Pengertian Dan Tata Cara Melakukan Shalat Jama'

Pengertian Dan Tata Cara Melakukan Shalat Jama'

Pengertian Shalat Jama'

 

tata cara menjamak sholat
 
Yang dimaksud shalat jama' adalah mengerjakan dua shalat fardhu dalam satu waktu karena suatu sebab. Umpamanya Shalat Dhuhur dan Ashar dikerjakan waktu dhuhur atau Shalat Dhuhur dan Ashar dikerjakan pada waktu ashar. Adapun sebab-sebab itu adalah misalnya kita bepergian menempuh jarak tertentu. Abu Ya'la berpendapat: Kebolehan menjamak shalat di dalam bepergian adalah ketika seseorang yang menjamakkan itu menghadapi halangan-halangan yang membolehkan ia meninggalkan jamaah dan Jum'at, seperti belum tiba di suatu tempat persinggahan.


Tidak semua shalat fardhu boleh dijamak. Shalat fardhu yang boleh dijamak ialah dhuhur dan ashar, maghrib dan isya.


Shalat jama' adalah dua shalat wajib yang dikerjakan dalam satu waktu, bila dikerjakan dalam waktu shalat yang pertama disebut shalat jama' taqdim, dan bila dikerjakan dalam waktu shalat yang kedua disebut shalat jama' ta'khir.


Syarat-Syarat Shalat Jama'

  • 1. Niat jama' dilakukan pada shalat yang pertama.
  • 2. Berurutan antara keduanya yakni tidak boleh diselingi oleh shalat yang lain.
  • 3. Dikerjakan sesuai dengan urutan shalat, misalnya Shalat Dhuhur dan Ashar, maka Shalat Dhuhur dahulu lalu shalat Ashar, walaupun jama' ta'khir.


Syarat Jama' Taqdim

Syarat Jama Taqdim menurut pendapat sebagian ulama ada tiga:

  • 1. Hendaklah dimulai dengan sembahyang yang. pertama, (dhuhur sebelum Ashar atau Maghrib sebelum Isya). Karena waktunya adalah waktu yang pertama.
  • 2. Berniat jama', agar berbeda dari sembahyang yang terdahulu karena lupa.
  • 3. Berturut-turut, karena keduanya seolah-olah satu sembahyang


Syarat Jama' Ta'khir

Hendaklah berniat di waktu yang pertama, bahwa ia akan melakukan sembahyang pertama itu di waktu yang kedua, supaya ada maksud yang keras akan mengerjakan sembahyang pertama itu dan tiada ditinggalkan begitu saja.


Dan boleh pula orang yang tetap (tidak dalam perjalanan) sembahyang Jama' taqdim karena hujan dengan beberapa syarat yang telah lalu dijama taqdim. Dan di syaratkan pula, bahwa sembahyang yang kedua itu berjama'ah ditempat yang jauh dari rumahnya serta ia dapat kesukaran pergi ke tempat itu karena hujan.


Shalat yang Harus Dijama' kan

Sembahyang yang boleh dijama'kan, hanya antara Dhuhur dengan Ashar dan antara Maghrib dengan Isya. Adapun Shubuh tetap wajilb dikerjakan di waktunya sendiri. Sembahyang Jama' artinya sembahyang yang dikumpulkan. Yang dimaksudkan ialah dua sembahyang fardhu lima itu, dikerjakan dalam satu waktu, umpama sembahyang dhuhur dan Ashar dikerjakan di waktu dhuhur atau di waktu Ashar. Hukum sembahyang jama ini boleh bagi orang yang dalam perjalanan dengan syarat-syarat tertentu.


Pada saat seseorang dalam perjalanan (bepergian) boleh menjamak shalatnya. Para ulama berpendapat, boleh bagi musafir nmeskipun sedang menempuh perjalanan jauh atau dekat. Keterangan dari Mua'dz, "Di Peperangan Tabuk, jika setelah tergelincir matahari, maka menjelang berangkat Rasulullah saw mengumpulkan dhuhur dengan ashar. Jika berangkat sebelum tergelincir matahari, beliau ta'khirkan dhuhur sehingga beliau berhenti untuk Shalat Ashar. Maghrib begitu juga. Jika terbenam matahari sebelum berangkat, Rasulullah saw. mengumpulkan maghrib dengan Isya. Jika beliau berangkat sebelum terbenam matahari, beliau menta 'khirkan maghrib sehingga beliau singgah (berhenti) untuk isya, lalu menjamakkan keduanya.


