Mengukur KeIslaman didada Dengan Kadar Iman

Mengukur KeIslaman didada Dengan Kadar Iman

SETIAP UMAT manusia dihadapkan pada seribu satu ragam persoalan, karena jalan kehidupan tidak selalu lurus dan datar Peruntungannya pun mustahil senantiasa berupa kemenangan dan kesenangan. Rahmat dan laknat, karunia dan bencana, tangis dan tawa selalu datang-pergi silih berganti. Begitulah kodrat yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.

iman islam

Benarlah perumpamaan Imam Ghazali, bahwa hidup di dunia ini bagai mengarungi lautan. Sewaktu-waktu dapat terombang-ambingkan oleh badai gelombang, terhempas ke sana ke mari, dalam pusaran ketidakpastian yang menakutkan. Menghadapi arus kehidupan yang demikian, masing-masing pastilah menyadari perlunya memiliki tiang pancang sebagai pegangan yang mapan, yakni "iman". Bagi kita kaum Muslim pokok pegangan dalam hidup dan kehidupan ini ialah kalimat thaiyibah: LAA ILAAHA ILLALLAAH (Tiada tuhan selain Allah).

Diterangkan dalam Surat Ibrahim, ayat 24-27:

اَلَمۡ تَرَ كَيۡفَ ضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ اَصۡلُهَا ثَابِتٌ وَّفَرۡعُهَا فِى السَّمَآءِۙ
تُؤۡتِىۡۤ اُكُلَهَا كُلَّ حِيۡنٍۢ بِاِذۡنِ رَبِّهَا‌ؕ وَيَضۡرِبُ اللّٰهُ الۡاَمۡثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمۡ يَتَذَكَّرُوۡنَ
وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيۡثَةٍ كَشَجَرَةٍ خَبِيۡثَةٍ ۨاجۡتُثَّتۡ مِنۡ فَوۡقِ الۡاَرۡضِ مَا لَهَا مِنۡ قَرَارٍ‏
يُثَبِّتُ اللّٰهُ الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا بِالۡقَوۡلِ الثَّابِتِ فِى الۡحَيٰوةِ الدُّنۡيَا وَفِى الۡاٰخِرَةِ‌ ۚ وَيُضِلُّ اللّٰهُ الظّٰلِمِيۡنَ‌ ۙ وَيَفۡعَلُ اللّٰهُ مَا يَشَآءُ

"Tidakkah kamu lihat bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik (kalimat thaiyibah) bagai pohon yang baik, akarnya mencengkeram kuat, dan cabangnya menjulang tinggi? Pohon itu menghasilkan buah pada setiap musim, dengan izin Tuhan. Allah membuat perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat yang buruk (kalinat syirik, dan lain sebagainya) seperti pohon yang buruk yang tercabut dengan akar akarnya dari permukaan bumi. Allah meneguhkan orang-orang beriman dengan ucapan yang baik dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat, dan membiarkan sesat orang-orang yang zalim serta berbuat apa yang Dia kehendaki"

Dari ayat tersebut, jelaslah bahwa kondisi dan fungsi orang beriman bagai pohon yang besar. Yakni:

1. Berdiri tegak dan kuat, tidak terombang-ambing oleh angin Maksudnya, tidak mudah terpengaruh situasi, dan tidak  plin-plan.

2. Menjadi tempat berteduh. Maksudnya, memberikan perlindungan kepada sesama manusia yang membutuhkannya.

3. Buahnya bisa dinikmati oleh orang lain. Maksudnya, perilakunya selalu menyenangkan dan menguntungkan sesama manusia.


Rukun Iman

Apakah iman itu? Hadis shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim menerangkan: Iman itu adalah engkau percaya kepada (Rukun lman yang enam) :
  1. Allah SWT
  2. Malaikat-malaikat-Nyan nhioliimihmgnsgngubine
  3. Kitab-kitab-Nya
  4. Rasul-rasul-Nya
  5. Hari kemudian, dan 
  6. Takdir yang digariskan-Nya.

Ditegaskan dalam Surat An-Nisa ayat 136:

وَمَنۡ يَّكۡفُرۡ بِاللّٰهِ وَمَلٰٓٮِٕكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖ وَالۡيَوۡمِ الۡاٰخِرِ فَقَدۡ ضَلَّ ضَلٰلًاۢ بَعِيۡدًا...

"Barangsiapa mengingkari Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya ia telah sesat sejauh-jauhnya."

1. Iman Kepada Allah SWT.

Umat Islam wajib mempercayai sepenuhnya tentang adanya Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, pencipta dan penguasa tunggal alam semesta, pemilik segala keagungan dan kesempurnaan.
Apa buktinya bahwa Tuhan itu Maha Esa? Untuk menjawab pertanyaan ini para ulama kalam mengetengahkan dalil yang dinamai dalil "tolak belakang"- dalam istilah aslinya disebut dalil "At-Tamanu". Yakni apabila ada beberapa Tuhan (andaikan saja ada dua Tuhan), pasti akan terjadi bentrokan antar keduanya. Dan bisa dipastikan, masing-masing Tuhan ingin mengalahkan Tuhan yang lain, Akibatnya, apabila Tuhan yang satu, misalnya, berkehendak menciptakan alam semesta, sedangkan yang lain tidak, apa yang bakal terjadi? Bencana!

