. (Q.S.53:1-2)

Karena itu Rasulullah Saw bersabda:
 

Pegang teguhlah sunnah (tradisi)-ku dan sunnah khalifah-khalifah (penerus) yang mengikuti jalan lurus dan mendapat petunjuk sesudah aku. " (H.R. Ibnu Majah).
 

Karenanya Anda mendapati mereka memuji sifat berani dan murah hati, karena tanpa kedua sifat itu, akan tercela secara mutlak. Dengan keduanya bakal dicapai maksud-maksud Jiwa secara mutlak. Tapi kesudahan baik (di akhirat) adalah bagi orang-orang yang bertakwa. Bagi yang tidak bertakwa hanya mendapat kesudahan (kesenangan) sementara (di dunia saja, bukan mendapat al- aqibah. Al- aqibah, umumnya dimaksudkan, kesudahan yang baik diakhirat tapi bisa Juga mencakup: kesudahan yang baik di dunia, Seperti firman Allah ketika menceritakan kisah Nabi Nuh As dan keselamatan dengan perahunya:
 

Difirmankan: 

Hai Nuh, turunlah dengan selamat sejahtera dan penuh keberkatan dari Kami atasmu dan atas umat-umat (beriman) dari orang-orang yang bersamanmu. Dan ada (pula) umat-umat yang Kami beri kesenangan pada mereka (dalam kehidupan dunia), kemudian mereka akan ditimpa adzab pedih dari Kami. "
Sampai pada firman-Nya: ".. . Maka bersabarlah Sesungguhnya kesudahan yang baik (al-'aqibah) adalah bagi orang-orang yang bertakwa. "(Q.S.11:48-49).
" Siapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia seimbang dengan serangannya terhadapmu. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa. "(Q.S.2:194).