
Muraqabah - Menahan Diri Dari Godaan Dan Nafsu
SEBAGAI Orang muda, terkadang sering kesulitan menghindarkan diri dari godaan-godaan yang ada di hadapan. Satu sisi kita tahu, harus kuat agar tak terjerumus, tapi di sisi lain, ingin juga menikmati masa muda dengan suka-suka. Lebih-lebih, jika tidak ada orang yang tahu atau yang dikenal, sehingga rasanya aman-aman saja andaikata perbuatan dosa itu dilakukan.

Lalu, Bagaimana caranya agar mudah menahan diri dari godaan-godaan, biarpun sedang sendiri?
Muraqabah
kerisauan akan hilang apabila kita memperhatikan prinsip yang dikenal istilah muraqabah (pengintaian)
kisah menarik yang diriwayatkan oleh Abdullah ibn Dinar.
Suatu hari, dia berjalan dengan khalifah Umar ibn Khaththab dari Madinah menuju Makah. Di tengah perjalanan mereka berjumpa dengan seorang anak gembala yang sedang menghalau kambing-kambing dalam jumlah banyak. Umar ingin menguji; sampai di mana anak gembala itu mempunyai sifat amanah (dapat dipercaya), maka terjadilah dialog kecil sebagai berikut.
"Wahai pengembala, jual saja seekor kambingmu kepadaku," kata Umar.
"Aku ini hanya seorang budak," jawab pengembala.
"Katakan saja pada majikanmu nanti bahwa seekor kambingmu telah dimakan serigala."
"Jika demikian, sebenarnya di manakah Allah itu?"
Dari dialog kecil itu dapat dibaca tingkat amanah seorang budak pengembala kambing. Kata-kata itu mempunyai makna besar, seakan-akan dia menyatakan.,
"Memang majikanku bisa aku tipu, karena dia tidak akan mengetahui apa yang aku lakukan. Tetapi, bagaimana aku akan bisa menipu Allah SWT. Bukankah Allah senantiasa melihat apa saja yang diperbuat oleh hamba-Nya, bahkan
يَعْلَمُ خَآئِنَةَ ٱلْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِى ٱلصُّدُورُ
Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa saja yang terbesit dalam hati seseorang (QS. 40:19)
Tak heran jika Umar ibn Khaththab terharu mendengarkan ucapan pengembala itu. Sambil meneteskan air mata seakan-akan dia berkata dalam hati, "Betapa membajanya sikap amanah dalam hati anak muda ini."
Seketika Umar mengajak sang penggembala menghadap majikannya untuk dimerdekakan dan Umar berkata kepada budak itu, "Kalimatmu (kata 'di mata Allah?) telah memerdekakanmu di dunia, semoga kalimat itu akan memerdekakanmu pula di akhirat kelak."
Sikap amanah yang dimiliki oleh budak itu menunjukkan Keimanan yang kuat, kemudian menumbuhkan sikap muraqabah (merasa diintai oleh Allah). Inilah makna ihsan, yaitu
"beribadah kepada Allah seakan-akan Anda melihat Dia, namun apabila Anda tidak bisa melihat-Nya," ketahuilah bahwa Dia senantiasa melihat Anda" (alhadis).
Sikap muraqabah hendaknya bisa membekas pada pribadi seseorang dari lapisan "atas" sampai lapisan "bawah".Apabila sikap ini sudah mendarah-daging, maka tentu seseorang akan mudah membentengi diri dari godaan-godaan untuk melakukan perbuatan tercela dan dosa. Biarpun sedang sendirian, berduaan, juga ketika sedang beramai-ramai.
Merasa diri senantiasa dilihat dan diawasi Tuhan dalam setiap gerak langkah tentu akan membuat kita lebih hati-hati dan waspada. Dalam hidup ini Kita bagaikan musafir yang sedang melakukan perjalanan, tentu 'akan menemukan berbagai hambatan berupa bukit dan jurang, onak dan duri'.
Ada "jurang" yang bernama korupsi, manipulasi, prostitusi, perjudian dan sebagainya. Ketika seseorang berhadapan dengan jurang-jurang kenistaan itu, dan sekiranya menerapkan sikap muraqabah, maka tentu hal-hal yang negatif itu bisa dicegah atau dihindari.
Pencegahannya melalui latihan (riyadlah) dari sedikit demi sedikit, dengan bersungguh-sungguh (mujahadah) sekuat tenaga. Kesungguhan dalam berlatih sangat diperlukan karena ketika seseorang ingin melakukan pendidikan terhadap dirinya, berarti harus berhadapan dengan sifat ego dan nafsunya sendiri
Menjauhkan Dari dari Godaan
Usaha untuk memperbaiki diri dan menahan godaan tidak hanya dengan melakukan mujahadah dan muraqabah, namun harus dapat memilih lingkungan yang baik dan berusaha untuk menjauh dari godaan yang akan menimpa, karena dasar kebencian akan dosa dan kekufuran.
"Hampir saja terjadi (suatu zaman) harta seorang muslim yang paling baik adalah kambing yang digembalakannya di puncak gunung dan tempat-tempat terpencil, dia pergi menghindar dengan membawa agamanya disebabkan takut terkena fitnah".[1](H.R. Bukhari)
Hal yang demikian niscaya kita akan merasakan lezatnya akan iman, Seperti dalam hadis dikatakan,
"Tiga (perkara) yang apabila ada pada diri seseorang, ia akan mendapatkan manisnya iman: Allah dan Rasul-Nya lebih dicintainya dari selain keduanya. Dan siapa yang bila mencintai seseorang, dia tidak mencintai orang itu kecuali karena Allah 'azza wajalla. Dan siapa yang benci kembali kepada kekufuran seperti dia benci bila dilempar ke neraka".[2] (H.R. Bukhari)
Catatan Kaki
[1] Hadis Riwayat Al-Bukahari Kitab Shahih no: 018
[2] Hadis Riwayat Al-Bukahari Kitab Shahih no: 020