Dari Kuraib, bahwa Ibnu Abbas ra. berkata:
"Sukakah kamu apabila kuberitalhukan tentang shalat Rasulullah saw. dalam safar (perjalanan bepergian)?" Kami (para sahabat) menjawab, "Suka sekali." Kata lbnu Abbas,
"Adalah Rasulullah saw jika matahari telah tergelincir sedangkan beliau masih berada di rumah (di tempat persinggahan), beliau kunmprulkan antara dhuhur dan Ashar sebelum berangkat. Dan jika matahari belum tergelincir waktu beliau masih di rumah, maka beliau pun terus berangkat, sehingga apabila telah datang waktu ashar, beliau berhenti, menjamakkan antara dhuhur dan ashar. Jika datang waktu maghrib, sedang beliau belum berangkat, beliau mengumpulkan antara maghrib dan isya. Apabila belum datang waktu maghrib, beliau terus berangkat dan pada waktu isya, beliau berhenti lalu mengumpulkan keduanya." (HR. Ahmad).

Lafadh Niat Shalat Qashar dan Jama'

Orang yang telah memenuhi syarat-syarat qashar dan jama maka ia diperbolehkan melakukan shalat qashar sekaligus menjama' yakni meringkas dan mengumpulkan.

Adapun bunyi lafadz niatnya adalah sebagai berikut:


1. Niat Shalat Dhuhur Qashar Jama Taqdim:
"Aku niat mengerjakan shalat wajib Dhuhur dua raka'at qashar jama bersama Ashar karena Alloh Yang Maha Tinggi. Allah maha Besar"

2. Niat Shalat Ashar Qashar Jama Taqdim

"Aku niat mengerjakan shalat wajib Ashar dua raka at qashar jama' bersama Dhuhur karena Allah Yang Maha Tinggi. Allah Maha Besar"

3. Niat Shalat Dhuhur Qashar Jama Ta khir

"Aku niat mengerjakan shalat wajib Dhuhur dua raka'at qashar jama' bersama Ashar karena Allałh Yang Maha Tinggi. Allah Maha Besar"

4. Niat Shalat Ashar Qashar Jama' Ta'khir:

"Aku niat mengerjakan shalat wajib Ashar dua rakat at qashar jama' bersama Dhuhur, karena Allah Yang Maha Tinggi. Allah Maha Besar"

5. Niat Shalat Maghrib Jama' Taqdim:
"Aku niat mengerjakan shalat wajib Maghrib tiga raka'at jama' bersama "Isya' karena Allah Yang Maha Tinggi. Allah Maha Besar".

6. Niat Shalat Isya Qashar Jama Taqdim
"Aku niat mengerjakan shalat wajib Isya', dua raka'at qashar jama bersama Maghrib, karena Allah Yang Maha Tinggi. Allah Maha besar"

7. Niat Shalat Maghrib Jama' Ta'khir:

"Aku niat mengerjakan shalat wajib Maghrib tiga raka at jama' bersama Isya, karena Allah Yang Maha Tinggi. Allah Maha Besar."


8. Niat Shalat Isya Qashar Jama' Ta'khir:

"Aku niat mengerjakan shalat wajib Isya dua raka'at qashar jama bersama Maghrib karena Allah Yang Maha Tinggi. Allah Maha Besar".



Jama' Taqdim Dan Jama' Ta'khir

Jama' taqdim adalah mengerjakan dua shalat fadhu pada satu waktu di awal waktu shalat yang dijamak' misalnya dhuhur dan Ashar dikerjakan pada waktu dhuhur.


Atau, maghrib dan isya dikerjakan pada waktu maghrib.
Jama' ta'khir adalah mengerjakan dua shalat fardhu pada satu waktu di akhir waktu shalat yang dijama', misalnya dhuhur dan Ashar dikerjakan pada waktu ashar. Atau, maghrib dengan isya dikerjakan pada waktu isya'.


Misalnya ketika hendak melakukan perjalanan. Menjelang berangkat, waktu sudah masuk dhuhur. Sedangkan kita memperkirakan bahwa dalam perjalanan nanti, kita baru sampai di tempat tujuan memasuki waktu maghrib.


