
Mujahadah (Bersungguh-sungguh mengabdi kepada Allah)
Mujahadah (Bersungguh-sungguh mengabdikan diri hanya kepada Allah)
Makna Mujahadah dalam bahasa adalah Bersungguh-sungguh, sedangkan pengertiannya dalam syara' ialah Bersungguh-sungguh mengabdikan diri hanya kepada Allah dengan amalan ibadah wajib dan menyempurnakannya serta amalan-amalan sunnah sebagai tambahan.

Terkadang Mujahadah dilekatkan dengan kata an-nafs, tentunya mempunyai makna berbeda, yang bisa diartikan lebih khusus. Yaitu Bersungguh-sungguh dalam melawan hawa nafsu.
1. Dari Abu Hurairah ra, ia berkata, "Rasulullah bersabda,
'Sesungguhnya Allah berfirman,
Barangsiapa memusuhi kekasih-Ku maka Aku menyatakan perang kepadanya. Sesuatu yang paling Aku sukai yang dikerjakan oleh hamba-Ku untuk mendekatkan diri adalah melakukan apa yang Aku wajibkan kepadanya, dan tidak henti-hentinya mendekatkan diri dengan amalan-amalan sunnah, sehinga Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya, Aku adalah telinga ia gunakan untuk mendengar, Aku adalah mata yang ia gunakan untuk melihat, Aku adalah tangan yang ia gunakan untuk memukul, dan Aku adalah kaki yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon kepada-Ku, niscaya Aku mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan kepada-Ku niscaya aku melindunginya. (HR. Bukhari)[1]
Mujahadah atau Kesungguhan dalam beribadah harus disertai dengan istiqomah dan ketekunan, yaitu terus menerus disertai dengan perasaan penuh keyakinan. Bahkan dalam Alquran dikatakan hingga ajal telah datang.
"Sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal). "(QS. al-Hijr: 99)
"Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan." (QS. al-Muzzamil: 8)
Contoh Kegiatan dalam menerapkan Mujahadah an-nafs
"Apa saja harta yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), sesungguhnya Allah Maha Mengetahui." (QS. al-Baqarah: 273)
1.Menunaikan shalat 5 waktu tepat pada waktunya
2.Menunaikan shalat berjama’ah di Masjid
3.Mendirikan shalat dengan khusyuk
4.Berbuat baik kepada orang tua, baik yang masih hidup atau sudah meninggal
5.Berpuasa di bulan ramadhan
6.Menunaikan zakat
7.Memelihara lisan dari perkataan bohong, gunjingan, dan perdebatan.
8.Membersihkan usaha dan makanan dari yang haram
9.Bertaubat kepada Allah SWT dengan sebenar-benarnya taubat
Balasan Allah bagi orang yang ber Mujahadah (Bersungguh-sungguh)
Tak ada amalan apapun dalam Mujahadah yang disertai dengan keikhlasan mencari ridho Allah, melainkan mendapat balasannya disisi Allah sebagai balasan yang paling baik, baik yang didapat didunia dan pastinya diakhirat.
Firman Allah,
"Siapa saja yang mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat(balasan)nya pula." (QS. al-Zalzalah: 7)
"Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya memperoleh (balasan) nya disisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. (QS al-Muzammil: 20)
Mujahadah dalam berjuang membela agama Allah untuk mencari keridhoanNya, niscaya Allah akan menunjukan jalan yang lurus, jalan yang dimudahkan menuju keridhoanNya.
Allah Ta'ala berfirman,
"Dan orang-orang yang berjihad (untuk mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik." (QS. al-Ankabuut: 69)
2. Dari Anas ra,
dari Nabi saw dalam sebuah hadits qudsi yang beliau riwayatkan dari Tuhannya,
"Jika seorang hamba mendekat kepada-Ku sejengkal maka Aku mendekat kepadanya sehasta, jika ia mendekat kepada-Ku sehasta maka Aku mendekat kepadanya sedepa, dan jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan maka Aku akan menyambutnya dengan berlari." (HR. Bukhari)[2]
Mujahadah Menurut Kemampuan Diri
Mujahadah atau Bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah harus melihat kemampuan diri, bila diri kita mampu dan kesempatan ada didepan mata, maka amalan tersebut tidak boleh kita sia-siakan.
3. Dari Ibnu Abbas ra, ia berkata,
"Rasulullah bersabda, 'Ada dua nikmat yang kebanyakan manusia tertipu karenanya;
yaitu kesehatan dan kesempatan.(HR. Bukhari)[3]
4. Dari Aisyah ra,
sesungguhnya Nabi selalu bangun untuk shalat malam sempai sepasang telapak kaki beliau bengkak-bengkak. Aisyah berkata, "Wahai Rasulullah, kenapa Anda melakukan itu? Bukankah Allah telah mengampuni segala dosa Anda yang telah lampau maupun yang akan datang?
Beliau menjawab, "Apakah aku tidak tidak boleh menjadi seorang hamba yang banyak bersyukur?" (Muttafaq alaih)[4]
Catatan Kaki
[1] Al-Bukhari, Kitab: Kelembutan-kelembutan XI/348 No. 6502
[2] Al-Bukhari, Kitab: Tauhid XII/521 No. 7536
[3] Al Bukhari, Kitab: Kelembutan-kelembutan XI/233 No. 6412
[4] Al-Bukhari, Kitab: Tafsir Qur an 8/448 No 4837. Muslim, Kitab: Sifat Kiamat, Surga, dan Neraka V/2172 No. 2820