Makna Bacaan Sholawat Nabi Dalam Tasyahud Sholat
Makna Bacaan Sholawat Nabi Dalam Tasyahud Sholat - Membaca doa Bacaan Sholawat Nabi adalah salah satu rukun dalam sholat, baik wajib maupun sunnah. Bacaan Sholawat Nabi Juga merupakan sunnat-sunnat ab'ad, pada tasyahud awal dan pada akhir bacaan doa qunut.
Bacaan Shalawat Nabi sesuai Hadis dari Abdullah bin Abu Laila
Artinya :
Dari Abdullah bin Abu Laila , Dia berkata: "Kaab bin Ujrah menemuiku dan berkata: 'Maukah engkau aku berikan hadiah yang kami dengar dari Nabi Aku menjawab: "Ya, hadiahkanlah untukku!" Dia berkata: 'Kami pernah bertanya kepada Rasulullah lalu kami berkata: Wahai Rasulullah, bagaimana bunyi shalawat atas kalian wahai Ahli Bait? Sesungguhnya Allah telah mengajari kami cara membaca salam untuk kalian?'. Beliau bersabda: 'Bacalah: "Allahumma shalli 'alaa Muhammad wa alaa aali Muhammad kamaa shallaita 'ala lbrahim wa 'alaa ali lbrahim, innaka hamidun masjid, allahumma barik alaa muhammad wa ala ali muhammad, kamaa baarakta alaa lbrahim wa 'alaa aali lbrahim. Innaka hamiidum majiid".
(Ya Allah, limpahkanlah sejahtera kepada Muhammad dan keluarga nabi Muhammad, sebagaimana Engkau telah melimpahkan kesejahteraan kepada nabi lbrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Allah, limpahkanlah keberkahan kepada Muhammad dan keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah melimpahkan keberkahan kepada nabi lbrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia). [1]
Makna Bacaan Sholawat
Lafal "Shalli 'ala Muhammad"
Lafal "Shalli 'ala Muhammad". Keterangan yang paling baik untuk makna lafal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Abu al Aliyah, yaitu bahwasanya shalawat Allah kepada Nabi-Nya adalah pujian-Nya kepada Nabi di tempat yang paling tinggi; tempatnya para malaikat yang dekat dengan Allah. Keterangan yang lain: Ya Allah, agungkanlah dia di dunia dengan meninggikan namanya, memenangkan dakwahnya, dan mengabadikan syariatnya, dan di akhirat dengan memberIkan izin syafaat untuk umatnya, melipat gandakan pahala dan balasannya. Kata shalli adalah bentuk kata kerja perintah yang ditujukan oleh makhluk kepada sang Khaliq, dan ini dinamakan doa, sebab tidak mungkin makhluk menyuruh Sang Khaliq.
Lafal "Wa ala aali Muhammad"
Lafal "Wa ala aali Muhammad" maknanya adalah: ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan kepada keluarga Muhammad. Jika bacaannya "wa 'ala aalihi wa ash-habihi wa atbaihi", maknanya adalah keluarganya yang beriman, para sahabatnya yang bertemu dengan Beliau dalam keadaan beriman dan mati masih dalam keimanannya, dan pengikut agamanya hingga hari kiamat.
Lafal "kama shallaita ala lbrahim"
Lafal "kama shallaita ala lbrahim" huruf kaf di sini menjadi ta'lil (penyebab). Pada lafal ini ada sebuah tawassul dengan perbuatan Allah yang lampau untuk merealisasikan perbuatan yang akan datang. Jadi maksud lafal ini adalah: sebagaimana Engkau anugerahkan karunia kepada Nabi lbrahim beserta pengikut-pengikutnya, maka curahkanlah juga kepada Nabi Muhammad dan pengikut-pengikutnya. Para pengikut Nabi lbrahim sebagiannya dari kalangan nabi yang tidak terdapat dalam para pengikut Nabi Muhammad. Dengan demikian, kalau kita memohon kepada Allah shalawat untuk Nabi Muhammad dan para pengikutnya seperti shalawat untuk Nabi lbrahim dan para pengikutnya, maka para pengikut Nabi Muhammad akan mendapat shalawat yang sesuai atau pantas untuk mereka karena derajatnya tidak selevel para nabi. Adapun Nabi Muhammad sendiri akan mendapatkan shalawat yang setingkat para nabi, sebuah keistimewaan yang tidak diperoleh orang lain. [2]
Sudah tidak asing lagi perbedaan ulama dalam memaknai lafal int berfaedah tasybih (penyerupaan). Jadi seakan-akan Nabi lbrahim lebih afdhal bila dibandingkan dengan Nabi Muhammad Namun kenyataannya justru sebaliknya. Yang terpenting, shalawat yang diminta adalah yang paling utama dari shalawat-shalawat yang ada.
Mayoritas ulama memilih pendapat yang lebih dekat dengan kebenaran, yaitu anak keturunan Nabi lbrahim tidak sedikit yang menjadi sebagai nabi sedangkan tak seorang pun anak cucu Nabi Muhammad sebagai nabi. Dengan demikian, kalau kita memohon kepada Allah shalawat untuk Nabi Muhammad dan para pengikutnya seperti shalawat untuk Nabi Ibrahim dan para pengikutnya, maka para pengikut Nabi Muhammad akan mendapat shalawat yang sesuai atau pantas untuk mereka karena derajatnya tidak selevel para nabi. Adapun Nabi Muhammad sendiri akan mendapatkan shalawat yang setingkat para nabi, sebuah keistimewaan yang tidak diperoleh orang lain.
lbnu al-Qayyim menjelaskan pendapat yang terbaik ini: "Merupakan pendapat yang paling benar adalah bahwasanya Nabi Muhammad termasuk kalangan anak cucu keturunan Nabi lbrahim, bahkan bisa dikatakan Beliau adalah cucu yang terbaik, sebagaimana yang diceritakan oleh Ali bin Thalhah dari lbnu Abbas.
