Larangan Penyampaian Nasihat Yang Membosankan

Larangan Penyampaian Nasihat Yang Membosankan

 Larangan Penyampaian Nasihat Yang Membosankan.


larangan memberi nasihat yang membosankan
image source : en.nagoyamosque.com


 

Diriwayatkan dari Abu Waa-il, ia berkata: Dahulu, 'Abdullah bin Mas'ud menyampaikan nasıhat setiap hari Kamıs. Lalu salah seorang dari hadirin berkata: 


"Wahai Abu Abdurrahman, alangkah baiknya bila engkau memberikan nasıhat kepada kami setiap hari!" Maka "Abdullah bin Mas' ud berkata:Sesungguhnya, tidak ada yang menghalangiku untuk itu. Hanya saja aku tidak ingin membuat kalian bosan[1]. Dan aku telah memilih waktu yang tepat buat kalian sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah terhadap kami, karena beliau khawatır membuat kamı bosan.[2]"


Diriwayatkan dari "Ikrimah, dari Abdullah bin 'Abbas , ia berkata:
 

"Sampaikanlah nasihat kepada orang-orang setiap Jum'at sekali. Jika mereka merasa kurang, maka dua kali dalam sepekan. Jika engkau ingin lebıh banyak, maka tiga kali dalam sepekan. Janganlah membuat orang-orang bosan mendengarkan alQuran. Jangan sampai aku dapati engkau mendatangi sekelompok orang yang sedang asyik berbicara lalu engkau datang menyampaikan nasihat kepada mereka sehingga mereka harus memutus pembicaraan mereka, Sebab engkau akan membuat mereka bosan. Akan tetapi tahanlah dulu nasihatmu, Jika mereka menyuruhmu berbicara maka sampaikanlah nasihatmu itu karena mereka pasti suka mendengarnya. Hindarilah kata-kata sajak dalam berdo' a, sebab aku melihat Rasulullah dan para Sahabat beliau menjauhinya.[3]


Kandungan Bab:

Al-Khathib al-Baghdadi berkata dalam kitab alJaami' li Akhlaaqir Raawi wa Aadaabis Saamni (11/127) dalam bab: Makruh hukumnya membuat bosan pendengar dan membuat mereka gaduh karena terlalu panjang atau terlalu banyak menyampaikan pembiraraan, sebagai berikut: 

"Seyogianya seorang muhaddits (pembicara) tidak memperpanjang majelis. Hendaklah 1a menyampaikan pembicaraan yang sedang-sedang saja. Dan supaya para pendengar tidak merasa bosan dan jemu sehingga akan membuat mereka malas dan tidak bergairah mendengarnya.


Kemudian beliau menukil perkataan al-Mubarrid berikut ini: "Barang Siapa memperpanjang pembicaraan dan memperbanyak kata-kata, maka ia akan membuat bosan para pendengar dan mengacaukan majelis. Sekiranya ia sisakan pembicaraan untuk kesempatan berikut tentu lebih baik darıpada memaksa para hadirin untuk mendengar pembicaraannya sementara mereka tidak suka dan tidak bergairah lagi mendengarnya.


Beliau juga menukil perkataan "Abdullah bin al-Mu'taz berikut ini: "Di antara para muhaddits ada yang pintar menyampaikan dan menyimak pembicaraan. la pintar menghindari kebosanan dengan mengurang pembicaraan.


Sebab gairah akan bertambah bilamana dibacakan kata-katā hikmah. la juga harus pintar memutus dan menyambung pembicaraan, menukil dan mengisyaratkannya. Semua itu akan memperelok etika bicara. Sebagaimana dirinya akan bertambah elok bila dihiası dengan adab yang terpuj.
Seperti yang sudah dimaklumı, pendengar lebih cepat merasa bosan daripada pembicara. Dan bahwasanya hati juga bisa merasa bosan sebagaimana halnya anggota tubuh yang lain.


Oleh sebab itu dianjurkan agar membawakan kata-kata hikmah untuk menyegarkan hati. Berdasarkan atsar yang diriwayatkan oleh az-Zuhri sebagai berikut: 

"Dahulu, ada seorang lelaki ikut menghadıri majelis seorang Sahabat Nabi yang sedang memberikan nasihat kepada orang-orang. Setelah berbicara panjang dan setelah merasa berat berbicara, la pun berkata: "sesungguhnya telinga juga bisa merasa bosan. Dan sesunggunnya hati ini juga butuh penyegaran. Lantunkahlah sya'ır-sya'ir dan kisah-kisah kalian.[4]


Oleh sebaib itu, apabila imam az-Zuhri diminta menyampaikan hadits, beliau mengatakan: 

"Segarkanlah kami dengan pembicaraan yang lain.[5]"


Muhammad bin 'Abdul Wahhab[6] berkata: 

"Sebabnya adalah, seekor unta biasa melahap rumput, lalu ia bosan memakannya. Lalu ia beralih memakan syauraq, yakni sejenis tumbuhan yang masam. Setelah memakan syauraq itu akan timbul kerinduannya memakan rumput kembali. 

Oleh karena itulah beliau mengatakan: 

"Segarkanlah kami Yakni sertakanlah pembicaraan lain selain hadits sehingga jiwa bisa kembalı segar.[7]


Catatan Kaki

[1] Yakni, mengatur jadwal untuk kemaslahatan kami, maksudnya: Beliau memilih waktu yang tepat untuk menyampaikan nasihatnya kepada kami.
[2] HR. ALBukhari (70) dan Muslim (2821).
[3] HR. Al-Bukhari (6337).
[4] Diriwayatkan oleh al-Khathib al-Baghdadı dalam kitab alJaami' li Akhlaaqir Raawi wa Adaabis Saami' (1/129-130) dan al-Baihaqi dalam al-Madkhal ilas Sunanil Kubra (606).
[5] Diriwayatkan oleh al-Khathib al-Baghdadı dalam kitab al-Jaami'li Akhlaaqir Raawi wa Adaabis Saami' (I/130) dan al-Baihaqi dalam al-Madkhal las Sunanil Kubra (606).
[6] Yakni, salah seorang perawi atsar dari az-Zuhri di atas.
[7] Al-Madkhal ilas Sunanil Kubra (360).