Tokoh Walisongo : Sunan Ampel (Raden Rahmat)

Tokoh Walisongo : Sunan Ampel (Raden Rahmat)

Tokoh Walisongo : Sunan Ampel (Raden Rahmat) - Sunan Ampel adalah salah satu dari sembilan wali songo, yang berdakwah menyeberkan Islam kepada rakyat di Pulau Jawa. Ia lahir 1401 di Campa. Campa adalah satu negeri kecil yang terletak di Vietnam.
 

Asal Usul SUNAN AMPEL

Dalam sejarah kejayaan Islam, terdapat wilayah pencetak ulama-ulama besar salah satunya adalah Imam al Bukhari yang mashur sebagai perawi hadist shahih. Wilayah itu adalah Bukhara, yang terletak di Samarqand.


Salah satu ulama besar lain di Samarqand adalah Jamalluddin Akbar al-Husaini atau dikenal juga Syaikh Jamalluddin Jumadil Kubra, beliau adalah seorang Ahlussunnah bermazhab syaf'l, dan mempunyai nasab yang diteruskan kepada Nabi Muhammad SAW, dari jalur Fatimah r.ha dan Ali ibn Thalib r.a.

Syaikh Jamalluddin Jumadil Kubra mempunyai seorang putera bernama Ibrahim, dan karena berasal dari samarqand maka lbrahim kemudian mendapatkan tambahan nama Samarqandi. Atau orang jawa lebih mengenal dengan Asmarakandi sebagai kata serapan yaitu Syaikh Ibrahim Asmarakandi.
 

Syaikh Ibrahim Asmarakandi diminta oleh ayahnya (Syaikh Jamalluddin Jumadil Kubra) untuk membawa misi dakwah ke negeri-negeri timur, khususnya bagian asia. Hingga sampai di wilayah Campa, Vietnam, dan akhirnya menikah dengan putri Raja Campa yang bernama Dewi Candrawulan
Dari perkawinan dengan Dewi Candrawulan maka Syekh lbrahim Asmarakandi mendapat dua orang putera yaitu Sayyid Ali Murtadho dan Sayyid Ali Rahmatullah (Yang kemudian dikenal dengan sunan Ampel) .

Sedangkan adik dari Candrawulan yang bernama Dwarawati diperistri oleh Raja Majapahit, Prabu Brawijaya.


Hingga antara Putera-putera Syaikh Ibrahim Asmarakandi dan Kerajaan Majapahit mempunyai hubungan kekerabatan, dari pihak istri. 


Sayyid Ali Rahmatullah atau Raden Rahmat. Di kemudian hari hijrah ke Pulau Jawa ditemani oleh ayah dan kakaknya. Beliau datang ke pulau Jawa pada tahun 1443, untuk menemui bibinya, Dwarawati.
 

Kedatangan Raden Rahmat sebenarnya atas permintaan bibinya, karena kerajaan Majapahit sedang mengalami kemunduran besar. Kerajaan Majapahit sesudah ditinggal Mahapatih Gajah Mada dan Prabu Hayam Wuruk.


Kerajaan terpecah belah karena terjadinya perang saudara. Dan para adipati banyak yang tidak loyal dengan keturunan Prabu Hayam Wuruk yaitu Prabu Brawijaya Kertabumi.


Pajak dan upeti kerajaan tidak ada yang sampai ke istana Majapahit. Lebih sering dinikmati oleh para adipati itu sendiri. Lebih-lebih lagi dengan adanya kebiasaan buruk kaum bangsawan dan para pangeran yang suka berpesta pra dan main judi serta mabuk-mabukan. Prabu Brawijaya sadar betul bila kebiasaan semacam ini diteruskan negara/kerjaan akan menjadi lemah dan jika kerajaan sudah kehilangan kekuasaan betapa mudahnya bagi musuh untuk menghancurkan Majapahit Raya.


Ratu Dwarawati, yaitu isteri Prabu Brawijaya mengetahui kerisauan hati suaminya. Dengan memberanikan diri dia mengajukan pendapat kepada suaminya. Saya mempunyai seorang keponakan yang ahli mendidik dalam hal mengatasi kemerosotan budi pekerti, kata Ratu Dwarawati. Betulkah? Tanya sang Prabu. Ya, namanya Sayyid Ali Rahmatullah, putera dari kanda Dewi Candrawulan di negeri Cempa. Bila kanda berkenan saya akan meminta Ramanda Prabu di Campa untuk mendatannkan Ali Rahmatullah ke Majapahit ini.
 

Kedatangan Ke Tanah Jawa

Sebelum sampai ke kerajaan Majapahit, Sunan Ampel, kakak dan ayahnya singgah didaerah Tuban, didesa Gesikharjo,  karena kondisi fisik ayahnya(Syekh Maulana lbrahim As-marakandi) menurun dan jatuh sakit hingga akhirnya meninggal diwilayah tersebut.
 

