Dibalik Bencana Alam Terdapat Hikmah Dan Kebaikan Allah

Dibalik Bencana Alam Terdapat Hikmah Dan Kebaikan Allah

Dibalik Bencana Alam Terdapat Hikmah Dan Kebaikan Allah - Apa rahasia adanya bencana alam seperti gempa bumi, letusan gunung berapi, angin topan atau banjir? Apakah bukan berarti malapetaka itu berlawanan dengan rahmat kasih sayang Allah?

Dibalik Bencana Alam Terdapat Hikmah Dan Kebaikan Allah
 

Terjadinya bencana alam di dunia terhadap umat manusia, Justru merupakan inti rahmat Allah.  Allah menaklukkan kekuatan alam untuk kepentingan manusia.
 

Gempa bumi yang terjadi, berupa angin puyuh, taufan, banjir atau gempa bumi, terbatas sekali. Tidak pernah terjadi gempa bumi yang menghancurkan seluruh dunia. Tidak pernah pula Allah menjauhkan jarak matahari dari bumi yang menjadikan bumi ini gelap. Dan tidak pernah Allah memberi bencana secara terus menerus kepada suatu bangsa tanpa antara
 

Semua kejadian-kejadian yang terjadi itu adalah suatu pelajaran bagi manusia agar menyadari akan kenikmatan Allah dan sekaligus pula memberitahu kepada manusia, bahwa ia tidak mampu menguasai seluruh alam semesta ini. Memberitahu kepada manusia agar ia sadar dan ingat akan kenikmatan dan kodrat Allah. Memberitahu kepada manusia bahwa sebenarnya ia lemah, ia tidak mampu dan tidak punya daya dalam menghadapi bencana itu. Hanya Allah yang dapat menundukkan alam dan seisinya, yang alam itu diberikan dan untuk kepentingan manusia. Manusia hanya bisa ber Doa Menolak Bencana dan Menghadapi Musibah

Peringatan Dibalik Musibah

Kalau kejadian-kejadian itu kita perhatikan dan kita renungkan, maka bencana yang terjadi itu merupakan peringatan, rahmat dan kasih sayang Allah kepada umat manusia, agar tidak berlarut-larut terjerumus ke jurang kebinasaan, sebagai Peringatan agar manusia kembali kepada Nya.

 

Dari Anas r.a., berkata: 


"Rasulullah s.a.w. bersabda: "Jikalau Allah menghendaki kebaikan pada seorang hambaNya, maka ia mempercepatkan suatu siksaan -penderitaan- sewaktu dunia, tetapi jikalau Allah menghendaki keburukan pada seorang hambaNya, maka orang itu dibiarkan sajalah dengan dosanya, sehingga nanti akan dipenuhkan balasan -siksaannya pada- hari kiamat." Dan Nabi s.a.w. bersabda -juga riwayat Anas r.a.-: "Sesungguhnya besarnya balasan -pahala- itu menilik -tergantung pada- besarnya bala' yang menimpa dan sesungguhnya Allah itu apabila mencintai sesuatu kaum, maka mereka itu diberi cobaan. Oleh sebab itu barangsiapa yang rela -menerima bala' tadi-, ia akan memperoleh keridhaan dari Allah dan barangsiapa yang uring-uringan maka ia memperoleh kemurkaan Allah pula." (HR. Tirmidzi)[1]

 

Allah Akan Memberi Kebaikan Didahului Dengan Musibah

Sebelum Allah memberi kebaikan untuk seseorang, terkadang akan diberikan sebelumnya sebuah musibah yang mengandung hikmah dibaliknya
 

Dari Abu Hurairah r.a., katanya: 


"Rasulullah s.a.w. bersabda: "Barangsiapa oleh Allah dikehendaki akan memperoleh kebaikan, maka Allah akan memberikan musibah padanya, baik yang mengenai tubuhnya, hartanya ataupun apa-apa yang menjadi kekasihnya." (Riwayat Bukhari)

Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda: 


"Allah Ta'ala berfirman: "Tidak ada balasan bagi seorang hambaKu yang mu'min di sisiKu, di waktu Aku mengambil -mematikan- kekasihnya dari ahli dunia, kemudian ia mengharapkan keridhaan Allah, melainkan orang itu akan mendapatkan syurga." (Riwayat Bukhari)

 

Ampunan Dosa Dibalik Musibah

Dari Abu Said dan Abu Hurairah radhiallahu 'anhuma dari Nabi s.a.w., sabdanya:
 


"Tidak suatupun yang mengenai seorang muslim -sebagai musibah- baik dari kelelahan, tidak pula sesuatu yang mengenainya yang berupa kesakitan, juga kesedihan yang akan datang ataupun yang lampau, tidak pula yang berupa hal yang menyakiti -yakni sesuatu yang tidak mencocoki kehendak hatinya, ataupun kesedihan -segala macam dan segala waktunya, sampai pun sebuah duri yang masuk dalam anggota tubuhnya, melainkan Allah menutupi kesalahan-kesalahannya dengan sebab apa-apa yang mengenainya -yakni sesuai dengan musibah yang diperolehnya- itu." (Muttafaq 'alaih)

Kesakitan apapun yang diderita oleh seorang mu'min, ataupun bencana dalam bentuk bagaimana yang ditemui olehnya itu dapat membersihkan dosa-dosanya dan berpahalalah ia dalam keadaan seperti itu, tetap bersabar dan tabah. Sebaliknya jikalau tidak sabar dan uring-uringan (berkeluh kesah) serta mengeluarkan kata-kata yang tidak sopan, maka bukan pahala yang didapatkan, tetapi makin menambah besarnya dosa. Oleh sebab itu jikalau kita tertimpa oleh kesakitan atau malapetaka, jangan sampai malahan melenyapkan pahala yang semestinya kita peroleh.



Dari Ibnu Mas'ud r.a., katanya:


Saya memasuki tempat Nabi s.a.w. dan beliau sedang dihinggapi penyakit panas. Saya lalu berkata: "Ya Rasulullah, sesungguhnya Tuan dihinggapi penyakit panas yang amat sangat." Beliau kemudian bersabda: "Benar, sesungguhnya saya terkena panas sebagaimana panas dua orang dari engkau semua yang menjadi satu." Saya berkata lagi: "Kalau demikian Tuan tentulah mendapatkan dua kali pahala." Beliau bersabda: "Benar, demikianlah memang keadaannya, tiada seorang Muslimpun yang terkena oleh sesuatu kesakitan, baik itu berupa duri ataupun sesuatu yang lebih dari itu, melainkan Allah pasti menutupi kesalahan-kesalahannya dengan sebab musibah yang mengenainya tadi dan diturunkanlah dosa-dosanya sebagaimana sebuah pohon menurunkan -menggugurkan- daunnya -dan ini jikalau disertai kesabaran."

 

Jangan Mengharap Kematian

Janganlah seseorang yang terkena musibah untuk mengharapkan kematian, namun dalam hadis yang diriwayatkan Anas r.a, kecuali dengan terpaksa dan jalan terakhir, yaitu mengharapkan kematian adalah yang terbaik untuk dirinya.


Dari Anas r.a., katanya:


"Rasulullah s.a.w. bersabda: "Janganlah seorang dari engkau semua itu mengharap-harapkan tibanya kematian dengan sebab adanya sesuatu bahaya yang mengenainya. Tetapi jikalau ia terpaksa harus berbuat demikian maka hendaklah mengatakan: "Ya Allah, tetapkanlah aku hidup selama kehidupanku itu masih merupakan kebaikan untukku dan matikanlah aku apabila kematian itu merupakan kebaikan untukku." (Muttafaq 'alaih)

 

Catatan Kaki

[1] Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini hadis hasan.