Berarti kita kehilangan waktu ashar. Dalam masalah ini hendaknya kita menjama' taqdim, yaitu mengerjakan Shalat Dhuhur dan Ashar pada waktu dhuhur.


Jika kita berangkat sebelum masuk dhuhur. Lalu diperkirakan dalam perjalanan nanti kita kehilangan waktu dhuhur (sampai di tempat sudah ashar). Maka sebaiknya berangkat saja dan ketika sampai di tempat, lalu mengerjakan shalat jamak ta'khir, yaitu dhuhur dan Ashar dalam waktu ashar.
Sabda Rasulullah saw

"Dari Anas, katanya: Rasulullah saw apabila berangkat dalam perjalanan beliau, sebelum tergelincir matahari maka beliau beliau ta'khirkan sembahyang dhuhur ke waktu Ashar, kemudian beliau turun (berhenti) beliau jama' kan keduanya (dhuhur dan Ashar). Maka jika telah tergelincir matahari sebelum beliau berangkat, beliau sembahyang Zuhur dahulu, kemudian baru beliau naik kendaraan". (HR. Bukhari dan Muslim).

Sabda Rasulullah saw:

"Dari Mu'az: Bahwasanya Nabi saw dalam peperangan Tabuk. Apabila beliau berangkat sebelum tergelincir matahari beliau ta'khirkan Dhuhur hingga beliau kumpulkan ke Ashar, beliau sembahyangkan keduanya (Dhuhur dan Ashar di waktu Ashar); dan apabila beliau berangkat sesudah tergelincir matahari, beliau kerjakan sembahyang Dhuhur dan Ashar sekaligus, kemudian beliau berjalan.
Dan apabila beliau berangkat sebelum Maghrib, beliau ta'khirkan Maghrib hingga beliau lakukan sembahyang Maghrib beserta Isya dan apabila beliau berangkat sesudah waktu Maghrib beliau segerakan Isya, dan beliau sembahyangkan Isya beserta Maghrib". (HR. Ahmad, Abu Dawud dan Tirmidzi).


Boleh men-jama antara shalat Dhuhur dan Ashar, dan antara Shalat Maghrib dan Isya, taqdiman (didahulukan) dan ta'khiran (diakhirkan), disebabkan oleh halangan safar (bepergian). Demikian menurut pendapat Imam Maliki, Syafi'i dan Hambali. Sedangkan Hanafi berkata: Tidak boleh sama sekali men-jama antara dua shalat karena halangan safar.


Maksud taqdiman (didahulukan) itu ialah men-jama' Shalat Dhuhur dan Ashar, dikerjakan di waktu Dhuhur. Dan maksud ta'khiran (diakhirkan) itu ialah men-jama' Dhuhur dan Ashar dan dikerjakan di waktu Ashar.


Catatan Lain

Imamiyah berkata: orang yang mengerjakan shalat tamam (sempurna) di dalam perjalanannya dengan sengaja, maka shalatnya menjadi batal. Dan ia wajib mengulang pada waktunya sudah habis, kalau seseorang mengerjakan shalat tamam karena tidak tahu wajibnya shalat qashar itu, maka secara mutlak ia tidak wajib mengulang shalatnya, baik masih ada waktu maupun sudah habis waktunya, Kalau seseorang mengerjakan shalat tamanm karena lupa, kemudian ia ingat, sedangkan ia masih dalam waktu maka ia harus mengulang shalatnya, dan kalau ia mengingatnya diluar waktu shalat maka ia tidak perlu mengulang.


Dan selanjutnya Imamiyah mengatakan: Barangsiapa memasuki waktu shalat, sedangkan ia bukan dalam keadaan safar dan memungkinkan untuk dia melakukan shalat, kemudian dia safar sebelum mengerjakan shalat, maka ia wajib shalat qashar. Jika telah masuk waktu shalat, sedangkan ia dalam keadaan musafir dan belum melakukan shalat sehingga ia sampai ke negerinya atau tempat ia mukim selama sepuluh hari, maka ia wajib mengerjakan shalat secara tamam (sempurna). Hukum yang berlaku baginya adalah ketika ia menunaikannya, bukan ketika diwajibkannya.