Allah berfirman
Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga lbrahim dan keluarga lmran melebihi segala umat (dimasa mereka masing-masing). (Q5. Ali Imran, 3:33)
lbnu Abbas berkata:
"Nabi Muhammad termasuk keturunan Nabi lbrahim dan ini sesuai dengan nash ayat. Jika orang lain tergolong para nabi keturunan Nabi lbrahim, maka Rasulullah adalah nabi yang utama. Lafal kama shallaita 'ala ali lbrahim mencakup shalawat untuk Beliau dan semua nabi keturunan Beliau. Kemudian Allah memerintahkan kita untuk membacakan shalawat untuk Nabi Muhammad dan keluarganya secara khusus, seperti kita membacakan shalawat untuk Beliau beserta semua keluarga Nabi lbrahim secara umum sedangkan Beliau termasuk dari mereka. Jadi, shalawat yang diperoleh keluarga Nabi Muhammad yang sesuai dengan mereka, lalu shalawat yang tersisa untuk Nabi Muhammad".
Masih menurut lbnu Abbas:
"Tidak diragukan lagi, bahwa shalawat yang diperoleh keturunan Nabi lbrahim dan Rasulullah lebih sempurna daripada shalawat yang diperoleh selainnya.
Lafal "innaka hamiidun majid"
Lafal "innaka hamiidun majid", kata hamid bisa berarti haamid (memuji), juga berarti mahmud (dipuji). Allah itu haamid; memuji hamba-hamba dan para wali-Nya yang mau melaksanakan perintah-Nya. Allah itu mahmud; dipuji karena sifat-sifat kesempurnaan-Nya dalam Dzat-Nya dan perbuatan-perbuatan-Nya lewat lisan-lisan makhluk-Nya.
Adapun majid artinya yang mempunyai keagungan dan kesempurnaan kekuasaan. Lafal ini bisa menjadi alasan mengapa kita memohon kepada Allah penghormatan dan pujian-Nya kepada Nabi-Nya pada derajat yang tinggi.
Lafal "allahumma barik 'ala Muhammad"
Lafal "allahumma barik 'ala Muhammad" maksudnya turunkanlah berkah kepada Nabi Muhammad. Berkah berasal dari kata al birkah, artinya genangan air yang melimpah, tenang dan menggenang. Jadi, berkah adalah banyaknya kebaikan yang terus-menerus dan selalu ada, baik dalam amalan ataupun dalam pengaruhnya. Berkah dalam beramal, yaitu Allah menunjuki seseorang kepada suatu amalan yang tidak ditunjukkan kepada orang yang keberkahanya dicabut. Adapun berkah memberi pengaruh atau berbekas, apabila setelah dia beramal, amalannya meninggalkan pengaruh baik yang sangat bermanfaat bagi manusia.
Siapakah yang mampu menandingi berkah Nabi Muhammad saw? Tentu tidak ada, karena Allah menjadikan umatnya yang terbanyak dari umat umat terdahulu dan kesungguhan mereka dalam hal kebaikan jauh lebih dahsyat daripada kesungguhan umat-umat yang lain. Karenanya, Beliau diberkahi dengan banyaknya para pengikut dan dengan amalan yang ditinggalkannya selalu dikuti para pengikutnya.
Lafal "wa 'ala ali Muhammad kama barakta 'ala ali lbrahim"
Lafal "wa 'ala ali Muhammad kama barakta 'ala ali lbrahim" ini adalah tawassul dengan perbuatan Allah yang lampau untuk memperoleh perbuatan-Nya yang akan datang. Seakan-akan kamu mengatakan:
Sebagaimana Engkau, Yaa Rabbi, anugerahi dan memberkati para pengikut Nabi lbrahim, maka berkatilah Nabi Muhammad dan para pengikutnya, [3]
Catatan Kaki
[1] Shahih Al-Bukhari, Al-Bukhari: Kitab Al Hadits Al-Anbiya', Bab Haddatsana Musa bin Isma'il, no. 3370. Bacaan shalawat Nabi dalam hadits ini adalah yang paling lengkap. Ada juga hadits Ka'b tentang shalawat secara ringkas dalam Shahih Al-Bukhari, no. 4797 dan 6357, Shahih Muslim, Muslim: Kitab ash-Shalah, no, 406.
[2] Asy Syarh Al-Mumti' 'Ala Zad Al-Mustaqni', Ibnu 'Utsaimin, 3/250 -232. Sebenarnya terdapat perbedaan ulama apakah kaf dalam lafal kama shallaita ala Ibrahim mengandung makna ta'lil atau tasybih (penyerupaan)
[3] ASy Syarh Al-Mumti' 'Ala Zad Al-Mustaqni', Ibnu 'Utsaimin, 3/234. Al-Minhal Al'Adzb Al-Maurud Wa Syarh Sunan Abi Dawud, as Sabki, 6/85-87.