Kisah Taubatnya Malaikat Harut dan Marut

Kisah Taubatnya Malaikat Harut dan Marut

Kisah tentang malaikat Harut dan Marut yang diturunkan ke bumi, adalah cerita yang sangat inspiratif untuk di ceritakan kepada anak dalam pengantar penggenalan mencintai Al-Quran.

Berhubungan dengan turunnya Surat Al-Baqarah ayat 30 tentang penciptaan manusia sebagai khalifah di muka bumi, yang ditentang dan dipertanyakan oleh para malaikat, Allah membuktikan keputusan-Nya dengan menguji malaikat yaitu Harut dan Marut untuk dibandingan antara Malaikat dan Manusia.

Diambil dan diriwayatkan oleh Nafi' [1] dari Abdullah bin Umar, Nabi Muhammad SAW pernah bersabda :


وَاِذۡ قَالَ رَبُّكَ لِلۡمَلٰٓٮِٕكَةِ اِنِّىۡ جَاعِلٌ فِى الۡاَرۡضِ خَلِيۡفَةً ؕ قَالُوۡٓا اَتَجۡعَلُ فِيۡهَا مَنۡ يُّفۡسِدُ فِيۡهَا وَيَسۡفِكُ الدِّمَآءَۚ وَنَحۡنُ نُسَبِّحُ بِحَمۡدِكَ وَنُقَدِّسُ لَـكَ‌ؕ قَالَ اِنِّىۡٓ اَعۡلَمُ مَا لَا تَعۡلَمُوۡنَ

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS Al-Baqarah:30)


cerita anak malaikat harut dan marut
source image:www.guideposts.org
Kemudian Malaikat pun berkata, "Kami adalah orang yang lebih patuh kepada Engkau dibanding anak keturunan Adam."

Lalu Kepada Malaikat, Allah berfirman, "Panggillah kemari dua malaikat. Aku akan menurunkan mereka ke bumi sehingga kalian dapat melihat bagaimana kedua malaikat itu berkiprah!"
Dan malaikat pun lalu menjawab, "Ya Allah, Harut dan Marut yang paling tepat!"


Para ahli tafsir berlainan pendapat dengan apa yang dimasud dengan Harut dan Marut. Ada yang berpendapat, mereka betul-betul malaikat dan ada pula yang berpendapat orang yang dipandang saleh seperti malaikat dan ada pula yang berpendapat dua orang jahat yang pura-pura saleh seperti malaikat. Namun bila dilihat dari perawi hadits, seorang Nafi' riwayatnya adalah Shahih, dan tidak didapati adanya kesalahan dalam seluruh riwayatnya

Setelah itu Harut dan Marut pun kemudian diturunkan ke bumi, untuk menguji keberadaan mereka dibumi, diturunkan sifat-sifat manusia kepada kedua orang malaikat tersebut, termasuk hawa nafsu dalam diri mereka. Kemudian Allah menciptakan seorang wanita dari bunga yang bernama Zahrah, dengan paras wajah yang sangat cantik dan mempesona. Zahrah pun mendatangi kedua malaikat tersebut dan bertanyalah keduanya kepada wanita itu tentang keadaannya. Diciptakannya Zahrah adalah dengan maksud untuk menguji keberadaan Harut dan Marut di muka Bumi, untuk menggoda mereka.

Zahrah lalu menjawab pertanyaan Harut dan Marut, "Tidak akan aku jawab, demi Allah, kecuali kalian mau mengucapkan kalimat musyrik ini!"

Kedua malaikat itu pun menjawab, "Tidak, demi Allah, sedikitpun kami tidak akan mau mempersukutukan Allah sampai kapanpun!"


Zahrah akhirnya berlalu dari hadapan mereka berdua, Namun tak lama kemudian, dia pun kembali lagi dengan menggendong anak kecil. Zahrah pun kemudian mendekati malaikat Harut dan Marut, mereka lalu bertanya kepada Zahrah tentang anak kecil yang digendong itu. 


Zahrah lalu menjawab pertanyaan Harut dan Marut, "Tidak akan aku jawab, demi Allah, sebelum kalian bersedia membunuh anak kecil ini!"