Timbul pertanyaan: apakah tidak mungkin kedua Tuhan itu berdamai dan bekerja sama dalam mewujudkan alam?

Pertanyaan tersebut dijawab oleh Maturidi, seorang ulama kalam terkenal, bahwa kalau di antara Tuhan-Tuhan itu terjadi perdamaian kemudian kerjasama mewujudkan alam, hal itu menunjukkan betapa lemah dan betapa bodohnya Tuhan-Tuhan tersebut. Berarti juga, mereka tidak berbeda dengan manusia yang saling kerja sama untuk mewujudkan suatu bangunan.

Dampak positif dari iman kepada Allah SWT dalam kehidupan manusia, menurut seorang pemikir Islam terkemuka dari Pakistan, Abul Ala Maududi adalah:
  1. Menghilangkan pandangan yang sempit dan picik.
  2. Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan tahu pada harga diri.
  3. Menumbuhkan sifat rendah hati, sikap damai, dan ikhlas
  4. Membentuk manusia berbudi luhur, dan kesatria
  5. Menghilangkan sifat murung dan putus asa dalam menghadapi setiap masalah.
  6. Berpendirian teguh, sabar, tabah, dan penuh optimis.
  7. Menjadikan manusia patuh pada segala peraturan Tuhan.

2. Iman Kepada Malaikat-malaikat-Nya

Allah memiliki mahluk gaib yang selalu bersujud dan bertas bih kepada-Nya sepanjang waktu, tanpa mengenal lelah, yakni, para malaikat. Mereka juga taat dan setia menjalankan segala tugas dari Allah SWT. Ditegaskan oleh Allah Swt. "Mereka (para malaikat) takut kepada Tuhan mereka yang berkuasa atas mereka dan melaksanakan apa yang diperintahkan." (QS. An-Nahl: 50). Lebih rinci baca bab: Mahluk-mahluk gaib).

3. Iman Kepada Kitab-kitab Allah SWT

Allah Swt mewahyukan ajaran-Nya kepada para Nabi dan Rasul melalui perantaraan Malaikat Jibril yang terkenal dengan sebutan Ruhul Qudus. Wahyu-wahyu dari Allah kemudian dihimpun dalam bentuk suhuf (semacam brosur-brosur kecil), dan kitab. Nabi yang mempunyai suhuf, antara lain Nabi Adam as. dan Syisst. Sedangkan Nabi/Rasul yang mempunyai kitab ialah Nabi Musa as. (kitabnya bernama Taurat), Nabi Daud as (Zabur), Nabi Isa as. (Injil) dan Nabi Muhammad saw. ( AlQuran ).

Sebagai orang yang beriman kepada Allah SwT, kita wajib percaya sepenuhnya bahwa suhuf-suhuf dan kitab-kitab tersebut benar-benar himpunan firman Allah SWT, bukan karangan para Nabi itu sendiri. (Lebih rinci baca bab: Kitab-Kitab Suci Terdahulu dan bab: Al-Quran)

4. Percaya kepada Rasul-Rasul Allah SWT

Untuk membimbing umat manusia ke dalam ajaran yang benar, Allah SWT menetapkan manusia-manusia pilihan sebagai utusan-Nya. Mereka adalah Nabi dan Rasul. Firman Allah SWT
وَمَاۤ اَرۡسَلۡنٰكَ اِلَّا كَآفَّةً لِّلنَّاسِ بَشِيۡرًا وَّنَذِيۡرًا وَّلٰـكِنَّ اَكۡثَرَ النَّاسِ لَا يَعۡلَمُوۡنَ

"Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui." (QS. Saba': 28).

Jumlah nabi dan rasul yang perlu diketahui oleh umat Islam ada 25 orang-mulai dari Nabi Adam as. sampai Nabi terakhir Muhammad saw. Mereka wajib kita percayai sebagai utusan Allah SWT. (lebih lengkap baca bab: Nabi dan Rasul serta bab: Muhammad Rasulullah saw).

5. Iman Kepada Hari Kiamat.

Kita haruslah percaya bahwa kehidupan di dunia hanyalah sementara, sedangkan kehidupan yang kekal adalah di alam akhirat kelak. Nah sebagai tanda perpindahan kehidupan umat manusia dari alam dunia ke alam akhirat, Allah menetapkan adanya, hari kiamat -- hari berakhirnya kehidupan di dunia. Kapankah Hari Kiamat tiba? Hanya Allah sendiri yang mengetahui.

