Doa Rukuk Dalam Sholat berdasarkan Hadits Hudzaifah

Doa Rukuk Dalam Sholat berdasarkan Hadits Hudzaifah

Rukuk adalah gerakan dalam sholat, dan termasuk syarat atau rukun dalam sahnya sholat. dalam rukuk terdapat pula keutamaan, yaitu digugurkannya dosa-dosa yang telah lalu tatkala ia melakukan rukuk dalam sholatnya.

 

Doa Rukuk Dalam Sholat berdasarkan Hadits Hudzaifah


Dalam hadis jelas dikatakan, yang diriwayatkan dari Abdullah bin  Umar radhiyallahu anhuma, berkata rasulullah shallallahu alahi wasallam :

“Sesungguhnya, tatkala seorang hamba berdiri shalat, didatangkanlah seluruh dosanya, kemudian diletakkan di atas kepala dan kedua bahunya, maka ketika ia (dalam posisi) ruku’ dan sujud, dosanya tersebut berguguran.” [1]
 

Doa Rukuk berdasarkan Hadits Hudzaifah

 

عن حذيفة رضي الله عنه قال صليت مع النبى ذات ليلة ... ثم ركع فجعل ( سبحان ربى العظيم )

Dari Hudzaifahdia berkata: "Aku shalat bersama Nabi pada suatu malam... kemudian Beliau rukuk dan membaca: Subhana Rabbiya Al-Adhim". [2]


Dalam hadits riwayat lIbnu Majah ada tambahan keterangan dibaca tiga kali.

عن حذيفة بن اليمان رضي الله عنه أنه سمع رسول الله يقول إذاركع : (سبحان ربي الأعلى) ثلاث مرات ، وإذا سجد قال : (سبحان ربي الأعلى) ثلاث مرات

Dari Hudzaifah bin al Yaman bahwasanya dia pernah mendengar Rasulullah pada waktu rukuk membaca: "Subhana Rabbiya Al-Adhim (Maha Suci Rabbku Yang Maha Agung)", sebanyak tiga kali. Dan apabila sujud, Beliau membaca: "Subhana Rabbiya Al-A'la (Maha Suci Rabbku Yang Maha Tinggi)", sebanyak tiga kali. [3]


Lafal tasbih "subhana" mempunyai makna pensucian kepada Allah dari segala kekurangan dan tidak sempurna, seperti bodoh, lemah, capek, letih setelah menciptakan dan berbuat, dan menyerupai makhluk.


Lafal "Al-Adhim", yaitu dalam hal dzat dan sifat-sifat-Nya. Dzat-Nya lebih agung dari segala sesuatu.[4]

 

Catatan Kaki

[1] [HR. Ibnu Hibban no.1734, Thabrani dalam al Ausath 7314, al Mawarzi dalam ash Shalat 294, al Baghawi 656. Syaikh al Albani rahimahullah dalam ash Shahihah 1398, dan ini merupakan sanad yang shahih, seluruh perawinya dapat dipercaya”].

[2] Shahih Muslim, Muslim: Kitab Shalah AL-Musafirin Wa Qashruha, Bab istihbab Tathwil Al-Qira-ah Fi Shalah al Lail, no. 772
[3] Sunan lbni Majah, Ibnu Majah: Kitab lqamah ash-Shalah, no. 888
[4] Asy Syarh Al-Mumti', Ibnu 'Utsaimin, 3/128, 129. Al-Minhal Al'Adzb Al-Maurud Wa Syarh Sunan Abi Dawud, as Sabki, 5/315.