Kedua malaikat itu membalas perkataan Zahrah, "Tidak demi Allah, selamanya kami tidak akan membunuhnya."


Zahrah lalu pergi meninggalkan mereka, Namun seperti sebelumnya ia datang menemui mereka kembali sambil membawa segelas arak. Kedua malaikat itu pun bertanya tentang keadaan Zahrah. 


Zahrah berkata, "Tidak akan aku jawab demi Allah, sebelum kalian berdua mau meminum arak ini!"

Akhirnya kedua malaikat itupun meminumnya hingga membuatnya mabuk dan kemudian keduanya berzina dengan Zahrah dan selanjutnya mereka pun membunuh anak kecil tersebut.


Setelah kedua malaikat itu sadar, Zahrah pun berkata, "Demi Allah ketika kalian dalam keadaan mabuk tadi, kalian telah melakukan semua yang telah kalian tolak sebelumnya."


Akhirnya Harut dan Marut disuruh memilih antara siksaan yang ada didunia dan yang ada di akhirat. Keduanya lantas memilih siksaan di dunia. [2]


Dan tahulah mereka bahwa dunia ini hanya sementara, sedangkan akhirat adalah kekal abadi dan sesungguhnya Allah Maha Pengasih dan Penyayang kepada semua hamba-Nya, karenanya mereka pun memilih hukuman di dunia dan berserah dalam kehendak-Nya.


Perawi hadis ini berkata, "Harut dan Marut pada saat itu berada di wilayah Babil Persia, mereka digantung diantara dua gunung pada sebuah gua bawah tanah. Setiap harinya mereka disiksa hingga pagi hari."


Ketika hal tersebut diketahui oleh para malaikat yang lain, para malaikat itu lalu mengepak-ngepakkan sayapnya di Baitullah seraya berdoa, 


"Ya Allah, ampunilah anak cucu Adam, karena kami kagum bagaimana mereka dapat menyembah dan taat kepada-Mu, padahal mereka dikelilingi beberapa kesenangan dan kelezatan.

Al-Kalabi berkata, "Setelah itu, para Malaikat pun senantiasa memohon ampunan kepada anak cucu Adam, inilah yang dimaksud dengan firman Allah,



تَـكَادُ السَّمٰوٰتُ يَتَفَطَّرۡنَ مِنۡ فَوۡقِهِنَّ‌ وَالۡمَلٰٓٮِٕكَةُ يُسَبِّحُوۡنَ بِحَمۡدِ رَبِّهِمۡ وَيَسۡتَغۡفِرُوۡنَ لِمَنۡ فِى الۡاَرۡضِ‌ؕ اَلَاۤ اِنَّ اللّٰهَ هُوَ الۡغَفُوۡرُ الرَّحِيۡمُ

Hampir saja langit itu pecah dari sebelah atasnya (karena kebesaran Allah) dan malaikat-malaikat bertasbih memuji Tuhannya dan memohonkan ampunan untuk orang yang ada di bumi. Ingatlah, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS Asy-Syura:5)


Sumber/Referensi:
Mereka yang kembali - Ibnu Qudamah Al-Maqdisy (Pengantar: K.H. A. Mustofa Bisri)
 
Catatan kaki:
[1] 
- Nama lengkapnya adalah Nafi' Abu 'Abd Allah al-Madani dan dia adalah Mawla ibn Umar. Nafi' adalah seorang Hafiz, jelas keadaannya dan dia lebih tua dari Ikrimah di kalangan penduduk Madinah. Menurut Al-Khalil, Nafi' adalah seorang imam dari Tabi'in di kota Madinah. Dari segi ilmu, telah disepakati bahwa riwayatnya adalah Shahih, dan tidak didapati adanya kesalahan dalam seluruh riwayatnya.
- Kisah periwayatan dari Al-Amin ABu Thalib Abdul Qadir bin Muhammad Al-Yusufy dari ibnul Madzhab dari Abu Bakar Al-Qathi'i dari Abdullah bin Ahmad dari ayahnya dari Yahya bin Abu Bukayr dari Zuhair bin Muhammad dari Musa bin Jubair dari Nafi' dari Abdullah bin Umar
[2]Cerita ini dituturkan oleh Imam Ahmad dalam kitab Al-Musnad, hlm 6178