Rasulullah saw. sendiri hanya mengetahui tanda-tanda menjelang kedatangan hari kiamat. Yang jelas, pada hari kiamat segala sesuatu yang ada di alam semesta ini hancur binasa, setelah itu para mahluk hidup yang telah mati dibangkitkan dari kuburnya untuk mempertanggung jawabkan segala perbuatannya selama hidup di dunia. Firman Allah SWT.

 "Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki oleh Allah SWT Kemudian ditiup sangkakala sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing)."

Apakah yang dialami oleh umat manusia setelah hari kebangkitan?

baca tentang: Hari Kiamat

6. Iman Kepada Qadha dan Qadar

Kita wajib percaya sepenuhnya bahwa dalam menciptakan umat manusia, Allah SWT menetapkan sekaligus usia, rejeki dan jodoh buat inanusia tersebut. Dengan demikian segala sesuatu yang baik atau yang buruk datangnya dari Allah SWT
...وَاِنۡ تُصِبۡهُمۡ سَيِّئَةٌ يَّقُوۡلُوۡا هٰذِهٖ مِنۡ عِنۡدِكَ‌ ؕ قُلۡ كُلٌّ مِّنۡ عِنۡدِ اللّٰهِ‌...

"Katakanlah (hai Muhammad), semua itu datangnya dari Allah." (Q.S. An-Nisa: 78).

Akan tetapi Allah SWT sendiri mendorong manusia untuk tidak menyerah begitu saja kepada takdir. Firman-Nya. "Sesungguhnya Allah tidak mengubah nasib Suatu kaum, kecuali mereka mengubah diri mereka sendiri."

Karakter Orang yang Beriman

Sampai saat ini masih banyak umat Islam yang beriman baru Sampai pada táhap pengenalan. Sebatas percaya pada Rukun iman yang enam. Hanya mengikrarkan dengan lisan dan meyakini dalam hati. Padahal iman juga memerlukan penghayatan dan pengamalan. Mengapa? Sebab iman merupakan kepercayaan yang mutlak, meliputi ikrar secara lisan, keyakinan dalam hati, dan pengamalan dalam kehidupan sehari-hari. Sudah barang tentu iman yang demikian ini menuntut konsekuensi, perjuangan, dan pengorbanan.

Dengan demikian, tebal-tipisnya kadar iman seseorang bisa dilihat dari sepak terjangnya dalam kehidupan sehar-hari. Yakni sejauh mana orang tersebut mematuhi segenap perintah Allah SW dan meninggalkan segala larangan-Nya. Sepak terjang seseorang yang mencerminkan kesempurnaan imannya adalah apabila ia mampu mempraktekkan seluruh cabang iman dalam kehidupannya sehari-hari.

Berapakahjumlah cabang iman seluruhnya? Dari Abu Hurairah ra. Nabi saw. bersabda:

"Iman memiliki 60 atau 70 cabang lebih. Cabangnya yang paling tinggi adalah ucapan LAA ILAAHA ILLALLAAH (Tiada tuhan selain Allah). sedangkan cabngnya yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan yang terdapat di jalan. Sifat malu itu juga bagian dari cabang iman." (H.R. Bukhari dan Muslim)

Baca tentang : Cabang-cabang Iman dalam Islam

Kaitan Iman dan Islam

Pada hakikatnya iman dan Islam merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Abul Ala Maududi menulis dalam bukunya, Towards Understanding Islam, hal 24: "The relation for Islam to iman is the same as of a tree to its seed. As a tree cannot sprout forth with out its seed, in the same wayss is not possible for a man, who has no belief to start with, to become a Muslim. "

(Hubungan antara Isiam dengan Iman adalah laksana hubungan antara pohon dengan akarnya. Sebagaimana pohon tidak dapat tumbuh tanpa akarnya. Demikian pula, mustahil seseorang bisa menjadi Muslim tanpa memiliki kepercayaan).

Prof. Mahmud Syaltut, mantan rektor Al-Azhar, Mesir memberikan perumpamaan, bahwa Islam seperti bangunan suatu gedung, sedangkan iman adalah pondasinya. Ia katakan: "Islam ialah pokok yang tumbuh di atas peraturan-peraturan syari'ah (Islam). Syari'ah itu ditumbuhkan oleh kepercayaan. Dengan demikian tidaklah terdapat syariah dalam Islam melainkan dengan adanya kepercayaan, seperti syari' ah itu tidak mungkin berkembang melainkan di bawah naungan kepercayaan.

Kesimpulannya, syariah tanpa kepercayaan adalah laksana bangunan yang tinggi tanpa pondasi/dasar" (Al Islam, Agiedah wa Syariah", hlm. 13)

Dari kedua pendapat di atas, jelaslah bahwa iman merupakan masalah yang mendasar dalam Islam. Hal ini bisa kita simak dalam sejarah kemunculan Islam, bahwa Rasulullah saw. selalu memulai kegiatan dakwahnya dengan menanamkan soal keimanan/kepercayaan. Ayat-ayat Al-Quran yang diturunkan di Mekah, sebelum Nabi saw. hijrah ke Madinah, hampir seluruhnya berkaitan dengan soal kepercayaan.