
Melatih Dan Mendidik Anak Kepada Islam
Melatih Dan Mendidik Anak Kepada Islam - Ibu berperan paling utama dalam mendidik anak kepada agama Lebih besar tanggung jawabnya dibanding bapak. Sebab ítu lebih banyak bergaul dengan anak ketimbang bapaknya.
Sudah dapat dipastikan, bahwa rusaknya anak adalah akibat dari kurangnya perhatian ibu bapak terhadap pendidikan agama bagi anak-anak mereka sejak kecil.
Lalu, bagaimana cara yang mudah, yang dapat dilakukan oleh ibu dalam tugasnya mendidik anak ditengah tugas-tugas lain 'dalam kehidupan dunia yang bertambah ramai ini?

Persoalan sendiri sebenarnya mudah diatasi. Tetapi karena kesibukan urusan dunia yang mengurus seluruh waktu dan perhatiannya, menyebabkan ia lupa tanggung jawab kepada putra putrinya.
Apabila setiap hari satu asalah hukum agama diajarkan kepada anak, maka lebih dari tigaratus yang didapatnya dalam setahun.
ibu-bapak supaya mendidik anaknya agar suka bertanya, mengajarkan kritis, memberi pengertian kan manisnya menuntut ilmu. Dialog diskusi dan tukar informasi antara ibu-bapak
dengan putra-putrmya akan memperkokoh ikatan dan membuka jalan bagi anak dalam mengungkap masalah-masalah pribadinya.
Para orang tua harus menyadari, bahwa ia bekerja untuk anak-anak mereka. Karenanya, ia harus meluangkan waktu bagi mereka. Orang tua akan keliru kalau ia korbankan yang pokok untuk mendapatkan ranting dan dahan.
Anak menjadi nakal, berbuat kejahatan, penyebabnya karena kurang perhatian, kasih sayang dan pengertian serta waktu yang cukup dari kedua orang tuanya. Kekurangan-kekurangan itu mereka dapatkan di luar rumah.
Salah satu tujuan perkawinan dalam Islam ialah terciptanya cinta dan kasih sayang yang menyebabkan suburnya kasih sayang adalah putra putrinya. Maka seharusnya cinta dan kasih sayang tersalur selalu dari hati kedua orang tua kepada putra-putrinya. Kemudian, cinta dan kasih sayang dari anak-anak kepada ibu-bapak, paman, bibi atau kepada masyarakat yang kecil yaitu keluarga. Kemudian kepada masyarakat besar yaitu umat Islam keseluruhannya.
SEMANGAT ANAK-ANAK DALAM BERAGAMA
Semangat beragama yang tinggi di kalangan anak-anak pada zaman sahabat adalah hasil didikan orang tua mereka. Apabila orang tua atau wali mendidik anak-anak dengan kasih sayang dan memulainya dengan pendidikan agama, serta benar-benar memikirkan agar setiap amalan agama dapat terwujud dalam kehidupan anaknya, maka apabila anak tersebut sudah dewasa, amalan agama tersebut akan menjadi adat kebiasaan bagi mereka. Akan tetapi, pada zaman sekarang, kita semua telah berbuat sebaliknya.
Adat-adat dan kebiasaan yang tidak baik tidak diusahakan untuk dijauhkan darinya, bahkan kita merasa senang dan cinta dengan adat kebiasaan yang buruk tersebut.
Apabila orang tua melihat kurangnya agama pada diri anaknya, maka hati mereka akan menghibur bahwa nanti apabila sudah anaknya sudah dewasa, semuanya akan menjadi benar atau baik Padahal, apabila anak sudah menjadi dewasa, maka keburukan tersebut akan menjadi adat istiadatnya dan akan melekat kuat dalam diri anak karena keburukan tersebut selalu dilakukan olehnya dan ditanamkan semenjak kecil.
Anda mengharap dengan menanam rumput akan tumbuh gandum. Ini adalah hal yang mustahil. Apabila kita menginginkan agar anak-anak kita menjadi baik dan dapat menjaga agamanya dengan benar, serta dapat mengamalkan agamanya, maka pendidikan agama sejak kecil sangatlah penting bagi mereka, dan mereka harus dibiasakan untuk mengamalkannya.
Karena orang yang tidak berpuasa pada bulan Ramadhan tersebut adalah seorang muslim yang telah dewasa dan baligh, akhirnya ia didera dengan cambukan sebanyak 80 kali sebagai hukuman terhadap dirinya karena meminum minuman keras. Kemudian, ia diperintahkan untuk keluar dari kota Madinah dan dikirim ke Syam.
Rubayyi binti Muawidz r.a. Melatilh Anak-anak Berpuasa
Rubayyi binti Muawidz r.a. - yang kisahnya telah diketengahkan pada kisah terakhir pada halaman terdahulu berkata, "Pada saat Rasulullah S.a.w, mengumumkan, "Sekarang adalah hari "Asyura. Hendaklah kalian Semua berpuasa. Maka semenjak itu, kami selalu berpuasa dan melatih anak kami untuk berpuasa. Apabila anak-anak tersebut menangis karena lapar, maka kami menghiburnya dengan permainan agar mereka diam hingga waktu berbuka tiba. Itulah yang biasa kami lakukan."
Faidah
Sebagian riwayat mengatakan bahwa ibu-ibu yang sedang menyusui Juga tidak memberikan susunya kepada anak-anaknya. Pada masa itu, keadaan orang-orang Sangat kuat sehingga orang tua dan anak-anak mampu bertahan (bersabar), Sedangkan pada masa sekarang, orang-orang dalam keadaan sangat lemah sehingga mereka kurang mampu bertahan (bersabar)Apabila melihat kemampuan mereka, pada zaman sekarang dianggap sesuatu yang sulit untuk mengikuti mereka. Berusaha untuk bersabar dan bersusah payah adalah sesuatu yang sangat penting. Hanya saja, bila dilakukan pada masa sekarang tujuan Melatih Dan Mendidik Anak Kepada Islam dengan cara demikian, tentu tidak sesuai lagi.