Kemudian kakak beradik, melanjutkan perjalanan, namun tak berapa lama mereka berpisah jalan untuk memulai misi dakwah masing-masing.
 

Sayyid Murtadho kemudian meneruskan perjalanan, beliau berdakwah keliling daerah Nusa Tenggara, Madura dan sampai ke Bima. Disana beliau mendapat sebutan raja Pandita Bima, dan kembali lagi ketanah jawa hingga menetap dan berdakwah di Gresik, Ia mendapat sebutan Raden Santri, beliau wafat dan dimakamkan di Gresik,
 

Sayyid Ali Rahmatullah atau Sunan Ampel meneruskan perjalanan ke Majapahit menghadap Prabu Brawijaya sesuai permintaan Ratu Dwarawati.
 

Sesampainya di kerajaan Majapahit, Prabu Brawijaya meminta Sayyid Ali untuk membenahi kerajaan dengan didikan kepada generasi-generasinya, Sayyid Ali menyambut baik dan memenuhi amanat sang Prabu.
 

Maka Sayyid Ali diberi sebidang tanah di wilayah Surabaya Jawa timur, sebagai pusat didikan para bangsawan dan putera mahkota Majapahit. Selain itu, Sayyid Ali dijodohkan dan dinikahkan dengan  salah satu puteri adipati Majapahit Tuban yaitu Arya Teja, putrinya yang bernama Dewi Candrowati atau Nyai Ageng Manila. Sayyid Ali pun kemudian diberi gelar Rahadian atau Raden yang berati Tuanku. Selanjutnya beliau lebih dikenal dengan sebutan Raden Rahmat.


Sunan Ampel menikah dengan Nyai Ageng Manila, dikaruniai 4 orang anak, yaitu:

  1.     Putri Nyai Ageng Maloka,
  2.     Maulana Makdum Ibrahim (Sunan Bonang),
  3.     Syarifuddin (Sunan Drajat)
  4.     Syarifah, yang merupakan istri dari Sunan Ngudung.


Riwayat Dakwah Menuju AmpelDenta

Selama perjalanan menuju tujuan yang sekarang disebut Ampeldenta daerah Surabaya, Raden Rahmat memberikan dakwah kepada masyarakat yang dikunjunginya pada wilayah yang disinggahi, melalui desa Krian, Wonokromo terus memasuki Kembangkuning. Beliau pun banyak mendapat pengikut termasuk tokoh masyarakat yaitu Ki Wiryo Sarojo dan Ki Bang Kuning dan murid lain untuk menimba ilmu padanya.
 

Yang menjadi perhatian, salah satu muridnya adalah "Raden Patah", Raden Patah mempunyai sejarah yang berhubungan dengan bibi Raden Rahmat. Karena Prabu Brawijaya menikah dengan Dwarawarti maka istri-istri yang lain diceraikan, salah satunya bernama Dewi Kian yang saat itu sedang hami 3 bulan, hingga melahirkan yang kemudian diberi nama Raden Hasan atau lebih dikenal dengan nama " Raden Patah ", Cikal Bakal dari Demak Bintoro.

Setelah sampai ditempat tujuan di desa Ampeldenta, Raden Rahmat pertama kali membangun masjid sebagai pusat kegiatan ibadah dan kegiatan bermasyarakat. hal Ini meneladani apa yang dilakukan Nabi Muhammad SAW ketika hijrah ke Madinah.
 

Dan karena menetap di desa Ampeldenta, hingga beliau menjadi pemimpin dan pembina masyarakat setempat, beliau dikenal sebagai Sunan Ampel. Sunan berasal dari kata Susuhunan yang artinya yang dijunjung tinggi atau panutan masyarakat setempat. Ada juga yang mengatakan Sunan berasal dari kata Suhu Nan artinya Guru Besar atau orang yang berilmu tinggi.


Karena pengikut dan muridnya semakin berkembang,  beliau mendirikan pesantren tempat mendidik putra bangsawan dan pangeran Majapahit sekaligus untuk masyarakat untuk mendalami ilmu agama islam.


Ajarannya yang terkenal

Hasil didikan Raden Rahmat atau Sunan Ampel  yang terkenal adalah falsafah Moh Limo atau tidak mau melakukan ima hal tercela yaitu :

  1. Moh Main atau tidak mau berjudi
  2. Moh Ngombe atau tidak mau minum arak atau bermabuk-mabUkan
  3. Moh Maling atau tidak mau mencuri
  4. Moh Madat atau tidak mau mengisap candu, ganja dan lain-lain.
  5. Moh Madon atau tidak mau berzinah/main perempuan yang bukan isterinya.