Larangan Menimba Ilmu Yang Tidak bermanfaat

Larangan Menimba Ilmu Yang Tidak bermanfaat

Larangan Menimba Ilmu Yang Tidak bermanfaat - Ilmu yang bermanfaat adalah kebaikan yang utama bagi seorang muslim,

Larangan Menimba Ilmu Yang Tidak bermanfaat
Muadz bin Jabal ra berkata,


"belajar itu hasanat (kebaikan), dan mencari ilmu ibadat dan mengingatinya sama dengan tasbih dan menyelidikinya adalah jihad dan mengajar kepada yang tidak mengetahui itu sedekah dan memberikan kepada yang berhak itu taqarrub..."

Itulah sebaik-baik ilmu dan yang paling manfaat, memberi manfaat kepada dirinya juga terhadap orang lain yang tidak mengetahui.
 

dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam Bersabda: "


Barangsiapa belajar ilmu yang seharusnya di cari karena wajah Allah, tapi ia tidak mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan kesenangan di dunia, maka pada hari kiamat ia tidak akan mencium arama surga." Suraij menyebutkan dalam riwayatnya; "Yaitu baunya surga." (HR.Ahmad/ hadis nomor 8103)

Diriwayatkan dari Abu Hurairah , bahwa Rasulullah bersabda:
 

"Perumpamaan orang yang menuntut ilmu kemudian ia tidak menyampaikannya adalah seperti orang yang menimbun harta tapi tidak menginfakkan sebagian darınya."[1]
 

Diriwayatkan dari 'Abdullah bin 'Umar ra, ia berkata, Rasulullah bersabda:

 

"Ilmu yang tidak disampaikan ibarat harta yang tidak diinfakkan, " [2]
 

Diriwayatkan dari Zaid bin Arqam , bahwa Rasulullah pernah berdo'a:
 

"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak berguna, hati yang tidak khusyuk, jiwa yang tidak pernah puas dan dari do'a yang tidak dikabulkan." [3]

 

Berikut Bacaan Doa berlindung dari ilmu yang tidak bermanfaat  :

 اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْأَرْبَعِ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ وَمِنْ دُعَاءٍ لَا يُسْمَعُ

"ALLAHUMMA INNI A'UDZU BIKA MIN ILMIN LAA YANFA` WA MIN QOLBIN LA YAKHSYA` WA MIN DU'AIN LA YUSMA'
(Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat dan dari hati yang tidak khusyu' dan dari nafsu yang tidak pernah merasa kenyang (puas) dan dari doa yang tidak didengar)."

dari Ibnu Mas'ud radliallahu 'anhu berkata; Aku mendengar Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda:
 

"Tidak boleh iri (dengki) kecuali kepada dua hal. (Yaitu kepada) seorang yang Allah berikan kepadanya harta lalu dia menguasainya dan membelanjakannya di jalan yang haq (benar) dan seorang yang Allah berikan hikmah (ilmu) lalu dia melaksanakannya dan mengajarkannya (kepada orang lain) ". (HR. Bukhari) [4]

 

Ilmu Yang Utama

Perumpamaan ilmu yang utama, adalah ilmu agama dan yang ikhlas karena Allah maka ganjaran yang diterimanya selain derajat keilmuaannya juga pahala puasa dan ibadah dimalam hari.

 

Aban dari Anas bin Malik berkata: Nabi saw bersabda :
 

Siapa yang menuntut ilmu bukan karena Allah, maka tidak akan keluar dari dunia sehingga ilmu itu memaksanya untuk ikhlas karena Allah. Dan siapa yang menuntut ilmu karena Allah maka ia bagaikan orang puasa siang hari dan bangun malam hari. Dan belajar satu bab ilmu agama lebih baik baginya daripada mempunyai emas sebesar bukit abu qubais lalu dibelanjakan fisabilillah.


 

Kandungan Bab:

Hidup didunia adalah hanyalah sekejap, ketika waktu dihabiskan untuk mencari ilmu yang tiada manfaat bagi kehidupan di akhirat kelak. Sama halnya orang tersebut tidaklah mempunyai bekal bagi kehidupannya kelak. sesat dan menyesatkan
 

Seorang alim harus menunaikan zakat ilmunya dengan mengajarkan, menyebarkan dan memantaatkannya. Jika hal itu tidak dilakukannya, maka ilmunya bagaikan harta yang digunakan sebagai alat untuk mengadzabnya pada hari Kiamat, Seperti halnya orang-orang yang mengumpulkan emas dan perak tapi tidak mengınfakkannya di jalan Allah :

 

"Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih." (QS. At-Taubah (9): 34).

