Hubungan Antara Zuhud, Sufi, dan Qona'ah

Hubungan Antara Zuhud, Sufi, dan Qona'ah

 Antara Zuhud, Sufi, dan Qona'ah
 

Hubungan Antara Zuhud, Sufi, dan Qona'ah

Apa perbedaan antara zuhud, sufi, dan qona'ah?

Sufi

Sufi adalah istilah bagi orang yang melakukan perjalanan spiritual untuk mendekatkan diri kepada Allah. SedangKan zuhud dan qona'ah, dalam istilah tasawuf berarti jalan spiritual atau tahapan-tahapan spiritual (maqama) yang harus Seorang sufi. Seseorang yang melakukan perjalanan Spiritual untuk mendekatkan diri kepada Allah, diharuskan melalui tahapan-tahapan spiritual yang antara lain adalah sikap zuhud dan qona'ah
 

Zuhud

Zuhud artinya sikap menjauhkan diri dari segala sesuatu yang berkaitan dengan dunia. Seorang yang zuhud seharusnya hatinya tidak terbelenggu atau hatinya tidak terikat oleh hal-hal yang bersifat duniawi dan tidak menjadikannya sebagai tujuan. Hanya sarana untuk mencapai derajat ketakwaan yang merupakan bekal untuk akhirat.
 

Allah berfirman dalam surat An-Nisa (4): 77, yang artinya: 

"Katakanlah Kesenangan dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa."

Karena itu, Yahya bin Mu'adz, salah seorang tokoh sufi, menyatakan sikap zuhud akan melahirkan kedermawanan. Zuhud digambarkan oleh al-Qur'an, surat al-Hadid (57):23 yang artinya: 

(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang telah diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri."

Dalam Sebuah Hadis, amalan yang sangat dianjurkan Nabi saw kepada sahabat yang datang kepadanya adalah Zuhud,

Seorang sahabat datang kepada Nabi saw dan bertanya, "Ya Rasulullah, tunjukkan kepadaku suatu amalan yang bila aku amalkan niscaya aku akan dicintai Allah dan manusia." Rasulullah saw menjawab, "Hiduplah didunia deng ber Zuhud (bersahaja) maka kamu akan dicintai Allah, dan jangan tamak terhadap apa yang ada ditangan manusia, niscaya kamu akan disenangi manusia." (HR. Ibnu Majah)


Qona'ah

Adapun qona'ah adalah kepuasan jiwa terhadap apa yang telah diberikan oleh Allah kepadanya. Dalam kitab Risalah al-Qusyairiyah dikatakan, qana ah artinya merasa cukup terhadap apa yang ada dan tidak menginginkan yang tidak ada.
 

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani dari Jabir RA, Nabi bersabda, 

"Qana'ah adalah harta yang tidak pernah sirna (al-qana 'atu kanzun la yafna)"

Dalam Hadis lain, Qanaah digambarkan oleh sikap Rasulullah terhadapa tawaran Allah akan kekayaan terhadapnya,

Robbku menawarkan kepadaku untuk menjadikan lembah Mekah seluruhnya emas, Aku menjawab, "Jangan ya Allah, aku ingin satu hari kenyang dan satu hari lapar. Apabila aku lapar aku akan memohon dan ingat kepada-Mu dan apabila kenyang, aku akan bertahmid dan bersyukur kepada-Mu." (HR. Ahmad dan Attirmidzi)

 

Dalam pandangan sufi, segala hal di alam fisik memiliki "celah-celah kecil" yang menghubungkannya dengan alam yang lebih tinggi, yaitu alam ghaib dan alam Ilahi.
 

Dihadapan orang-orang yang tidak memiliki ketajaman pandangan atau basyirah, 'celah-celah kecil' itu tidak ada dan tidak nyata. Sebaliknya, dihadapan mereka yang berpandangan tajam dan bercita rasa tinggi, pintu-pintu menuju eksistensi yang lebih hakiki itu terlihat dengan jelas.
 

Untuk menembus kedalam wilayah eksistensi yang lebih hakiki itu, seseorang harus secara serius menanggalkan pandangan dunia dan besikap zuhud terhadap yang membatasi eksistensi pada apa-apa yang bersifat empiris dan terukur, sehingga secara perlahan-lahan kita pun akan sanggup menyerap hal-hal yang tak tertangkap oleh panca indera.