 

Catatan Kaki

[1] Hasan dengan dukungan riwayat-riwayat lainnya. Diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam alAnsath (693), Ibnu 'Abdil Barr dalam Jaami Bayaanil 'ilm (774) dari jalur Ibnu Wahb, ia berkata:"Ibnu Luhai'ah telah menceritakan kepadaku dari Darraj Abis Samh, dari Abul Haitsam dan Abdullah bin Hujairah, dari Abu Hurairah ra."

Al-Haitsami berkata dalam Majma 'uz Zawaa-id (1/164): "Diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam al-Ausath, di dalam sanadnya terdapat Ibnu Luhai'ah, ia adalah perawi dha'if."
Saya katakan: "Perkataan al-Haitsami tadi terlalu ceroboh, sebab hadits ini diriwayatkan oleh Abdullah bin Wahb, dari Ibnu Luhai'ah. Dan iwayat para al-Abadilah (termasuk di antaranya 'Abdullah bin Wahb), dari Ibnu Luhai'ah dinyatakan shahih.
Diriwayatkan oleh Abu Khaitsamah dalam kitab al-Tlm (162), dari jalur al-Hasan bin Musa, dari lbnu Luhar' ah dengan sanad yang sama, namun tanpa mencantumkan Abul Hatsam. Dan riwayat al-asan bin Musa dari "Abdullah bin Luhai'ah juga shahih. Akan tetapi sanadnya dha'if, karena di dalamnya terdapat Daraj dan Abul Haitsam, keduanya adalah perawi dha'if. Akan tetapi ada perawi lain yang menyertai Abul Haitsam, sebagaimana yang tertera dalam riwayat ath-Thabrani dan Ibnu 'Abdil Barr. Maka tinggallah cacat hadits pada Darraj Abis Samh. Akan tetapi riwayat Darraj ini juga telah didukung oleh riwayat lain berikut ini.

[2] Hasan lighairihi. Diriwayatkan oleh Ibnu 'Abdil Barr dalam Jaami' Bayaanil 'ilm (778) dengan sanad yang terdapat kedhaifan di dalamnya. Akan tetapi ada beberapa riwayat pendukung lainnya:
1. Hadits 'Abdullah bin Mas' ud s yang dikeluarkan oleh al-Qudha'i dalam Musnadusy Syihaab(293), di dalam sanadnya terdapat lbrahim al-FHajrı, ia adalah perawi layyinul hadits.
2. Hadits Abdullah bin 'Abbas , dinwayatkan oleh Ibnu 'Abdil Barr dalam Jaami' Bayaani 'Ilm (776) dengan sanad yang sangat lemah sekalı, karena terdapat beberapa cacat:
Pertama : Dalam sanadnya terdapat perawi bernama al-Qasim bin Abdillah, ia adalah perawi muttaham bil kadzib.
Kedua : Dalam sanadnya terdapat perawi bernama Musa bin 'Ubaidah ar-Rabdzi, ia adalah perawi dha'if.
Ketiga : Riwayat "Abdullah bin 'Ubaidah dari sahabat adalah riwayat mursal.
3 Hadits Salman al-Farnsi secara mauquf, diniwayatkan oleh ad-Darimi (/138), Abu Khaitsamah dalam al-'Ilm (12) dan Ibnu'Abdil Barr dalam kitab Jaami' Bayaanil Wm 779) melalui beberapa jalur dari al-A' masy darn Shalih bin Khabbab, dari Hushain bin Uqbah, dari Salman secara mauquf.
Saya katakan: "Sanadnya hasan, perawinya tsiqah selain Hushain bin 'Uqbah, statusnya hanyalah shadug"
Secara keseluruhan hadits ini hasan lighairihi karena dukungan riwayat-riwayat lain, kecuali hadits 'Abdullah bin "Abbas. Hadits Ibnu "ABbas ini sangat lemah sekali.


[3] HR. Muslim (2722).

[4] Shahih Bukhari hadis nomor 1320 (Lihat: Fathul Bari Ibnu Hajar)